Tips Sukses Orang Tua Menghadapi Tantrum pada Balita
Gaya Hidup | 2022-06-01 03:16:25Tantrum berasal dari bahasa inggris yang artinya kondisi yang tiba-tiba kemarahan anak tidak terkendali. Tantrum secara istilah anak adalah perilaku ekstrim, tidak menyenangkan, dan terkadang agresif karena frustasi atau marah yang berlangsung singkat. Tantrum yang biasa terjadi pada balita diantaranya yaitu, menangis, berteriak, going limp, flailing hitting, memukul, melempar barang, breath-holding, mendorong, menggigit, dll. Tantrum terjadi rata-rata sekali dalam sehari dengan durasi 0,5-1 menit, pada anak autisme memiliki perilaku tantrum yang lebih sering dan agresif. Tantrum adalah perilaku yang alami yang akan menurun seiring bertambahnya usia anak. Tantrum sering terjadi pada usia dua dan tiga tahun tetapi dapat terjadi pada usia 12 bulan.
Penyebab umum terjadinya tantrum pada balita adalah kondisi fisiologis, seperti kelelahan, lapar, atau sakit. Penyebab umum lainnya adalah frustasi. Balita berkonflik karena menginginkan perhatian orang tua dan keinginan kuat untuk mandiri. Mereka belum mengembangkan keterampilan yang matang untuk mengelola emosi yang kuat. Dalam proses pembelajaran mereka, tantrum adalah cara yang efektif untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan atau menghindari apa yang tidak mereka inginkan dalam jangka pendek. Balita juga belajar melalui mengeksplorasi lingkungan dan mungkin mereka menjadi frustasi ketika orang lain mencegah mereka melakukan ini, seperti ketika orang dewasa menengahi untuk alasan keamanan.
Pengasuhan balita memerlukan kesabaran di setiap prosesnya. Dengan mengetahui proses alamiah seperti perilaku tantrum, akan membuat orang tua semakin bijak dalam bertindak dan meminimalisir stress atau keluarnya energi untuk terbawa emosi negatif. Seiring berjalannya waktu ketika balita belajar keterampilan untuk mengidentifikasi perasaan mereka, menyebutkan emosi, mengomunikasikan perasaannya pada orang lain dan menerapkan perilaku positif untuk mengelola perasaan atau emosi negatif akan membuat frekuensi tantrum berkurang.
Lantas bagaimana cara sukses orang tua menangani tantrum balita? Ada tips menarik nih oleh Laura L dan Apaulette Ann yang terangkum dalam R.I.D.D. Apa saja sih R.I.D.D ini? Yuk simak tips berikut.
1. Remain calm
Tetap tenang menghadapi dengan pendekatan yang tenang dan arahkan balita. Misalnya dengan berkata “jangan berteriak” dengan nada yang netral. Selanjutnya cari tahu penyebab tantrum dan bantu balita mengenali perasaannya. Misalnya dengan berkata “ Ibu tahu, adik sedang marah ya karena ”.
2. Ignore the tantrum
Tidak menghiraukan dengan melanjutkan kegiatan yang kita lakukan sebelumnya atau dengan mengalihkan pandangan dan menjauh dari balita(tetap berada didekatnya). Apabila memutuskan untuk menghiraukan balita harus konsisten hingga tantrum selesai. Sehingga balita mengerti bahwa semakin ia berteriak, memukul, atau perilaku lain membuat kita menjadi tidak menghiraukan mereka.
3. Distract the child
Berikan distraksi dengan mengajak balita meninggalkan ruangan dan kembali saat tantrum berhenti. Jika hendak meminta melakukan hal yang bertentangan dengan kemauan balita berikan alternatif. Misalnya, balita tidak diperbolehkan untuk membeli ice cream, sebutkan barang lain yang boleh dibeli balita.
4. Do say ‘yes’
Katakan ‘ya’ sesuai kebutuhan balita. Jika memang sesuai dengan kebutuhan psikologis maupun fisik, kita dapat memberikannya. Jangan berubah pikiran karena menyerah dengan tantrum balita, jangan menyogok balita (contoh : dengan memberi permen) supaya tantrum berhenti. Karena dapat membuat anak berpikir dengan tantrum, ia akan mendapat apa yang ia mau.
Setelah tantrum mereda puji anak, misalnya dengan berucap “Terima kasih adik sudah duduk tenang ya”. Apabila anak sudah tenang ajak diskusi tentang apa yang memicu tantrum, bagaimana aturan bersama, dan bantu anak mengenali perasaannya (contoh : “Ibu tahu adik tadi marah ya karena ”).
Dapat disimpulkan, semakin kita mengenal dan mempelajari proses alamiah seorang manusia, maka semakin bertambah cara cerdas menghadapi suatu masalah. Cara kita memandang tantrum dapat berubah, stress dalam proses pengasuhan akan berkurang, dan kita semakin mengenal dengan perasaan si balita. Akan tetapi, ada beberapa kondisi untuk orang tua membawa anak ke dokter, yaitu ketika tantrum yang semakin menjadi-jadi, durasi berlangsung lama dan muncul berkali-kali, masih terjadi saat usia anak lebih dari lima tahun, dan anak menyakiti diri sendiri atau orang lain. Semoga bermanfaat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.