
Antologi Puisi Asep Perdiansyah
Sastra | 2021-10-06 14:15:20CORONA
Karya Asep Perdiansyah
Corona datang menyerang
Dunia menjadi tak tenang
Tempat keramaian seketika menghilang
Matahari bersinar dengan terang
Keluar rumahpun dilarang
Sekolahpun tak perlu datang
Ada orang yang harus bekerja hingga petang
Agar bisa membayar hutang
Manusia memakai masker sebagai penghalang
Mencuci tangan hingga cemerlang
Corona semakin berkembang
Tenaga medis mulai menghadang
Tenaga Medis berjuang
Namun banyak yang tumbang
Masyarakat perut tak kenyang
Jalanan kini lenggang
Masyarakat jiwanya melayang
Air mata terus berlinang
Akankah Corona segera pulang
Agar virus segera menghilang
Pemerintah mulai tertantang
Bantuan mulai datang
Relawan terus bejuang
Agar Corona segera menghilang
Tuhan apakah Engkau mulai meradang
Melihat dunia yang selalu perang
Nilai moral sudah menghilang
Ribuan nyawa kini melayang
Corona segeralah engkau pulang
Corona segeralah engkau menghilang
Agar dunia ini menjadi tenang
Sudah cukup air mata berlinang
Lampung, 13 April 2020
RINDU
Karya Asep Perdiansyah
Duduk termenung menatap kaca jendela
Melihat birunya awan tersenyum
Angin berhembus perlahan
Dedaunan menari-nari
Bunga putih meneteskan air embun
Rundu menyapa hati ini
Semut bersembunyi pada rumput nan hijau
Anak burung berkicau mencari induknya
Angin menyapa awan
Awan menyapa air
Air menyapa hujan
Hujan menyapa jiwa ini
Seekor ikan mas berenang di sungai
Air jenih dihiasi bunga teratai
Gadis kecil manis bermain air
Kini tumbuh dewasa dan cantik
Lampung, Sabtu, 14 Maret 2020
NADA KEHIDUPAN
Karya Asep Perdiansyah
Terdengar harmonisasi nada
Merasuk dalam palung hati
Mengukir kumpulan irama
Memberikan ketenangan jiwa
Suara petikan gitar nan indah
Membuat cinta mengalir dalam darah
Denting piano berbunyi
Menghilangkan resah dalam hati
Suara manis menggiringi
Memberikan oksigen dalam nafas ini
Lagu itu akan selalu terkenang
Mengikat pada pikiran yang tenang
Kehidupan ini penuh dengan nada-nada
Mengalun seiring jalannya waktu
Mengisi kesedihan dan kebahagiaan
Hingga nafas ini terhenti
Rindu selalu menghiasi
Cinta selalu menemani
Berikan nada terbaik
Untuk menjalani kehidupan ini
BENCANA
Karya Asep Perdiansyah
Insan berhamburan
Anak kecil menangis
Ribuan nyawa melayang
Atap-atap hancur lebur
Hutan kini gundul
Gunung kini tandus
Sungai kini penuh sampah
Laut kini penuh limbah
Dosa apa hambamu ini
Apakah ini ujian
Apakah ini murkaMu
Alam sudah tak seimbang
Engkau salahkan hutan
Engkau salahkan gunung
Engkau salahkan sungai
Engkau salahkan laut
Hutan kau tebangi
Gunung kau rusak
Sungai kau kotori
Laut kau cemari
Maksiat merajalela
Orang tamak dimana-mana
Ampuni hambamu yang lemah ini
Mungkin ini cara untuk mengingatmu
Lampung, 13 Desember 2018
MASALAH
By Asep Perdiansyah
Masalah hidup
Hidup masalah
Naik dan turun
Maju dan mundur
Kaya masalah
Miskin masalah
Sehat masalah
Sakit masalah
Baniir masalah
Gunung meletus masalah
Tsunami masalah
Gempa Bumi masalah
Masalah besar masalah
Masalah kecil masalah
Masalah ada masalah
Masalah tidak ada masalah
Hidup masalah
Mati masalah
Perang masalah
Damai masalah
Dunia penuh masalah
Dalam masalah ada masalah
Berikan hambamu kesabaran Ya Allah
Ampuni dosa hambamu ini
GURU
Karya Asep Perdiansyah
Guru
Embun pagi berkilau
Engkau telah bersiap
Membawa segudang ilmu
Melewati jalan sempit berliku
Engkau selalu tersenyum
Memberikan salam hangat
Kepada generasi penerus bangsa
Semangatmu bagaikan petir
Guru
Berjuang tanpa lelah
Banyak orang sukses dari kepalamu
Sikapmu menjadi teladan
Sebagai bekal mengarungi kehidupan
Guru
Engkau adalah udara
Selalu memberi kesejukan
Kepada insan yang kering
Engkau sirami air agar tumbuh subur
Tapi lihat rumahmu
Atapnya bocor ketika hujan
Engkau menahan perihnya rasa lapar
Namun Engkau selalu ikhlas dan bersabar
Guru
Semoga Allah membalas jasamu
Muridmu selalu mendoakanmu
Engkaulah pelangi
Memberi warna dalam kehidupan ini
Lampung, 20 Februari 2019
HUJAN
Karya Asep Perdiansyah
Angin berhembus
Dedaunan menari
Awan bekejaran
Petir menampakkan kilaunya
Air jatuh ke bumi
Membasahi dedaunan yang mati
Pohon berjatuhan
Gunung kini tak mempunyai rambut
Air mengalir ke jalan
Air mengalir ke rumah-rumah
Jalanan menjadi lumpuh
Rumah-rumah terseret air
Sampah memenuhi sungai
Saluran air terbungkam mulutnya
Anak kecil bermain digenangan air
Ayam dan Bebek berteriak ketakutan
Gunung sudah lelah
Pohon-pohon mati terkubur
Sungai telah bosan
Sampah menjadi hiasan
Hai insan manusia
Hijaukan gunung dan hutan
Jernihkan aliran sungai
Demi masa depan anak cucu
BUAH HATI
Karya Asep Perdiansyah
Matamu jernih bagaikan mutiara
Memberikan kesejukan dalam jiwa
Suaramu merdu bagikan gemercik air
Memberikan semangat dalam kehidupan
Engkau bagaikan tunas yang tumbuh
Kakimu mulai belajar melangkah
Kelak engkaulah yang akan menentukan arah
Tumbuhlah bagai awan yang putih juga tinggi
Mungkin kelak engkau menemukan bara api
Hapus bara api dengan rintik-rintik hujan
Samudra tempat engkau berlayar
Ombak besar akan selalu menghempasmu
Tumbuhlah subur buah hatiku
Tumbuhlah dengan budi pekerti dan ilmu
Kejujuran sebagai penerang jalanmu
Selalu berdoa kepada Sang Pencipta
Ayah dan Ibu kelak akan menjadi tanah
Dari tanah akan tumbuh tunas-tunas baru
Hidup selalu berputar waktu terus berjalan
Waktu bisa membinasakan dirimu
Hindari kesombongan buah hatiku
Hindari kebohongan buah hatiku
Karena bagaikan hama dan rumput
Membuat tunas menjadi layu dan mati
Lampung, 17 Agustus 2018
CINTA
Karya Asep Perdiansyah
Angin menyapa relung hati
Rindu akan pesona wajahmu
Rintik hujan membasahi kaca jendela
Termenung memandangi dedaunan
Menatap bintang dimalam hari
Terkenang indahnya senyumanmu
Terdengar suara alunan lagu
Menyatu dalam jiwa ini
Akan aku bawa kemana rasa ini
Rasa yang dahulu begitu indah
Dipatahkan angin hingga jatuh berguguran
Terhempas dan menghilang oleh air hujan
Disudut taman aku masih menunggumu
Kupu-kupu bertebangan sambil menatapku
Akankah engkau masih menyimpan rindu
Rindu yang dititipkan oleh cahaya rembulan
Malam hampir saja pergi
Berganti dengan terbitnya sang mentari
Namun awan tetap saja gelap
Hingga meneteskan air mata ke bumi
Cinta bagaikan darah
Yang akan terus selalu mengalir
Sekali saja berhenti
Kau akan masuk ke dalam butiran debu
Cinta bagaikan udara
Memberikan oksigen dalam tubuh ini
Cinta bagaikan pelangi
Memberikan makna dalam kehidupan ini
Lampung, 5 April 2019
SEPATU
Karya Asep Perdiansyah
Sepatu selalu menemani kaki melangkah
Sepatu selalu berpasangan
Seperti kehidupan ini ada hitam dan putih
Sepatu engkau tetap tegar walaupun selalu diinjak
Sepatu menemani langkah generasi penerusbangsa
Sepatu terkadang engkau tak terawat
Rusak berlubang seperti jalan-jalan di negeri ini
Terkadang engkau bau seperti samaph yang berserakan
Sepatu engkau ada dimana-mana
Terkadang engkau di dalam gedung pemerintahan
Sepatu ada yang bersih
Sepatu ada pula yang kotor
Sepatu ada yang harganya mahal
Hanya bisa dipakai insan bergelimang harta
Sepatu ada yang harganya murah
Hanya bisa diapakai rakyat jelata
Sepatu ada yang dipajang dietalase
Ada pula yang dipajang di kaki lima
Sepatu mewah banyak disukai wanita
Sepatu bekas selalu direndahkan
Sepatu engkau kelak akan terkubur tanah
Sepatu semahal apapun akan tetap menjadi alas kaki
Sepatu melangkah lah kejalan kebaikan
Sepatu memberi makna kehidupan
Biodata singkat penulis
Asep Perdiansyah, S.Pd.,M.Pd.,Gr., lahir di Bandar Lampung, 03 Februari 1989. Menempuh Sarjana S1 FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Lampung, dan S2 Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (MPBSI) Universitas Lampung. Beberapa buku antologi puisinya âCerita Tentang Kitaâ, âDi Ujung Jalanâ, dan âTime Lineâ. Seorang Kepala SMK Maharati Kalimanatan Tengah. Juara Kepala Sekolah Berprestasi Jenjang SMK Tingkat Provinsi Kalimantan Tengan Tahun 2021

Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook