Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nadhila Sukma Walda

TANTANGAN DAN RINTANGAN DALAM BERDAKWAH

Agama | Sunday, 29 May 2022, 15:42 WIB
Sumber Gambar: https://www.ruparupa.com/blog/wp-content/uploads/2021/03/aloe-vera.png

Qatilah binti An-Nadr bin Harist bin Abdul Manaf bin Abdu Darr. Dia adalah seorang sahabiyah dan merupakan seorang penyair wanita. Ayahnya yaitu An-Nadr bin Harist yang merupakan pembesar Bani Quraisy yang sangat terkenal dengan kecerdasannya dalam mengarang cerita dan kepandaiannya dalam bersyair. An-Nadr dan anaknya Qatilah merupakan orang yang sangat menentang dakwah Rasulullah shallahu ‘alaihi wassalam. Ketika Nabi menyerukan tauhid kepada manusia An-Nadr juga menyerukan dakwahnya setelah itu. Dia menyeru kepada manusia agar membenci Nabi dan menolak ajarannya. Karena kegigihannya dalam menyebarkan ajaran-ajarannya ia pun memiliki pengikut yang sangat banyak diantaranya adalah Ukbah bin Muaid yang merupakan ayah dari Ummu Kultsum. Mereka pun menjadi sahabat karib dalam menghalangi dakwah Rasulullah shallahu ‘alaihi wassalam dan Qatilah selalu mendukung perbuatan ayahnya dalam menghalangi dakwah Rasulullah shallahu ‘alaihi wassalam.

Suatu hari An-Nadr dan Ukbah mendatangi Ahlu Kitab untuk menanyakan kebenaran akan kenabian Muhammad shallahu ‘alaihi wassalam. Ahlu Kitab pun membenarkan bahwa Muhammad adalah Nabi yang terakhir lalu memerintahkan mereka untuk menanyakan tiga hal yaitu siapa kelompok pemuda yang mengasingkan diri untuk menjaga akidahnya, siapa seseorang yang sudah malang melintang berjalan keseluruh dunia, dan apa itu ruh. Setelah mendapatkan jawaban dari Ahlu Kitab mereka melanjutkan perjalanannya untuk menemui Nabi shallahu ‘alaihi wassalam dan menanyakan tiga hal tersebut. Nabi menjawab pertanyaan mereka setelah 15 hari menunggu wahyu dari Allah shubhanahu wa ta’ala. Nabi menjawab pertanyaan pertama, “kelompok apa yang menyembunyikan diri di dalam gua untuk menjaga akidahnya, jawabannya, “Ashabul Kahfi”, lalu Nabi menjawab pertanyaan kedua, “siapa yang melala lintang berjalan keseluruh dunia?” Nabi menjawab, “Raja Zulkarnain”, pertanyaan terakhir tentang ruh, Nabi menjawab, “ini bukan merupakan urusan manusia, ini adalah urusan Allah, hanya Allah yang tau dan jika pun kalian memaksa meminta jawaban kalian juga tidak akan mengerti”. Ini semua terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-kahfi ayat 9-26. An- Nadr pun terkejut dengan jawabannya. Maka tatkala wahyu di turunkan kepada Nabi, An-Nadr pun merasa kalau dia juga bisa membuat semisalnya karena menurutnya Al-Quran adalah mitos-mitos dan cerita-cerita masa lalu saja, tetapi ternyata dia dan penyair-penyair lain mereka tidak sanggup menandinginya karena Al-Quran tidak seperti yang mereka pikirkan, melainkan Al-Quran penuh dengan petunjuk, pelajaran-pelajaran dan hikmah. Tak puas, An- Nadr mengganti pertanyaannya untuk menantang Nabi shallahu ‘alaihi wassalam, kemudian dia mengumpulkan orang banyak. An-Nadr berkata, “Ya Muhammad jika benar engkau adalah seorang nabi maka turunkanlah hujan batu sebagai azab bagi kami”.

Kisah ini terabadikan dalam firman Allah ta’ala:

.وَاِذْ قَالُوا اللهم اِنْ كَانَ هٰذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَاَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِّنَ السَّمَاۤءِ اَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ اَلِيْمٍ

Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, “Ya Allah, jika (Al-Qur'an) ini benar (wahyu) dari Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.(Al-Qur’an Surah Al-Anfal: 32)

Mereka bukan hanya melecehkan Rasulullah shallahu ‘alaihi wassalam dan Al-Qur'an yang di turunkan kepada mereka, tetapi juga menantang Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka berkata guna mengelabui orang lain seakan-akan apa yang mereka ucapkan tentang Al-Qur'an memang benar dan sesuai keyakinan mereka. Alangkah sombong dan bodohnya tantangan mereka, dan tantangan ini tidak diterima Allah ta’ala.

وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَاَنْتَ فِيْهِمْۚ وَمَا كَانَ اللّٰهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ

“Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan”. (Al-Qur’an Surah Al-Anfal: 33)

Allah mengatakan di Makkah waktu itu masih ada Nabi Muhammad yang sedang berjuang menyadarkan mereka, oleh karena itu azab tidak lansung di turunkan, karena keberadaan seorang dai atau ulama di suatu tempat bisa menghalagi daerah itu dari azab dengan syarat ulama itu tidak diam saja.

Singkat cerita akhirnya An- Nadr dan Ukbah bin Muaid memerangi Rasulullah shallahu ‘alaihi wassallam, dengan gagah berani An-Nadr membawa bendera menuju peperangan, mereka adalah orang yang paling menentang Nabi akhirnya menjadi tawanannya. Nabi menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk mengeksekusi mati mereka berdua. Setelah dieksekusi mati datanglah Qatilah anak An-Nadr, di hadapan jasad ayahnya ia melantunkan bait-bait syair yang sangat menyentuh hati, dia mengungkapkan betapa sedihnya dia kehilangan sosok ayah. Rasulullah shallahu ‘alaihi wassalam sangat tersentuh dan sedih setelah mendengar bait-bait syair itu, sehingga mengatakan kepada Abu Bakar, “Yaa Abu Bakr andai aku mendengar syair-syair itu sebelum mengeksekusi ayahnya mungkin aku tidak akan menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk melakukannya”. Begitulah tutur Nabi sakin sangat tersentuhnya dengan syair itu.

Pada akhirnya Qatilah binti Harist masuk islam ketika pristiwa Fathul Makkah. Setelah keislamannya dia banyak meriwatkan hadist dan mengajar para wanita muslimah. Qatilah binti Harist menikah dengan Abdullah bin Harist dari Bani Umayyah. Merekapun melahirkan empat orang anak, salah satu nama dari keempat anaknya yaitu Ali, orang yang telah mengeksekusi mati ayahnya.

Dari pristiwa ini sangat banyak pelajaran yang bisa di ambil tentang berdakwah.

وَمَنۡ اَحۡسَنُ قَوۡلًا مِّمَّنۡ دَعَاۤ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِىۡ مِنَ الۡمُسۡلِمِيۡنَ

“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, "Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?". (Al-Qur’an Surat Al-Fushillat: 33)

Ketika Allah bertanya siapa kah orang yang perkataannya lebih baik ketimbang orang yang menyeru di jalan Allah? Tidak ada jawabannya kecuali siapa saja yang menyeru kejalan Allah ta’ala.

Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

نَضَّرَ اللهُ امْرَءاً سَمِعَ مِنَّا حَدِيْثاً فَحَفِظَهُ – وفي لفظٍ: فَوَعَاها وَحَفِظَها – حَتَّى يُبَلِّغَهُ، فَرُبَّ حامِلِ فِقْهٍ إلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ، وَرُبَّ حامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ بِفَقِيْهٍ

Semoga Allah mencerahkan (mengelokkan rupa) orang yang mendengar hadits dariku, lalu dia menghafalnya – dalam lafazh riwayat lain: lalu dia memahami dan menghafalnya –, hingga (kemudian) dia menyampaikannya (kepada orang lain), terkadang orang yang membawa ilmu agama menyampaikannya kepada orang yang lebih paham darinya, dan terkadang orang yang membawa ilmu agama tidak memahaminya(Hadits Shahih dan Mutawatir).

Dalil diatas menerangkan bahwa seseorang dikatakan paling baik apabila perkataannya mengandung tiga perkara, yaitu: 1. Seruan pada orang lain untuk mengikuti agama tauhid, mengesakan Allah dan taat kepada-Nya. 2. Ajakan untuk beramal saleh, taat melaksanakan perintah-perintah Allah dan menghentikan larangan-Nya. 3. Menjadikan Islam sebagai agama dan memurnikan ketaatan hanya kepada Allah saja.

Berdakwah bukanlah hal mudah, Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wassalam manusia yang paling mulia di atas dunia juga dihina. Bahkan keluarga Nabi dibunuh sampai lima keturunan karena telah meyebarkan tauhid. Orang-orang yang menentang agama islam itu sudah ada sejak zaman dahulu. Dari zaman Rasullah sampai sekarang pembenci islam itu akan selalu ada dan islam itu akan dimusuhi sampai akhir zaman. Mereka memusuhi islam bukan karena ketidaktahuan mereka tentang kebenaran agama islam melainkan karena keegoisan mereka untuk mempertahankan keyakinannya, walaupun dikatakan kepada mereka, mereka tidak akan mau mendengarkannya.

Allah berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْن

“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman”. (Al-Qur’an Surah Al-Baqarah: 6)

An-Nadr adalah seorang penggerak dan dia menggerakkan orang lain agar tidak mengikuti ajaran Rasullah shallahu ‘alaihi wassalam. Orang seperti ini sangat banyak dizaman sekarang bahkan mereka membuat organisasi yang berkedok islam tapi ternyata untuk menjatuhkan agama islam alias islam radikal. Organisasi-organisasi ini dibuat untuk menjatuhkan islam dan menghina Rasulullah shallahu ‘alaihi wassalam. Misalnya, kejadian yang terjadi di Perancis mereka menghina Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wassalam dengan membuat karikaturnya, dan di tampilkan dikalayak umum hingga viral di sosial media yang menyebabkan umat islam marah, andai dia hidup di zaman Nabi mungkin dia sudah dieksekusi mati seperti An-Nadr.

Dalam berdakwah sangat banyak tantangan dan rintangannya. Ketika seseorang berdakwah mungkin akan banyak yang menentang, membenci dan menjauhinya. Oleh karena itu, seorang dai harus memiliki sikap yang sabar, tahan banting, dan tidak pantang menyerah. Terkadang orang yang menentang dakwah kita bukan orang jauh tetapi, bisa jadi orang terdekat kita, seperti keluarga dan teman-teman kita. Bahkan sesama muslim pun bisa saling menjatuhkan dalam berdakwah demi kepentingan masing-masing, misalnya Abu Jahal dia sebenarnya percaya bahwa Nabi itu utusan Allah, dan Al-Quran itu kalamullah tapi dia tetap saja tidak mau mengimaninya karena kepentingan pribadi seperti jabatan, dan takut kehilangan harta. Maka mulailah dakwah itu dengan merubah diri kita sendiri, bersikap lemah lembutlah, karena orang kafir itu tidak tau tentang Islam yang sebenarnya maka dari itu mereka melihat Islam itu dari sikap kita, kalau sikap kita buruk maka mereka akan beranggapan Islam itu buruk.

Qatilah bin Harist beliau seorang penyair yang hebat sama seperti ayahnya. Ketika ayahnya meninggal dunia dia melatunkan baik-bait syairnya yang membuat hati baginda Rasulullah shallahu ‘alaihi wassalam bergema dan ikut sedih merasakan apa yang dia rasakannya. Dari cerita ini menunjukkan bahwa kita seorang muslim boleh mengekspresikan kesedihan kita, entah itu dalam bentuk syair, puisi, atau dizaman sekarang lebih akrabnya disebut dengan status sosial media. Ini bukan berati menunjukkan kita tidak beriman, tapi itulah hakikatnya manusia selayaknya kita berhak bahagia kita juga berhak bersedih, tinggal bagaimana kita menyikapinya dan tidak berlebihan tentunya.

Pada awalnya Qatilah sangat menentang Islam dan selalu mendukung perbuatan ayahnya. Setelah masuk islam dia pun menjadi salah satu wanita yang bersejarah, dan banyak meriwayatkan hadist. Qatilah pun telah mengajarkan kita bahwa siapa pun bisa berubah dan bisa menjadi seorang dai. Di ketahui salah satu anak Qatilah diberi nama Ali. Padahal Ali adalah orang yang telah mengeksekusi mati ayahnya, akan tetapi dia sama sekali tidak dendam, walau secara kemanusiaan dia sebenarnya sedih, tetapi seperti inilah keimanan yang benar, membenarkan yang haq dan menyalahkan yang bathil..

Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai seorang muslim? Setiap muslim wajib hukumnya berdakwah. Oleh karena itu seorang muslim harus memiliki ilmu yang mumpuni, berani menyampaikan yang haq dan bathil, sehingga apa yang disampaikan terarah kejalan yang lurus dan insyaallah menjadi hidayah bagi orang lain atas izin Allah shubhanahu wata’ala, serta sabar dan ikhlas dalam berdakwah.

Referensi:

Surat Al-Anfal Ayat 32 | Tafsirq.com, diakses pada 4 Maret Pukul 20.16 WIB

Al-Qur'an Surat Al-Anfal Ayat ke-33 | merdeka.com, diakses pada 4 Maret Pukul 16.41 WIB

Al-Qur'an Surat Al-Baqarah dan Terjemahannya | merdeka.com, diakses pada 4 Maret Pukul 20.32 WIB

Al-Qur'an Surat Fussilat Ayat ke-33 (sindonews.com), diakses pada 4 Maret pukul 15.33 WIB

http://www.salamdakwah.com/hadist/19-kemuliaan-pembawa-hadits, diakses pada 10 Maret Pukul 15.15 WIB

https://www.youtube.com/watch?v=Tqp-5ULAlqk&t=2538s, diakses pada 4 Maret Pukul 14.18 WIB

*Mahasiswi Angkatan III Prodi KPI STIBA Ar Raayah Sukabumi

**Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Komunikasi Dakwah pada Semester IV

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image