Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tina Haryati S.Pd.I, M.Pd.

GURU DAN KOMITMEN TANPA BATAS SAAT PANDEMI : Guru, Mutiara Terindah Di Balik Wabah

Guru Menulis | Saturday, 09 Oct 2021, 21:55 WIB

Pembelajaran daring menjadi solusi yang tepat di masa pandemi covid -19. Namun setelah dua tahun berlalu, pandemi belum juga usai, dan guru harus tetap jadi perisai pendidikan di tengah rasa jenuh yang membuat siswa semakin lalai. Pendidikan harus terus berjalan, guru harus memiliki semangat dan kesabaran tanpa batas. Karena tanpamu guru maka semakin gelaplah dunia yang telah gulita oleh pandemi. Guru tidak mengenal keluh kesah, guru tidak mengenal menyerah, guru harus terus berkreasi, berinovasi dan bijak dalam melihat dan bertindak.

Ilmu adalah cahaya, para penyampai ilmu adalah manusia istimewa yang hatinya senantiasa bersinar oleh cahaya yang menyinari dirinya sendiri sebelum menyinari orang lain. Hati yang bersih akan melahirkan kata-kata yang indah dan penuh makna. Makna dari sebuah kata akan mudah difahami, didengar dengan nyaman oleh telinga siapapun, diterima oleh beragam hati, dan diamalkan oleh oleh para pemilik anggota badan. Pandemi tak lantas membuat lisan guru penuh caci maki, tak pula mengucapkan kata yang monorehkan luka di hati para siswa, bahkan dahsyatnya pandemi tetap menjauhkan guru dari keluh kesah dan gelisah, karena guru adalah manusia terpilih yang beramal dengan penuh ikhlas.

Ruh dari sebuah amal adalah ikhlas, itu yang dituliskan Ibnu Atha’illah al-Iskandari dalam kitab al Hikam. Ikhlas adalah pijakan dasar bagi setiap guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Ikhlas yaitu melakukan sesuatu semata-semata lillah (hanya mengharap keridhoan Allah SWT semata). Keikhlasan akan melahirkan ketenangan dalam hati dan ketenangan hati adalah salah satu obat mujarab dalam menghadapi pandemi. Guru yang tenang akan membuat siswa nyaman dan senang, siswa yang senang dalam belajar akan mudah memahami, dan memiliki motivasi yang tinggi untuk mengukir prestasi.

Guru memang manusia biasa selayaknya aku, kamu dan lainnya. Tapi keikhlasan dalam hatinya adalah ruh ajaib yang akan mengubahnya menjadi manusia super yang kuat dalam menghadapi pelbagai tantangan termasuk pandemi covid-19 yang melanda negeri kita. Keikhlasan adalah pohon yang akan menumbuhkan cabang kebaikan-kebaikan lainnya, diantaranya kesabaran, ketulusan, kedermawanan, dan kerendahan hati.

Ketulusan hati akan terlihat pada wajah sang pemilik hati. Guru yang tulus akan senantiasa ceria dan membawa keceriaan pada setiap proses pembelajaran. Pembelajaran daring akan tetap menarik bagi para siswa ketika guru menyampaikannya dengan penuh keceriaan dan semangat. Hati memang bisa menyembunyikan banyak hal, tapi apa yang disembunyikan oleh hati akan tampak pada wajah. Dunia adalah panggung sandiwara, tapi tidak perlu sandiwara bagi para pemilik hati yang tulus dan apa adanya, karena setiap tindakannya sudah disutradai oleh hati yang senantiasa menyinari dan menunjukan pada perilaku yang baik.

Apakah keikhlasan berarti tak mengharap imbalan? Harapan tetaplah harapan, sekecil apapun lebih dari layak untuk diperjuangkan. Dalam kehidupan manusia tidak boleh kehilangan harapan. Sebuah harapan akan mendorong seseorang untuk beramal, namun orientasi harapannya yang harus diluruskan. Menjadi guru bukan semata-mata berharap imbalan materi yang sifatnya duniawi, tapi yang lebih dari itu adalah mengharap keridhoan Allah SWT.

Tanamkan keyakinan dalam diri bahwa Allah SWT Sang Pemilik Segalanya, Allah Maha Kaya dan Maha Kuasa atas segala sesuatu, oleh karenanya mudah saja bagi Allah SWT untuk mengabulkan apapun yang diminta hambaNya. Keyakinan kepada Allah adalah cahaya yang akan menyinari hati setiap guru untuk dapat melihat akhirat lebih indah daripada dunia. Guru yang sesungguhnya adalah ia yang menjalankan tugas dan fungsinya sebagai bagian dari amal atas penghambaan terhadap Rabbnya.

Pandemi covid 19 adalah bagian dari skenario Allah SWT bagi hambaNya. Tidak mungkin ada wabah ini jika Allah SWT tidak mengijinkan keberadaannya. Allah SWT selalu memilihkan taqdir terbaik bagi hambaNya. Pandemi covid-19 adalah taqdir terbaik yang dipilihkan Allah SWT bagi para guru agar guru lebih kreatif, terus berinovasi, juga dapat meningkatkan kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan kecerdasan sosial.

Guru terbaik selalu berprasangka baik terhadap Allah SWT. Di balik musibah pandemi covid-19 ada dua hikmah besar yang tersimpan yaitu pembelajaran tentang ma’rifatullah dan pembentukan karakter. Melalui pandemic covid-19 Allah SWT kita diajak untuk lebih mengenal Allah, Dzat yang Maha Benar, Maha Kuasa, Maha Kuat, Maha Berkehendak, Maha Mengetahui atas segala yang ghaib, Maha Segalanya. Sementara manusia bukanlah apa-apa. Manusia hanyalah butiran debu yang mudah saja diterbangkan semilir angin, makhluk hina dan lemah yang tiada daya upaya tanpa pertolonganNya.

Lewat pandemi covid-19 manusia dibentuk menjadi hamba Allah SWT yang beriman, bertawakkal, rendah hati, sabar, ikhlas, tulus dan menyadari bahwa kesejatian dalam hidup adalah penghambaan terhadap Allah SWT. Oleh karenanya ilmu tertinggi adalah mengenal Allah SWT (Ma’rifatullah). Jadilah guru terbaik sepanjang masa, kondisi apapun tidak akan mengubah kesejatian seorang guru yang tetap menjalankan tugas dan fungsinya secara maximal dengan tulus ikhlas sebagai bagian dari penghambaan dirinya terhadap Rabbnya.

#GuruHebatBangsaKuat #LombaGuruMenulis

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image