Pengembangan literasi digital sebagai penguatan pendidikan karakter
Eduaksi | 2022-06-04 07:38:38Kemajuan teknologi menciptakan disrupsi .Media digital memudahkan setiap penggunanya untuk saling berbagi informasi. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan media digital begitu pesat. Ketidakpahaman dan ketidaksiapan masyarakat terhadap media digital membuat penyalahgunaan yang berakibat terhadap kehidupan pribadi dan sosial.Society 5.0 akan berdampak pada semua aspek kehidupan, termasuk kesehatan, tata kota, transportasi, pertanian, industri dan pendidikan (Özdemir and Hekim 2018). Society 5.0 adalah masyarakat yang dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era Revolusi industri 4.0 seperti Internet on Things (internet untuk segala sesuatu), Artificial Intelligence (kecerdasan buatan), Big Data (data dalam jumlah besar), dan robot untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Society 5.0, sebuah masa di mana masyarakat berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial oleh sistem yang mengintegrasikan ruang dunia maya dan ruang fisik. Society 5.0 akan menyeimbangkan pembangunan ekonomi dan menyelesaikan masalah social.Menjawab tantangan era society 5.0, mengemas secara cermat dan mempersiapkan diri untuk maju mengikuti perkembangan zaman. Seperti yang dikatakan Alhefeiti (2018), meskipun society 5.0 berpusat pada manusia, society 5.0 merupakan upaya untuk menjadi masyarakat yang berorientasi pada masyarakat berintegrasi dunia nyata dan virtual. Raharja (2019) menyatakan bahwa society 5.0 masih berkaitan erat menggunakan Industri 4.0, tetapi teknologi di society 5.0 lebih menunjuk dalam kehidupan sosial. (Alhefeiti 2018; Raharja 2019).
Menggunakan media digital atau berinteraksi di dunia digital haruslah tetap mengindahkan aturan yang ada, serta norma yang berlaku di masyarakat (Beasley, 2013).Unesco (2003), sebagai masyarakat global dituntut untuk mampu mengadaptasi dengan kemajuan teknologi dan keterbaruan atau kekinian. Pemerintah mencanangkan pentingnya literasi informasi/ digital, adalah sebuah kemampuan untuk mencari, memahami, mengevaluasi secara kritis, serta mengelola informasi/ digitalisasi menjadi sebuah pengetahuan yang bermanfaat untuk pengembangan kehidupan pribadi dan sosialnya. Pemanfaatan secara optimal teknologi sebagai bagian dari literasi digital akan melahirkan dan memajukan generasi pengetahuan serta mampu mengidentifikasi aspek-aspek kunci dari kompetensi penting Pendidikan.
Dengan demikian, literasi digital adalah kemampuan menggunakan teknologi dan informasi dari piranti digital secara efektif dan efisien dalam berbagai konteks seperti akademik, karir, dan kehidupan sehari-hari, (penyederhanaan dari berbagai bentuk informasi sekaligus seperti suara/bahasa, tulisan dan gambar). Oleh sebab itu, literasi digital seharusnya lebih dari sekedar kemampuan dalam menggunakan berbagai sumber digital secara efektif. Literasi digital juga merupakan bentuk pola berpikir pengguna digital dengan bijaksana dan pengembangan karakter siswa yang optimal.Literasi digital adalah tentang menggunakan media digital, alat atau jaringan komunikasi untuk menemukan, mengevaluasi, menggunakan, memproduksi dan menggunakan keterampilan atau pengetahuan informasi secara baik, bijak, cerdas, teliti, seksama & taat hukum. Untuk mempromosikan komunikasi & hubungan pada kehidupan sehari-hari (Gillen 2014). Jika hanya didasarkan pada literasi dan cara penggunaan internet (khususnya media digital), literasi digital tidak akan berfungsi secara maksimal. Namun harus dibarengi dengan budi pekerti yang baik dan perilaku yang baik dalam media komunikasi digital itu sendiri. Apalagi di media sosial, komunitasnya sangat beragam, dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Pada bidang pendidikan di era society 5.0 bisa jadi siswa atau mahasiswa dalam proses pembelajarannya langsung berhadapan dengan robot yang khusus dirancang untuk menggantikan pendidik atau dikendalikan oleh pendidik dari jarak jauh. Bukan tidak mungkin proses belajar mengajar bisa terjadi dimana saja dan kapan saja baik itu dengan adanya pengajar ataupun tidak.Maka dari itu , setiap individu perlu memahami tentang literasi digital yang merupakan hal penting yang dibutuhkan untuk dapat berpartisipasi di dunia modern dan mengantisipasi penyebaran informasi negatif. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menganalisis, mengevaluasi, dan merangkum berbagai isu atau berita yang berkembang. Mana yang benar, mana yang bohong, mana yang baik dan mana yang buruk. Setiap pengguna media sosial atau orang yang berinteraksi di dunia digital harus menguasai kemampuan ini. Dalam literasi digital itu sendiri, kita juga harus mengembangkan sikap atau perilaku yang baik agar literasi digital dapat berjalan dengan normal. Literasi digital harus mengembangkan kapabilitas khalayak,Selain itu juga dibarengi dengan perkembangan tingkah laku, seperti perkembangan emosi, perasaan perasaan orang lain yaitu sikap empati dalam memahami informasi. Ini dalam bentuk kematangan moral untuk menahan terjadinya konsekuensi moral. Dengan cara ini, Anda dapat memahami hal-hal buruk yang mungkin terjadi pada informasi yang disebarkan dan cara menghadapinya (Adyawanti, Pendahuluan, and Pusat 2016).
Cara yang bisa dilakukan oleh dunia pendidikan di Indonesia untuk menghadapi society 5.0 yaitu yang pertama dilihat dari infrastruktur, pemerintah harus berusaha untuk meningkatkan pemerataan pembangunan dan perluasan koneksi internet ke semua wilayah Indonesia, karena seperti yang kita ketahui bahwa saat ini belum semua wilayah Indonesia dapat terhubung dengan koneksi internet. Kedua, dari segi SDM yang bertindak sebagai pengajar harus memiliki keterampilan dibidang digital dan berpikir kreatif. Menurut Zulkifar Alimuddin, Director of Hafecs ( Highly Functioning Education Consulting Services ) menilai di era masyarakat 5.0 ( society 5.0 ) guru dituntut untuk lebih inovatif dan dinamis dalam mengajar di kelas (Alimuddin, 2019).Ketiga, pemerintah harus bisa mensinkronkan antara pendidikan dan industri agar nantinya lulusan dari perguruan tinggi maupun sekolah dapat bekerja sesuai dengan bidangnya dan sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan oleh industri sehingga nantinya dapat menekan angka pengangguran di Indonesia. Keempat, menerapkan teknologi sebagai alat kegiatan belajar – mengajar. Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristek Dikti), Muhammad Nasir, menerangkan bahwa ada empat hal yang harus menjadi perhatian perguruan tinggi untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan memiliki kompetensi.
Dalam teknologi society 5.0 AI berbasis big data dan robot untuk melakukan atau mendukung pekerjaan manusia [8]. Berbeda dengan revolusi industri 4.0 yang lebih menekankan pada bisnis saja, namun dengan teknologi era society 5.0 tercipta sebuah nilai baru yang akan menghilangkan kesenjangan sosial, usia, jenis kelamin, bahasa dan menyediakan produk serta layanan yang dirancang khusus untuk berbagai kebutuhan individu dan kebutuhan banyak orang.Hal yang menjadi prinsip dasar dalam society 5.0 adalah keseimbangan dalam perkembangan bisnis dan ekonomi dengan lingkungan sosial. Dengan teknologi pada era society 5.0, masalah yang tercipta pada revolusi industri 4.0 (berkurangnya sosialisasi antar masyarakat, lapangan pekerjaan, dan dampak industrialisasi lainnya) akan berkurang. agar terintegrasi dengan baik (Faruqi, 2019). Pemanfaatan teknologi tidak hanya sebagai alat untuk memasyurkan kehidupan pribadi dan bisnis, namun juga harus dapat memasyurkan kehidupan antar umat. Contoh dari society 5.0 dibidang sosial yaitu dengan penggunaan AI untuk menganalisis big data dari berbagai informasi seperti satelit buatan, radar cuaca didarat, pengamatan daerah bencana dengan drone, informasi kerusakan dari sensor bangunan, dan informasi kerusakan dari sensor bangunan. Pada bidang pendidikan di era society 5.0 bisa jadi siswa atau mahasiswa dalam proses pembelajarannya langsung berhadapan dengan robot yang khusus dirancang untuk menggantikan pendidik atau dikendalikan oleh pendidik dari jarak jauh. Bukan tidak mungkin proses belajar mengajar bisa terjadi dimana saja dan kapan saja baik itu dengan adanya pengajar ataupun tidak.Society 5.0 menjadi konsep tatanan kehidupan yang baru bagi masyarakat. Melalui konsep society 5.0 kehidupan masyarakat diharapkan akan lebih nyaman dan berkelanjutan. Orang–orang akan disediakan produk dan layanan dalam jumlah dan pada waktu yang dibutuhkan.Kesadaran masyarakat tentang literasi digital biasanya terbatas pada penggunaan aktual produk digital, seperti smartphone, tablet, komputer, dan beberapa aplikasi pendukung lainnya (Kennedy et al. 2008).
Referensi
Abdullah, S., & Wicaksono, J. W. (2020, October). Urgensi Pendidikan Karakter Berbasis Literasi Digital pada Siswa SDN 39 Kota Ternate. In Prosiding Seminar Dan Diskusi Pendidikan Dasar.
Dewi, R. K. (2021, October). Inovasi Pembelajaran Biokimia dalam Menyongsong Era Super Smart Society 5.0. In PISCES: Proceeding of Integrative Science Education Seminar (Vol. 1, No. 1, pp. 33-41).
Fatmawati, Nur Ika. "Literasi Digital, mendidik anak di era digital bagi orang tua milenial." Madani Jurnal Politik Dan Sosial Kemasyarakatan 11, no. 2 (2019): 119-138.
Muliastrini, N. K. E., & Handayani, N. N. L. (2021, May). Gerakan Literasi Digital Bermuatan Karakter Dalam Menyongsong Pendidikan Abad 21 Era Society 5.0. In Prosiding Seminar Nasional IAHN-TP Palangka Raya (No. 3, pp. 67-78).
Nikita, M., & Supraba, D. (2021, October). PERAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN MELALUI LITERASI DIGITAL MENUJU SOCIETY 5.0. In Seminar Nasional Sistem Informasi (SENASIF) (Vol. 5, pp. 2811-2819).
Pancarrani, B. (2021). LITERASI DIGITAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA PERGURUAN TINGGI DI TENGAH PANDEMI. Prosiding Pedalitra, 1(1), 256-262.
Purandina, I. P. Y. (2020). Mengembangkan Literasi Digital pada Anak di Lingkungan Keluarga dengan Penguatan Pendampingan Orang Tua. STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN ERA SOCIETY 5.0 DI PERGURUAN TINGGI, 13.
Rifai, A., Adha, M. M., Hartino, A. T., Ulpa, E. P., & Supriyono, S. (2021). Pengembangan Literasi Digital Aplikasi Civication (Civic Application) Meningkatkan Civic Competence Siswa di Era Adaptasi Kebiasaan Baru.
Ririen, D., & Daryanes, F. (2022). Analisis literasi digital mahasiswa. Research and Development Journal of Education, 8(1), 210-219.
Sutrisna, I. P. G. (2020). Gerakan literasi digital pada masa pandemi covid-19. Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Seni, 8(2), 269-283.
Yuniarto, B., & Yudha, R. P. (2021). LITERASI DIGITAL SEBAGAI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER MENUJU ERA SOCIETY 5.0. Edueksos: Jurnal Pendidikan Sosial & Ekonomi, 10(2).
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.