Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ahmad Dahri

Jangan Kehilangan Tongkat Lagi

Gaya Hidup | Tuesday, 31 May 2022, 10:31 WIB

Berangkat dari sebuah warning bahwa manusia adalah tempatnya salah dan lupa, maka ada sebuah kewajaran jika manusia tidak selalu benar. Kita tidak selalu dapat mngingat ragam kejadian yang menimpa atau kita lalui sebelumnya, bahkan yang sedang kita rencanakan.

Persoalan mendasarnya adalah kita tidak jarang berjanji atau memberi harapan kepada siapapun. Entah itu berupa pekerjaan, hadiah atau sekadar menemani minum kopi dan nongkrong bersama. Tanpa sadar kita seakan-akan dapat menepati janji atau dapat mengingat apa yang sudah kita katakan kepada teman kita. Saking care-nya kita dengan teman atau kolega kita akhirnya tidak terasa membuat orang lain berharap kepada kita.

Ada beberapa kondisi di mana kita lupa menepati janji atau apa yang justru kita tidak anggap itu janji, tetapi orang lain menangkapnya sebagai harapan. Tanpa disadari kita telah menyakitinya. Sehingga kita dianggap tidak menepati janji.

Artinya kehati-hatian menjadi pondasi penting dalam komunikasi. Dalam islam kita selalu diberikan pemahaman bahwa ungkapan insyaAllah memiliki fungsi kehati-hatian yang luar biasa. Di mana seseoang tidak bisa kita harapkan juga tidak bisa kita abaikan begitu saja apa yang dikatakannya kepada kita. Atau sebaliknya.

Sumber Gambar: Alodocter" />
Sumber Gambar: Alodocter

Karena memang kodrat komunikasi itu demikian, tidak semua yang dikatakan harus dikabulkan maka, pondasi insyaAllah memberikan pengaruh luar biasa dalam pola komunikasi kita. Namun, bukan berarti kita seenaknya saja berkata insyaAllah dalam setiap janji atau perkataan kita. Karena akan menjadi kesalahan baru kalau main-main dengan ungkapan insyaAllah.

Ya, memang kita tidak bisa lepas dari kesalahan dan kelupaan selama kita masih hidup. Tetapi akan menjadi lebih bijaksana ketika kita mencoba berhati-hati dan mengingat warning di atas. Bahwa manusia adalah tempat lupa dan salah. Selagi kita menjadi manusia pasti ada potensi salah atau potensi lupa.

Oleh sebab itu, saya secara pribadi, belajar dari kesalahan-kesalahan saya sebelumnya, berupaya untuk belajar memahami dan berhati-hati agar saya tidak kehilangan tongkat lagi seperti kata Rhoma Irama. Memang manusia tempat salah dan lupa, apakah kemudian harus salah terus? Kan tidak, kita dibekali pemikiran dan hati untuk merenungkan secara mendalam.

Karena memang menjadi keutamaan manusia daripada makhluk lain adalah pemikiran dan hati yang seharusnya seluas samudera. Tidak ada manusia yang selalu benar, pun juga tidak ada manusia yang selalu salah. Karena berlakunya relatifitas kehidupan, maka kita memang perlu hati-hati dan selalu belajar dari kesalahan kita untuk memperbaiki diri dan kualitas diri kita.

Kualitas diri itu tidak akan begitu saja ada tanpa ada perjalanan panjang. Tanpa adanya proses yang dilalui dalam kehidupan. Orang tidak akan tahu bahwa di depan ada lubang besar, kalau ia tidak melewatinya, atau terjatuh karena lubang itu. Orang tidak akan mengetahui bahwa pisau itu tajam, kalau ia tidak menggunakannya, atau paling parah ia terkena sayatan pisau tersebut.

Jadi, belajar dari kesalahan sehingga kita bisa berhati-hati dalam menjalani kehidupan adalah proses sadar yang harus selalu dilatih. Mengapa? Karena untuk menjadi menusia perlu belajar dan mengenali ragam potensi yang ada di dalam diri.[]

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image