Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Taufiq Sudjana

5 CM untuk Guru menghadapi Pembelajaran Tatap Muka

Guru Menulis | Thursday, 07 Oct 2021, 12:45 WIB
Infografis 5CM (Dok. Pribadi)

Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) yang melanda negeri-negeri di seluruh penjuru dunia belum juga usai. Di Indonesia sendiri masih terdapat beberapa wilayah berstatus Level 3.

Kabar menggembirakan adanya penurunan Level 3 menjadi Level 2, Level 1, dan seterusnya terbebas dari kasus baru. Namun pemerintah masih tidak mau mengambil risiko. Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) masih diperpanjang. PPKM Terbatas ini meliputi daerah-daerah yang terbilang masih memiliki tingkat kasus yang tinggi. Perpanjangan PPKM kali ini berlaku tanggal 5-18 Oktober 2021.

Pemerintah tercatat telah beberapa kali memperpanjang kebijakan tersebut untuk menekan laju penyebaran virus corona. Namun, beberapa waktu belakangan, PPKM diterapkan dengan pelonggaran pada sejumlah sektor, mulai dari kegiatan di pusat perbelanjaan, restoran, hingga aktivitas belajar mengajar.

Mengenai kebijakan aktivitas belajar mengajar tersebut, pemerintah sudah memberikan izin Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas di beberapa wilayah. Pertimbangan ini didasari oleh banyak faktor. Antara lain penurunan tingkat kasus Covid-19, analisa pakar, persetujuan para pemangku kebijakan, dan tentunya komitmen pemerintah untuk tetap menjaga kelangsungan pendidikan.

Menurut catatan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), ada 490.217 sekolah yang diperbolehkan. Tapi kecepatan daerah dalam melakukan PTM terbatas sangat bervariasi.

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di wilayah level satu sampai dengan tiga, membuka kesempatan bagi satuan pendidikan melaksanakan PTM Terbatas dengan izin dari pemerintah daerah. Dari 514 kabupaten/kota, 471 daerah di antaranya berada di wilayah PPKM level 1-3. Jika dihitung dari jumlah sekolah sebanyak 540 ribu sekolah, 91 persen di antaranya diperbolehkan melakukan PTM terbatas. Begitu dilansir dari situs resmi Kemdikbudristek.

Adanya informasi dugaan munculnya klaster baru dari satuan pendidikan menjadi catatan khusus bagi kita. Sekolah-sekolah yang diizinkan menyelenggarakan PTM Terbatas diduga sebagai pemicu penyebaran virus tersebut. Meski Kemdikbudristek menjelaskan bahwa terdapat miskonsepsi terhadap isu klaster PTM Terbatas itu, kita tetap harus mewaspadai apa pun yang mungkin terjadi.

Selain itu, tidak dipungkiri, setelah sekian lama siswa Belajar dari Rumah (BDR) menimbulkan kejenuhan, kemalasan, dan penurunan semangat belajar. Barangkali guru pun turut mengalami hal yang sama. Terjadi penurunan kinerja setelah sekian waktu Work from Home (WFH). Untuk itulah, ada baiknya guru dan tenaga kependidikan (GTK) memulai dengan 5C.

1. Cinta

Hampir 2 tahun sekolah harus menyelenggarakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Hal ini tentunya berimbas pada kinerja GTK, juga etos belajar peserta didik. Sebagai akibat dari terlalu lama tidak masuk sekolah.

Ketika PTM dilaksanakan, guru perlu membangkitkan kembali kecintaannya terhadap profesi yang digeluti. Dengan segenap perasaan inilah, semoga dapat mengusir segala keengganan untuk kembali mengajar setiap hari dengan jam kerja mengikat. Tidak bisa dipungkiri terutama malas pada jam kerja.

2. Ceria

Keceriaan seorang guru tentu akan memberikan semangat pula kepada anak didiknya. Selain guru itu sendiri dilanda kebosanan, jemu, dan malas untuk kembali mengajar, barangkali sama halnya dengan peserta didik. Mereka mengalami kejenuhan belajar di rumah, atau justru malas masuk sekolah.

Dengan memberi contoh keceriaan tersebut, guru dapat menjadi teladan bagi murid-muridnya. Mereka akan menyambut pembelajaran di sekolah dengan senang hati.

3. Cerdik

Dalam menghadapi PTM ini guru perlu lebih cerdik dalam menentukan cara dan memilih metode pembelajaran. Sebab ia seperti memulai kembali masa-masa awal masuk sekolah. Ia harus merangsang gairah belajar siswa. Ia juga harus menumbuhkan semangat dirinya sendiri. Supaya aktivitas pembelajaran menyenangkan.

4. Cerdas

Kecerdasan seorang guru diperlukan untuk menemukan inovasi-inovasi pembelajaran. Meningkatkan keterampilan mengajar dengan menggunakan berbagai perangkat dan metode.

Pengalaman di masa pandemi sepatutnya dapat menjadi bekal untuk proses belajar mengajar selanjutnya. Bagaimana ia menggunakan perangkat teknologi, metode dan media yang sebelumnya jarang atau sama sekali tidak pernah mereka gunakan.

Beberapa survei yang dilakukan oleh Kemendikbudristek dan Kemenag, ataupun lembaga lainnya mendapatkan data masih banyaknya guru yang terkendala dalam penggunaan teknologi. Di pihak siswa pun demikian halnya. Bahkan di antara mereka banyak pula yang belum memiliki perangkat produk teknologi informasi dan komunikasi.

Di lain kasus, saat ini tidak dapat kita bantah bahwa anak-anak kita lebih pandai menggunakan gadget. Mereka lebih akrab dengan teknologi dibanding gurunya.

Berawal dari pengalaman PJJ tersebut, semoga pembelajaran akan menemukan kembali maknanya untuk sama-sama mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan nasional itu tidak akan tercapai jika gurunya sendiri bukan orang yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Paling tidak guru harus lebih cerdas dibanding muridnya. Sebab kenyataannya hari ini kita menemukan fakta bahwa murid sudah selangkah lebih maju daripada gurunya.

5. Cekatan

Cekatan dapat pula bermakna tanggap atau responsif. Bekal cekatan ini diperlukan guru dalam rangka menyikapi peristiwa-peristiwa yang mungkin terjadi. Seperti kasus-kasus insidental di beberapa wilayah adanya tawuran antar pelajar, dugaan klaster sekolah, dan lain sebagainya. Guru harus cekatan mengambil sikap tanggap menghadapi hal-hal tersebut. Bahkan perlu tanggap terhadap hal-hal yang tak terduga.

Kelima poin di atas dapat disingkat menjadi 5C. Kelimanya menjadi bekal guru dalam menghadapi PTM di sekolah. Tantangan kompetensi guru di masa pandemi.

Adapun istilah 5M sebagai protokol yang sudah kita kenal sebelumnya, tetap harus menjadi pedoman. Mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Bahkan seharusnya 5M ini sudah menjadi kebiasaan sehari-hari.

Dalam menghadapi PTM Terbatas yang sudah mulai berjalan, guru perlu menyatukan bekal 5C dengan protokol 5M. Jadi kalau digabungkan, maka bekal guru tersebut adalah 5CM. Semuanya untuk menjaga, mencegah, dan menghindari ledakan kasus baru Covid-19. Sekaligus merupakan upaya titik balik mengawali kembali aktivitas belajar mengajar di sekolah. Untuk bersama-sama melanjutkan lagi keberlangsungan pendidikan.

Semoga pandemi Covid-19 ini lekas sirna, dan pendidikan pun berjalan normal kembali.

#GuruHebatBangsaKuat

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image