Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Slamet Samsoerizal

Presiden RI Joko Widodo Ajak Komponen Bangsa Membumikan Pancasila

Politik | 2022-06-01 14:53:17
Presiden Jokowi usai Upacara Hari Pancasila di Ende 2022 (foto: setkab.go.id)

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengajak seluruh komponen bangsa untuk membumikan Pancasila dan mengaktualisasikan nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Melansir dari laman https://setkab.go.id/dari-ende-presiden-ajak-seluruh-anak-bangsa-bumikan-pancasila/, hal tersebut disampaikannya saat memimpin upacara peringatan Hari Lahir (Harlah) Pancasila Tahun 2022, Rabu (01/06/2022), yang digelar di Lapangan Pancasila Ende, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Hari ini, 1 Juni 2022, kita memperingati Hari Lahir Pancasila di Kota Ende, Nusa Tenggara Timur. Di kota yang sangat bersejarah ini, Bung Karno, proklamator kemerdekaan, Bapak Pendiri bangsa, merenungkan dan merumuskan Pancasila yang kemudian disahkan oleh PPKI sebagai dasar negara dan mewariskan Pancasila bagi bangsa dan negara. Dari Kota Ende, saya mengajak seluruh anak-anak bangsa di manapun berada untuk bersama-sama membumikan Pancasila dan mengaktualisasikan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,” ujar Presiden.

Selepas memimpin jalannya Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila Tahun 2022 di Lapangan Pancasila, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) beserta Ibu Iriana Jokowi mengunjungi Taman Renungan Bung Karno.

Presiden Joko Widodo juga mengenakan Ragi Lambu Luka Lesu dengan kain motif perpaduan warna merah dan hitam yang merupakan pakaian adat Ende. Upacara luring dan daring ini diikuti oleh seluruh kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah. Turut hadir secara luring dan daring, Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin, Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri, Wakil Presiden RI ke-6 Try Sutrisno, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, Wakil Ketua DPR RI Lodewijk Frederick, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, para Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Kepala BPIP Yudian Wahyudi, serta Bupati Ende Djafar Achmad.

Taman Renungan

Selama menjalani masa pengasingan, Bung Karno banyak menghabiskan waktunya untuk melakukan perenungan tepat di bawah pohon sukun bercabang lima yang ada di taman tersebut. Menurut pengakuan Bung Karno dalam otobiografinya, tempat yang saat ini menjadi Taman Renungan Bung Karno adalah tempat Bung Karno mendapatkan inspirasi tentang Pancasila yang kemudian diusulkan menjadi dasar bagi negara Indonesia merdeka.

Menurut Noncent W. Noi, narasumber yang menjelaskan kepada Presiden Jokowi. menuturkan bahwa ketika Bung Karno kembali ke Ende setelah dibuang kembali ke Bengkulu, 12 tahun setelah itu beliau datang kembali ke Ende sebagai seorang Presiden Republik Indonesia dan di hadapan ribuan penduduk Ende ketika itu beliau mengungkapkan bahwa 'Di kota ini aku temukan lima butir mutiara dan di bawah pohon sukun ini ku renungkan nilai-nilai luhur Pancasila.'

Menurut Ensiklopedia Filsafat Widya Sasana, bahwa Ragi Lambu, Luka Lesu merupakan pakaian adat untuk pria di Ende, NTT. Ragi memiliki arti sarung; sementara lambu artinya baju. Ragi memiliki corak dan didominasi warna hitam dengan garis.

Ada dua jenis yakni 'ragi sura dari' yang merupakan sarung dengan motif garis-garis vertikal dan ragi sura rembe atau mbao yakni sarung dengan motif garis-garis horisontal.

Sementara itu, Lambu yang sering dikenakan oleh pria biasanya berwarna putih polos. Dalam upacara dan tarian, para pria biasanya mengenakan baju. Selain itu ada juga yang hanya mengenakan singlet ataupun baju kaos putih oblong. Ragi memiliki perlengkapan setelan lambu yaitu luka (selendang) dan lesu (destar).

Adapun, Luka adalah hasil tenun orang Lio-Ende dan dikenakan menyilang dari bahu kiri dan di beri peniti di pinggang bagian kanan. Kemudian, untuk ikat kepala yang dikenakan disebut Lesu yang bukan merupakan hasil tenun daerah Lio- Ende. Lesu berbentuk kerucut dan kerap dijual di pasar ataupun toko.

Mosalaki dan pemangku adat lainnya dalam acara-acara adat mengenakan baju kemeja lengan panjang berwarna putih. Kalau pun ada yang memakai baju kaos, baju tersebut biasanya berkerah. Namun demi menjaga wibawa biasanya para Mosalaki mengenakan baju kameja lengan panjang. Pemakaian pakaian adat tersebut melalui sebuah ritual adat atau podi lesu (mengikat lesu di kepala) dan bao luka

(mengasingkan selendang). Namun, ritual podi lesu dan bao luka tidak dilakukan setiap kali mengenakan pakian adat .

Ritual Podi Lesu Bao Luka dilakukan ketika seorang pria ditunjuk sebagai pengganti mosalaki. Dalam kebudayaan orang Lio- Ende, ragi yang dikenakan oleh seseorang menunjukan status dan kedudukan orang tersebut. Ukuran ragi yang panjang dan lebar yang dikenakan oleh seseorang menunjukan bahwa dia memiliki kedudukan yang tinggi dan memiliki peran yang penting.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image