Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Siti Nurjannah

Belajar Dari Melanie Subono, Cara Berpendapat Yang Baik dan Cerdas di Media Sosial

Eduaksi | Tuesday, 31 May 2022, 14:10 WIB

Mungkin saat ini kita semua sudah tidak asing dengan yang namanya media sosial, bahkan hampir disemua kalangan rasanya tidak mungkin jika tidak mengenal media sosial. Pada era pandemi covid-19 seperti sekarang ini pun justru kita semakin diwajibkan lebih dekat dengan Teknologi, sehingga berbagai macam media sosial pun rasanya sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Karena, Media sosial merupakan wadah yang tepat untuk menyampaikan dan mengekspresikan ide atau gagasan serta pandangan yang dimiliki oleh seseorang kepada khalayak umum. Karena pada dasarnya, kebebasan itu hak setiap manusia terutama kebebasan untuk mengemukakan pendapat atau mengeluarkan pendapat sebagaimana termasuk ke dalam Hak Asasi Pribadi (Perseonal Rights) juga harus disertai rasa bertanggungjawab. Walaupun kenyataannya kebebasan itu juga dibatasi oleh hak dan kebebasan orang lain. Sebagai seseorang yang memiliki kewajiban, maka kita harus menghormati hak orang lain dan orang lain juga harus menghormati hak kita.

Namun, sebagai penggunaan media sosial juga perlu memperhatikan dampaknya walaupun memiliki kebebasan. Diantara dampak pengguna media sosial adalah bisa memberikan dampak yang sangat positif terutama dalam melakukan interaksi baik secara sosial, politik maupun ekonomi. Penggunaan media sosial juga memberikan kemudahan kita dalam berkomunikasi, baik dengan teman, keluarga, kerabat yang tidak memungkinkan jika dilakukan melalui face to face karena faktor jarak. Namun, dengan adanya media sosial kita dapat mengirimkan informasi-informasi yang dibutuhkan secara mudah dan cepat. Selain itu, Media sosial juga dapat dijadikan sebagai sarana promosi dengan berbagai produk/jasa yang dapat ditawarkan.

Tetapi, penggunaan media sosial juga dapat memberikan dampak yang negatif terhadap kita, seperti yang kita lihat sekarang media sosial banyak dijadikan sebagai media untuk menanamkan rasa kebencian terhadap orang lain dengan mengunggah kata-kata atau gambar yang tidak etis atau wajar untuk mencaci maki bahkan mempropokasi orang lain, perilaku itu sangat berbahaya yang dapat menyebabkan rasa tidak senang terutama mereka yang memiliki posisi penting. Apalagi yang menyangkut kelangsungan hidup bernegara dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mungkin kedepannya, sebelum perilaku itu terlalu kebablasan maka perlu adanya kontrol untuk mengatur pemanfaatan media sosial sebagai sarana komunikasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Oleh karena itu, ketika kita ingin menyampaikan pendapat yang baik di media sosial, maka kita harus tahu bagaimana cara berpendapat yang baik di media sosial. Jangan sampai pendapat yang kita sampaikan di media sosial malah menimbulkan perpecahan, hoax, bahkan berisi provokasi dan ujaran negatif. Kita harus berhati-hati dalam menyampaikan atau mengemukakan pendapat di media sosial agar pendapat yang kita sampaikan nantinya bisa memberikan manfaat dan inspirasi bagi orang lain. Sebagaimana mengutip dari komnasham.go.id, bahwasanya kebebasan itu tercantum dalam Pasal 28 dan Pasal 28E ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa: “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”.

Untuk itu, akan dibahas lebih lanjut mengenai cara berpendapat yang baik dan cerdas di media sosial. Belajar dari Melanie Subono dalam sebuah video microlearning yang dimana di dalamnya dijelaskan mengenai cara berpendapat di media sosial yang baik dan cerdas. Berikut ini adalah penjelasan cara berpendapat yang baik dan cerdas di media sosial:

1. Mengetahui Informasi Secara Menyeluruh atau Detail

Sebelum kita menyampaikan pendapat, kita harus benar-benar memastikan bahwa kita telah mengetahui informasi-informasi yang terkait tentang pendapat yang hendak disampaikan dengan tepat dan menyeluruh. Opini yang akan disampaikan pun harus benar-benar jelas dan sesuai dengan kebenaran sehingga tidak menimbulkan tanda tanya kepada pembaca. Jangan sampai ketika kita berpendapat ada sesuatu yang tidak diketahui sama sekali tanpa kebenaran atau asal berpendapat saja. Sebagaimana kebenaran itu dijelaskan dalam QS. Az-Zukhruf Ayat 78:

لَقَدْ جِئْنَاكُمْ بِالْحَقِّ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَكُمْ لِلْحَقِّ كَارِهُونَ

“Sesungguhnya Kami benar-benar telah membawa kebenaran kepada kamu tetapi kebanyakan di antara kamu benci pada kebenaran itu.”

2. Hindari Menyampaikan Ujaran Kebencian atau Menggunakan Kalimat Provokatif

Dalam mengemukakan suatu pendapat apalagi di media sosoal, jangan sampai kita menyelipkan ujaran kebencian di dalamnya. Pendapat bisa disampaikan dengan logis dan sesuai dengan informasi, bukan berfokus pada hal yang negatif. Sebab, apa yang disampaikan nantinya akan menimbulkan konflik ketika berinteraksi di media sosial. Selain itu, ujaran kebencian yang dilontarkan juga akan membuat orang lain itu merasa terluka dan sakit hati. Tanpa kita tahu itu akan membawa dampak buruk bagi kita sendiri maupun orang-orang di sekitar kita. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Qs. Al-Anfal ayat 46:

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu.”

Maka kita harus cerdas dan jangan pernah menggunakan kalimat provokatif dalam menyampaikan pendapat di media sosial. Karena tidak semua orang akan setuju dengan pendapat yang kita sampaikan, oleh sebab itu kita harus menggunakan kalimat yang jelas tujuannya dan juga terarah dengan baik.

3. Memikirkan Ulang Pendapat yang disampaikan

Media sosial merupakan tempat yang sangat terbuka untuk menyampaikan suatu pendapat. Sehingga saat ingin menyampaikan suatu pendapat atau komentar di media sosial, Anda harus benar-benar memikirkannya secara matang. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Hujurat Ayat 6:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُم نَٰدِمِين

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Pikirkan kembali pendapat yang hendak disampaikan sebelum mengunggahnya pada ranah media sosial. Apalagi jika isu yang kita bicarakan tergolong sensitif bagi yang membaca. Maka kita harus memperhatikan berbagai aspek terlebih dahulu seperti menjaga perasaan, situasi yang kondusif, ketepatan dari informasi, dan berbagai aspek lainnya.

4. Gunakan Bahasa yang Baik dan Sopan

Memang benar bahwa media sosial adalah wadah yang bebas untuk berekspresi, tetapi walaupun begitu kita juga harus tetap menjaga tutur kata dan tindak laku saat kita berinteraksi di dalamnya. Seperti saat ingin menyampaikan pendapat di media sosial, maka kita harus selalu menggunakan bahasa yang baik dan sopan. Sebab, dengan bahasa yang baik dan sopan, orang lain juga akan menghormati kita dan pendapat yang kita sampaikan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah Q.S Ibrahim ayat 24-27:

لَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ * تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ * وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ * يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ

“Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat suatu perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit, (24) (pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu atas izin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat. (25) Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, akar-akarnya telah dicabut dari permukaan bumi, tidak dapat tetap tegak sedikit pun. (26) Allah meneguhkan (iman) orang-orang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang dzalim. Dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki. (27) – (Q.S Ibrahim: 24-27)

Bahwasanya, Islam itu sangat menghargai hak setiap orang dalam mengemukakan pendapat. Oleh karena itu, berpendapatlah dengan baik dan cerdas. Jangan sampai memberikan pendapat yang malah menimbulkan perpecahan. Melainkan Kita harus lebih berhati-hati dalam menyampaikan atau mengemukakan pendapat agar nantinya bisa memberikan manfaat dan inspirasi bagi orang lain. Sebab dengan memahami, membaca dan tahu masalah apa yang terjadi secara fakta itu lebih baik daripada hanya asal berkata, sok tahu, dan sekadar melihat atau baca judulnya saja. Berhati-hatilah dalam bermedia sosial, jangan sampai kebebasan yang kita miliki menjadi media untuk permalukan diri kita sendiri.

Perlu diingat dengan benar bahwasanya ketika kita sedang bermedia sosial, etika yang baik adalah jangan pernah smengumbar informasi pribadi secara berlebihan. Sebab media sosial itu ibarat pisau bermata dua, disamping kemungkinan bisa bersifat baik tapi juga ada kemungkinan bisa bersifat buruk. Karena keberadaan media sosial ini memang menjadi suatu tantangan tersendiri bagi kita terlebih juga bagi khlayak umum, terutama dalam hal etika. Setelah membaca tulisan ini, yuk! Kita sama-sama belajar menjadi netizen yang cerdas dengan menerapkan etika yang baik dalam bermedia sosial walaupun memiliki hak kebebasan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image