Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hilal Mulki Putra

Menelisik Kecerdasan Naturalistik dan Interpersonal Peserta Didik Dalam Masa Pandemi Covid -19

Guru Menulis | Thursday, 07 Oct 2021, 00:02 WIB
sumber gambar: Teachin.id

Merdeka Belajar digadang-gadang mampu untuk menciptakan sistem pendidikan yang bahagia, baik bagi peserta didik maupun para pendidik, yang pada dasarnya program Merdeka belajar bertujuan untuk memerdekakan guru dan siswa dalam hal kegiatan belajar dan mengajar (KBM).

Pada praktiknya konsep Merdeka Belajar yang digaungakan oleh Mas Menteri Nadiem Makariem yang digadang-gadang akan membawa Indonesia lebih maju dalam sistem pendidikan di masa depan kelak. Namun, seketika harapan tersebut harus menunggu lebih lama karena pandemi covid-19 yang menyebabkan para peserta didik mau tidak mau harus melewati proses pembelajaran melalui smartphone atau yang kita kenal dengan belajar daring.

Pada akhirnya fenomena penyebaran virus covid-19 memaksa pemerintah mengeluarkan tiga opsi kepada sekolah atau madrasah untuk dipilih salah satu opsi tersebut, yang akan opsi tersebut wajib diterapkan dalam proses pembelajaran di sekolah dalam masa pandemi covid-19.

Tiga opsi tersebut adalah :Tetap mengacu pada kurikulum nasional, menggunakan kurikulum darurat atau melakukan penyederhanaan kurikulum secara mandiri (Kompas,2020)

Sistem pendidikan selama masa pandemi yang telah terbatasi ruang geraknya maupun akses pendidikan kurang lebih selama 2 tahun ini terus mengalami perubahan. Saat awal-awal kita terlalu abai akan penyebaran virus covid-19 sehingga pada puncaknya kita harus mengalah dengan keberadaan virus pandemic tersebut.

Pandemi memaksa guru berinovasi

Penulis yang juga berprofesi sebagai guru wiyata di madrasah ibtidaiyah mencoba untuk melakukan sebuah penelitian ataupun kajian, yang bertujuan untuk mengetahui opsi apa yang diterapkan oleh madrasah ibtidaiyah dalam lingkungan satuan pendidikan di lingkungan tempat tinggal penulis.

Diketahui bahwasannya para guru dalam madrasah tersebut telah melakukan sebuah penyederhanaan kurikulum sebagai acuan hasil belajar siswa yang tidak terlalu berekspetasi tinggi akan hasil dari belajar siswa tetapi mengedepankan minat dan menggali bakat setiap siswa walaupun dengan keterbatasan pembelajaran secara daring saja.

Selain daripada itu pembelajaran daring maupun luring dimasa pandemi memaksa guru harus terus berinovasi menciptakan model, media, metode, dan strategi pembelajaran yang memang seharusnya dilakukan dari dahulu.

Pembelajaran yang kadang berubah-ubah seketika menjadikan pro dan kontra dikalangan peserta didik, guru dan orang tua siswa. Mengapa demikian? Karena dalam hemat penulis, menemui bahwasannya sebagian guru dan peserta didik, terutama dalam pedesaan belum siap untuk menerapkan proses pembelajaran dalam era new normal, hingga terdengar istilah daring, luring dan pusing.

Dari pengalaman penulis saja, kini guru mulai dilatih untuk mengembangkan kompetensi dan keterampilan mengajarnya dengan berbagai pelatihan yang ada seperti pelatihan pedagogik genre untuk guru dengan mata pelajaran agama dan bahasa arab hingga e-learning, sebuah aplikasi pembelajaran unggulan yang disediaan oleh pemerintah.

Kecerdasan naturalis siswa dimasa pandemi

Dalam pengalaman penulis sebagai seorang pendidik di madrasah ibtidaiyah menemui bahwasannya peserta didik pada umumnya mengalami penurunan dalam aspek kepekaan sosial dan lingkungan hidup.

Kedua hal tersebut lebih kita kenal dengan kecerdasan naturalistik dan interpersonal dalam diri siswa. Peserta didik selama masa pandemi covid-19 lebih disibukkan dengan pembelajaran secara daring, sehingga perhatiannya teralihkan hanya oleh gadget, video game hingga tontonan televisi yang kadang pula tak selayaknya dijadikan tuntunan terus menerus.

Orang tua yang kurang mawas untuk mengawasi peserta didik saat hanya memperoleh pembelajaran daring semakin terlena akan suguhan hal-hal demikian. Peserta didik dalam angannya hanya berisi hal-hal seperti imajinasi dalam tontonan televisi, waktu yang terkuras akan video game dan kemudahan mengerjakan soal tanpa kejujuran yang jawabannya diperoleh dari mesin pencarian belaka.

Kita ketahui kecerdasan naturalistik siswa bukan hanya sebatas mengkategorikan maupun mengenali lingkungan seperti flora, fauna ataupun makhluk hidup lainnya. Begitupun kecerdasan interpersonal tak hanya sebatas melatih tingkat emosional siswa belaka.

Lebih dari itu, kecerdasan naturalistik dan interpersonal siswa harus juga dapat mempengaruhi kepekaan sosial maupun dapat menumbuhkan jiwa menjaga lingkungan untuk masa depan. Bagaimana siswa harus dididik dalam bingkai kepekaan akan sosial, lingkungan hidup (flora dan fauna), hingga keragaman yang terdapat dalam tanah kelahirannya.

Bila dikemudian hari tujuan dari kecerdasan naturalistik dan interpersonal siswa dapat tercapai maka, kemungkinan besar dimasa depan peserta didik dapat menjaga lingkungan (flora dan fauna) dengan baik, berkomunikasi, peka terhadap emosi orang lain, mudah menyesuaikan diri dengan orang lain, memiliki empati, dan suka menolong orang lain.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image