Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Siti Hanifah

Potret Guru Masa Kini (Berburu Sinyal Demi Sebuah Harapan)

Guru Menulis | 2021-10-04 12:19:27

Teknologi dianggap sebagai pahlawan saat pandemi virus korona. Disaat semua akses tertutup untuk meminimalisir penyebaran virus korona, teknologi hadir menawarkan angin segar. Hanya dengan satu klik “enter” semua terselesaikan tanpa harus bertatapan dan bergandengan tangan. Dunia pendidikan pun harus tetap berjalan meski tertatih dan terseok-seok di tengah wabah pandemi ini. Teknologi dijadikan tongkat untuk meraih tujuan pendidikan nasional. Lantas bagaimana peran guru sebagai pemegang tongkat penunjuk jalan agar semua rombongan mampu mencapai tujuan dengan selamat dan mendapatkan hasil yang maksimal. Tantangan kompetensi guru di masa pandemi diuji dengan kecakapan penguasaan teknologi.

Wabah pandemi virus korona yang menyerang akhir tahun 2019 ini mampu melumpuhkan segala sektor kehidupan. Mulai dari kesehatan, ekonomi, sosial, budaya, politik, hingga dunia pendidikan. Semua nyaris lumpuh dan menyisakan permasalahan yang harus segera ditanggulangi. Dengan alasan mengutamakan kesehatan dan keselamatan, pemerintah mengambil kebijakan pembatasan sosial (social distancing) dalam kehidupan bermasyarakat. Tak terkecuali dunia pendidikan.

“Prinsip kebijakan pendidikan di masa pandemi virus korona adalah mengutamakan kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat secara umum, serta mempertimbangkan tumbuh kembang peserta didik dan kondisi psikososial dalam upaya pemenuhan layanan pendidikan selama pandemi Covid-19,” jelas Mendikbud dalam rapat koordinasi (rakor) bersama Kepala Daerah seluruh Indonesia tentang Kebijakan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19, secara daring, Rabu (2/9/2020)

Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan inisiatif untuk menghadapi kendala pembelajaran di masa pandemi Covid-19, seperti revisi surat keputusan bersama (SKB) Empat Menteri yang telah diterbitkan tanggal 7 Agustus 2020, untuk menyesuaikan kebijakan pembelajaran di era pandemi saat ini. Selain itu, sekolah diberi fleksibilitas untuk memilih kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa di masa pandemi, sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan terkait kurikulum pada masa darurat.

Pelaksanaan pembelajaran daring dianggap solusi terbaik saat pandemi, karena pembelajaran tetap berlangsung meskipun tak ada tatap muka seperti biasa. Teknologi sebagai alat yang digunakan untuk kelancaran pelaksanaan pembelajaran daring. Guru sebagai pemegang kendali harus menguasai teknologi secara mumpuni untuk menyiapkan dan menyajikan pembelajaran yang bermakna di tengah keterbatasan.

Demi kelancaran pembelajaran daring di masa pandemi, pemerintah membuat Portal Layanan Program GTK Kemendikbud. Banyak sekali program yang bisa diikuti oleh guru seperti guru belajar dan berbagi, sekolah penggerak, dan guru penggerak. Dalam program ini guru dituntut untuk belajar secara mandiri dengan metode daring. Mulai dari seri masa pandemi covid-19, seri pendidikan inklusif, seri pendidikan keterampilan hidup, dan seri asesmen kompetensi minimum.

Pemerintah juga meluncurkan program Rumah Belajar yang merupakan hasil pengembangan portal sebelumnya yang diluncurkan pada 15 Juli 2011. Rumah Belajar berisi konten bahan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh pendidik dan peserta didik. Dengan jargon “Belajar di mana saja, kapan saja, dengan siapa saja”, Rumah Belajar sangat mudah diakses. Begitu di-klik, langsung muncul halaman pertama dengan berbagai menu pilihan kelompok materi belajar.

Banyaknya program yang pemerintah luncurkan tak lain untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran daring di masa pandemi. Guru sebagai subjek pelaksana pendidikan memiliki peranan yang sangat luar biasa. Mulai dari mempersiapkan, menyajikan, hingga mengevaluasi proses pembelajaran secara daring. Dimana ini adalah hal baru yang membutuhkan penyesuaian dan keterampilan.

Bukan hal baru ketika melihat guru masa kini hanya berkutik di depan laptop, bukan lagi berhadapan dengan tumpukan kertas yang menggunung di atas mejanya. Ada juga yang harus senam jari dengan telepon pintarnya. Seakan mata hanya tertuju pada layar gawai tanpa mempedulikan orang sekitar. Bukan karena asik bermain HP berselancar di media sosial miliknya, tapi tuntutan keadaan yang memaksa guru membalas komentar satu persatu dari pertanyaan anak didiknya. Bahkan sampai jam dua belas malam pun terkadang ada saja yang masih japri atau baru mengumpulkan tugas.

Belum lagi ketika sedang meet dengan siswa tiba-tiba sinyal menghilang. Ambyar persiapan tempur yang sudah disiapkan semalaman, mendadak seperti remahan gorengan yang berceceran. Walaupun sudah naik pagar dan pohon, tetapi sinyal tetap tak mau bersahabat. Jalan satu-satunya pasrah dan mencoba terus sampai bisa konek kembali.

“Tidak kerja tapi tetap gajian”. Nyinyiran dan sindiran netizen santer terdengar di tengah pandemi. Anggap saja mereka tak tahu bagaimana perjuangan guru mendapatkan gaji di masa kini. Banyak modal yang harus dikeluarkan, bila dibandingkan dengan keadaan normal sebelum pandemi. Tak sedikit yang harus merelakan sebagian tunjangan profesinya untuk membeli laptop dan smartphone. Ada juga yang membeli kamera untuk membuat video pembelajaran. Bahkan guru berbondong-bondong memasang wifi untuk memastikan koneksi internet bersahabat saat pembelajaran daring ketika berada dirumah.

Keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran daring di kelas harus selalu diasah dan ditingkatkan seiring waktu. Mulai dari mengikuti kegiatan diklat yang disediakan oleh Portal Layanan Program GTK Kemendikbud, atau kegiatan yang diselenggarakan secara daring. Guru dituntut aktif mencari info dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang menunjang peningkatan keterampilannya menguasai teknologi pembelajaran. Merelakan waktu istirahat untuk menonton tutorial membuat kelas daring, mengabsen siswa secara daring, dan membuat video pembelajaran yang menarik. Semua itu membutuhkan niat dan semangat yang tinggi dari guru itu sendiri.

Pandemi virus korona memang membatasi kita secara jasmani. Namun kita harus segera bangkit dan beradaptasi dengan hal baru demi sebuah harapan dan tujuan. Guru sebagai pemegang kendali pendidikan di Indonesia harus bangkit dan move on dari paradigma lama. Tak ada kata menyerah dan menanti sesuatu yang tak pasti. Guru harus terus bergerak untuk Indonesia yang kuat. kompetensi guru di masa pandemi bukan hanya bagaimana mengajari abc atau berhitung 123, tetapi bagaimana guru menguasai teknologi untuk meraih tujuan pendidikan nasional, diuji dengan kecakapan penguasaan teknologi.

Biografi penulis:

Siti Hanifah, seorang guru sekolah dasar lulusan S1 PGSD UNS, lahir di Banyumas 04 Desember 1989. Saat ini mengabdikan dirinya sebagai guru di SDN Pasirsari 01 Kota Pekalongan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image