Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Novriyandi, S.E

Guru Tangguh Tanpa Batas

Guru Menulis | 2021-10-04 22:05:01

Dua tahun lalu hiruk-pikuk suara anak-anak masih terdengar di halaman kelas, bunyi bising ditambah hentakan kaki lalu lalang mengitari lantai tiga koridor sekolah. Suara bersahutan antara murid dengan bude kantin menandakan waktu istirahat sedang berjalan. Ketika semua suara telah hilang, bising-bising telah lenyap, hentakan kaki di koridor berkurang, memberi tanda anak-anak telah siap untuk mengikuti pelajaran berikutnya. Guru-guru menerangkan dengan cermat dan anak-anak memperhatian dengan antusias, proses pembelajaran seperti ini berlangsung setiap hari senin sampai jum’at dengan gaya dan metode yang berbeda setiap harinya tergantung kreativas guru dalam mendidik.

Tanpa terasa masa-masa itu kini telah berlalu, hilang bagaikan ditelan ombak dan entah kapan lagi kembali. Sunyi terasa saat bising-bising itu hilang, hilangnya bukan sesaat saat siswa memasuki kelas, tapi hilang untuk waktu yang cukup lama dan entah kapan kembali. Masa-masa itu mungkin akan menjadi kenangan dimasa depan atau mungkan akan menjadi sejarah yang akan diceritakan untuk generasi berikutnya.

Tapi guru tetaplah guru, menjadi pendidik tanpa pandang bulu, mendidik tanpa batas, tak kenal lelah dan tak berkeluh kesah dengan keadaan. Ketangguhan guru diuji saat awal pandemi, memaksa para tenaga pendidik untuk berkreativitas lebih dan mempelajari hal baru. Mendidik mungkin mudah bagi para guru dimasa sebelum pandemi, namun ketika pandemi itu datang disitulah letak ujiannya. Setiap sekolah membuka pelatihan bagi guru-gurunya, membuat kelompok-kelompok belajar, dan menciptakan gaya baru dalam mengajar.

Perlengkapan alat mengajarpun disiapkan dengan membeli alat-alat elektronik yang memadai (Laptop, Android, dan berbagai aplikasi mengajar lainnya). Inilah pengorbanan seorang guru, dengan sukarela mempersiapkan semua perlengkapan dan mempelajari hal baru disetiap proses mengajar menggunakan sebuah aplikasi untuk membuat video pembelajaran semenarik mungkin agar hati pesertadidik selalu terpaut dengan sekolah dan selalu semangat walaupun secara daring. Selain memastikan semua alat-alat mengajar lengkap, materi ajarpun harus disajikan sekreatif mungkin. Dimasa seperti ini banyak lahir guru-guru tangguh dalam dunia pendidikan, rela terjun langsung kerumah-rumah untuk mengajarkan ilmu buat anak didiknya tercinta. Mengunjungi satu persatu rumah bukanlah hal yang sulit bagi seorang guru yang ikhlas, yang terpenting bagi mereka adalah masa depan anak-anak Indonesia. Seperti diketahui, pendidikan merupakan hal utama untuk mewujudkan masa depan Indonesia yang cerah.

"Berapa jumlah guru yang tersisa?" Ucap Kaisar Hirohito setelah mengetahui luluh lantaknya Kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang pasca dijatuhi bom atom oleh Amerika Serikat dipenghujung perang dunia 2. Pertanyaan yang saat itu membuat bingung para jendral Jepang karna bukan jumlah prajurit yang ditanya melainkan jumlah guru yang tersisa. Seperti itulah pentingnya seorang guru, seorang penulis mungkin akan menciptakan banyak karya, seorang seniman mungkin akan menciptakan berbagai macam seni, tapi seorang guru mampu menciptakan banyak penulis dan seniman.

Pelajaran tatap muka kembali dibuka dengan membagi siswa menjadi dua kelompok belajar, satu kelompok masuk sekolah terlebih dahulu, dan kelompok lain dihari esoknya dengan waktu belajar perkelompok kurang lebih 3 jam dalam sehari. Walaupun siswa belum mendapatkan pelajaran penuh dalam tatap muka, guru tangguh tidaklah kehabisan akal untuk mentransfer ilmu yang ia miliki. Berbagai metode belajar diterapkan dari metode klasik sampai metode baru yang sungguh kreatif. Menciptakan cara baru, mencoba pendekatan baru, dan saatnya bangkit dengan guru tangguh yang menjadikan bangsa kuat dan maju.

Kini harapan itu berada di pundak guru untuk kembali membangun generasi muda Indonesia pasca pandemi, kembali mendidik dengan penuh cinta kasih. Merakit kembali akar peradaban bangsa yang sempat rapuh dicabik pandemi, melukis dengan tinta emas pada tiap lembaran kertas, dan membentuk karakter tangguh tiap siswa guna Indonesia maju dihari esok. Kesempatan itu ada saat ini, bukan esok ataupun lusa, ia berada didepan mata, tepat diatas pundak guru-guru Indonesia. Seperti Kaisar Jepang yang saat itu bukannya menanyakan jumlah prajut, melainkan jumlah guru yang tersisa. Begitulah Indonesia pasca pandemi, membutuhkan guru-guru tangguh dalam mendidik generasi untuk Indonesia hebat dimasa depan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image