Penguatan Konsep Campuran pada Mata Pelajaran Kimia
Guru Menulis | 2021-10-04 22:39:55Pandemi Covid-19 melahirkan metamorfosis pendidikan. Selain itu juga, pandemi memaksa guru untuk melek teknologi karena pembelajaran yang tepat untuk dilaksanakan pada saat pandemi adalah pembelajaran digital. Perubahan yang seketika dalam dunia pendidikan tentu memberikan dampak yang begitu nyata, mulai dari kredibilitas kegiatan pembelajaran, melemahnya jiwa pendidik pada guru, hingga degradasi etika peserta didik. Hal ini menjadi suatu polemik yang wajib untuk ditemukan solusinya. Bisa dipastikan pembelajaran jarak jauh secara berkelanjutan akan menjadi suatu kegagalan pendidikan. Bagaimana secara tepatnya implementasi pembelajaran di tengah pandemi Covid-19?
Apabila disimak lebih jauh, saat ini begitu banyak kegiatan pengembangan pembelajaran di tengah pandemi Covid-19, baik melalui suatu webinar maupun diklat daring. Kegiatan ini memiliki tujuan yang sama untuk memberikan terobosan baru dalam pembelajaran yang nantinya bisa diaplikasikan guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Beraneka platform pendidikan menyajikan aneka model pembelajaran dan juga pengembangan kompetensi guru. Salah satu metode pembelajaran yang bisa diterapkan saat pembelajaran jarak jauh adalah pembelajaran sinkronus dan asinkronus. Bagaimana teknis pembelajaran ini?
Pembelajaran sinkronus adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam satu waktu, bisa secara daring maupun luring. Contoh pembelajaran sinkronus adalah guru dan peserta didik melakukan pembelajaran tatap muka di kelas, atau pembelajaran tatap muka dalam dunia maya melalui media video conference seperti google meet, zoom, maupun webex. Sedangkan pembelajaran asinkronus adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik tidak dalam satu waktu. Contoh pembelajaran asinkronus adalah peserta didik diberikan modul cetak atau video pembelajaran untuk dipelajari secara lanjut di rumah masing-masing, bisa juga peserta didik diberikan tugas proyek terkait materi pelajaran yang dilakukan di rumah masing-masing dalam kurun waktu tertentu.
Pembelajaran ini sangat tepat apabila diaplikasikan dalam pembelajaran kimia supaya peserta didik bisa mendapatkan pembelajaran secara nyata. Berikut juga penting dalam menentukan model pembelajaran yang akan diadopsi supaya tercapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran Project Based Learning sangat tepat untuk diadopsi karena mampu mengaktifkan pengetahuan peserta didik dan juga keterampilan peserta didik. Model ini menempatkan proyek sebagai hasil belajar peserta didik. Model pembelajaran ini mampu mencetak keterampilan abad 21, yaitu kreatifitas, kolaborasi, komunikasi, dan berpikir kritis. Sintaks dalam Project Based Learning yaitu mengajukan pertanyaan, mendesain perencanaan projek, menyusun jadwal, memonitor peserta didik dan proyek, menguji hasil, serta mengevaluasi pengalaman.
Model Pembelajaran Project Based Learning dengan metode Sinkronus dan Asinkronus bisa diterapkan pada kompetensi dasar Materi dan Perubahannya, pada sub materi Campuran. Langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran mengikuti sintaks Project Based Learning. Pertama, guru memberikan stimulus terkait Campuran untuk menentukan topik proyek. Materi campuran bisa dikaitkan dengan kondisi pandemi Covid-19. Hingga akhirnya mengarah pada kesimpulan bahwa salah satu cara dalam meningkatkan imun pada saat pandemi adalah dengan mengkonsumsi minuman penambah imun (imunbooster). Disini peserta didik sudah bisa menentukan topik proyek yaitu pembuatan minuman imunbooster. Kedua, guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok. Disini peserta didik secara berkelompok menentukan alat dan bahan yang digunakan, serta cara pembuatannya. Guru memberikan kebebasan kepada setiap kelompok dalam memilih jenis produk minuman imunbooster.
Ketiga, peserta didik bersama guru menyusun alokasi waktu dalam mengerjakan proyek. Selain itu juga, seluruh peserta didik dalam kelas menentukan batas waktu pengumpulan produk. Langkah pertama hingga ketiga ini dilakukan secara tatap maya melalui google meet. Keempat, guru bertindak sebagai mentor yang selalu memonitoring perkembangan peserta didik dalam pembuatan produk minuman imunbooster. Proyek ini dilakukan secara berkelompok, namun dalam pelaksanaan pembuatan produk, setiap peserta didik melakukan secara sendiri di rumah masing-masing. Hal ini dikarenakan kondisi pandemi yang membatasi kegiatan berkerumun. Sehingga dalam pembuatan produk tidak mungkin dilakukan secara bersama, namun untuk diskusi sebelum dan sesudah pembuatan produk bisa dilakukan secara bersama-sama melalui video conference.
Kelima, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain menanggapi dan guru memberikan feed back kepada kelompok yang presentasi. Keenam, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan. Selanjutnya hasil refleksi ini bisa digunakan sebagai acuan untuk pembelajaran berikutnya. Langkah pertama hingga ketiga, serta langkah kelima dan keenam adalah pembelajaran sinkronus. Disini guru dan peserta didik masih melakukan pembelajaran dalam satu waktu melalui google meet. Sedangkan langkah keempat adalah pembelajaran asinkronus. Disini peserta didik diberikan kebebasan dalam melakukan pembelajaran pembuatan minuman imunbooster kapan pun tanpa ada aturan waktu yang mengikat. Model pembelajaran Project Based Learning mampu mewadahi pembelajaran sinkronus dan sinkronus.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.