Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Djoko Soegiyanto, S.Pi, S.Pd, M.Pd.I

Pekerjaan Mulia Jaminan Surga

Guru Menulis | Monday, 04 Oct 2021, 12:54 WIB

Chapter V

Alhamdulillah doaku pun diijabah oleh Allah SWT, akhirnya aku resmi diterima menjadi seorang guru di SD Islam Terpadu Ukhuwah Banjarmasin. Tepatnya tanggal 27 Oktober 2007 aku resmi menandatangani kontrak kerja menjadi seorang guru. Seseorang yang wajib digugu dan ditiru baik perkataan, sikap serta akhlaknya. Sungguh tugas yang sangat mulia namun sekaligus berat bagi seseorang yang baru seperti aku batinku.

Sebenarnya yayasan dimana aku bekerja saat itu memang memerlukan guru laki-laki untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah tersebut. Memang Allah swt jualah yang sudah menentukan dan memberikan kemudahan atas segala sesuatu yang terjadi dalam setiap kehidupan manusia. Kita wajib menjalani takdir kita dengan ridho dan ikhlas insha Allah akan membawa keberkahan dalam kehidupan kita kelak.

Tahun pertama aku ditugaskan di kelas 2 SD menjadi seorang pendamping dengan salah satu guru senior di kelasku yang menjadi wali kelas. Kami hanya boleh melakukan observasi (pengamatan) terhadap proses pembelajaran yang dilakukan wali kelas tersebut. Tujuannya agar kami bisa cepat belajar dan beradaptasi bagaimana menjadi seorang guru yang baik. Jujur aku sangat kebingungan dan lumayan stres, karena harus mengubah pola mengajarku yang aku dapat saat menjadi seorang asisten dosen menjadi seorang guru. Ya Allah berilah hamba-Mu ini kemampuan dan kekuatan batinku menguatkan diriku.

Asisten dosen fokus mengajarnya adalah para mahasiswa yang notabene-nya sudah memiliki kemampuan belajar secara mandiri. Artinya tinggal diberikan arahan dan petunjuk yang jelas maka mereka akan cepat memahaminya. Namun kalau kita menjadi seorang guru, terutama mengajar di kelas rendah misalnya kelas 2 SD perlu banyak sekali persiapan. Baik persiapan mental maupun persiapan materi bahan ajar yang akan kita sampaikan kepada peserta didik kita.

Pekan pertama observasi aku pun dipanggil oleh kepala sekolah untuk mengetahui bagaimana respon aku saat melihat langsung proses pembelajaran di dalam kelas. Sangat kompleks karena jauh berbeda sekali dengan kita mengajar di kampus atau laboratorium. Pada saat menjelaskan ada siswa yang asyik ngobrol di pojok kelas, lalu di tengah kelas ada siswa lain yang berlarian kesana kemari, ada yang menangis karena digoda oleh temannya, ada botol minum yang tumpah sampai keluar masuk kelas tanpa ijin, Hal seperti itu tidak boleh kita abaikan apabila kita sedang mengajar di dalam kelas.

Tiba giliranku keesokan harinya untuk mengajar di kelas yang aku tempati selama ini. Aku pun mengucapkan salam dan mereka terihat sangat antusias karena aku seorang guru baru yang akan mengajar di kelas mereka. Berikan kemudahan dan kelancaran ya rabb doaku didalam hati. Semua persiapan administrasi alhamdulillah sudah kupersiapkan dengan baik. Karena sedikit banyaknya aku sudah belajar beberapa hari mengamati wali kelas mengajar di kelas.

Aku pun mulai mengajar, kelihatan sekali sangat kaku dan gugup karena diamati oleh seluruh murid yang ada di kelasku, Mereka berjumlah 35 orang dengan jumlah laki-laki 17 orang dan perempuan ada 18 orang. Sungguh jauh berbeda ketika aku mengajar di laboratorium dasar menjadi asissten dosen. Objek yang kita ajar berbeda maka kita pun harus dan wajib menyesuaikan bagaimana metode dan teknik mengajar yang baik agar semua siswa bisa memahami apa yang kita sampaikan dan ajarkan.

Kesan pertama yang kudapatkan adalah aku kurang disenangi oleh siswaku karena mereka tidak memberikan perhatiannya saat aku menjelaskan pelajaran. Cara mengajarku kaku, tradisional dan hanya mampu menggunakan metode ceramah, berbicara banyak di depan para siswa. Wali kelasku pun hanya tersenyum karena tahu bahwa aku belum mengusai bagaimana cara mengajar yang efektif dengan strategi pembelajaran yang tepat. Akhirnya hari itu kututup dengan rasa bersalah karena belum maksimal dalam mengajar

Karena proses transisi tadi, dimana dulu aku mengajar dengan objek para mahasiswa. Sekarang aku dituntut untuk menjadi seorang guru dengan objeknya para siswa yang tergolong anak-anak usia antara 7 tahunan. Sungguh sesuatu hal yang lumayan berat, namun semua itu bisa kita rubahkan? Batinku menguatkan dan berniat untuk senantiasa memperbaiki diri baik dalam cara mengajar, metode yang digunakan, strategi pembelajaran yang tepat sehingga tujuan pembelajaran bisa dicapai dengan baik.

to be continued ....

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image