Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Afriz

Kisah Hebat Seorang Pedagang Berpenampilan Luar Di Tanah Padusan Pacet

Info Terkini | Sunday, 29 May 2022, 08:43 WIB

Saya adalah orang yang banyak memberi dari pada menerima karena lahir dikeluarga yang sederhana, Salah satu hal yang saya terima dari negeri ini adalah pendidikan, dimana saya dapat menempuh pendidikan saat ini SMP yang dibayar oleh orang tua saya bukan beasiswa, dan hal tersebut telah mengajarkan saya arti dari pemberian yang harus di pertanggung jawabkan.

Wirausaha adalah pekerjaan yang mudah ke berat, ketika usaha kita sudah sukses wirausaha termasuk pekerjaan yang mudah karena kita bisa tinggal usaha kita karena di usaha kita ada karyawan yang menjaga usaha kita, ketika kita pertama berjualan akan terasa berat sekali karena kita yang harus menjaga usaha kita dan ketika kita sakit tidak ada yang menjaga usaha kita, oleh karena itu jika kita menjadi usahawan kita harus bekerja untuk mendapatkan uang, tidak kerja tidak dapat uang.

Ini kisah tentang seorang pedagang yang berkerja keras dan tampil seadanya dan rendah hati,

Pada suatu hari, pada suatu pagi saya akan berangkat ke pacet untuk melakukan kegiatan outdor learning yang diselenggarakan oleh pondok pesantren Dafi Pesantren Al Quran Science, saya memulai keberangkatan tepatnya pada pukul 08.12 dan saya berangkat menggunakan truk yang disediakan oleh pesantren disini saya berangkat bersama teman-teman sekelas saya, dalam perjalanan yang berbincang bincang dengan teman-teman saya dan menggunakan waktu keberangkatan ini untuk dokumentasi keberangkatan.

Sesampainya disana saya bersama kawan kawan langsung menuju Villa PONDOK JOWO KONDANG untuk melakukan istirahat dan bimbingan apa yang akan dilakukan disini dan akan menuju kemana

Sesampainya di Villa PONDOK JOWO KONDANG kami langsung istirahat dan melakukan bimbingan.

Didalam bimbingan berisi tentang menjaga lingkungan, menjaga mulut, dan menjaga yang lainnya mulai dari hal hak kecil seperti membuang sampah yang terlihat dan sebagainya, setelah bimbingan kami langsung diarahkan ke Wisata Padusan Pacet dan akan melakukan wawancara disana.

Dari wawancara inilah saya mendapatkan Cerita inspiratif.

Sesampainya diwisata padusan saya dan rekan tim saya mencoba melakukan wawancara kepada pedagang yang memiliki nama stand “Warung Bu Ulfa” lalu saya mencoba untuk bertanya apakah boleh melakukan wawancara sambal direkam dan ibu itu menjawab boleh.

Setelah mengetahui itu saya dan rekan tim langsung tancap gas melakukan wawancara sebelum diwawancarai tim lain.

Dari situ saya mendapatkan inspirasi bahwa hidup itu harus penuh kerja keras, usaha dan harus ada rasa syukur, saya akan menceritakan cerita inspiratif saya yang saya dapat dari hasil wawancara.

Mencari kebahagiaan sebenarnya bukan kebahagiaan, kebahagiaan itu dibuat bukan dicari, ini adalah kisah seorang pedagang berpenampilan luar.

Jika kalian ingin menjadi orang sukses maka kita harus bekerja keras untuk mencapai kesuksesa, usaha tidak pernah menghianati hasil, seberapa besar usaha kita sebesar itu pula hasil kita.

Ketika penjualan sepi maka itu bukan rezeki kita, kalo ga nanti, besok, karena rezeki sudah ada yang mengatur.

Jangan melihat orang dari tampilannya tapi dari dalam, jika gaji guru saja 3 juta perbulan bandingkan dengan pedagang yang omzetnya 300 ribu per hari.

Jangan memandang orang dari pekerjaannya, jangan menghina orang dari pekerjaannya, siapa tau orang yang anda hina pekerjaannya lebih tinggi dari pada anda, karena anda hanya melihatnya dari luar saja, jika kalian memiliki orang tua denganpekerjaan tinggi maka jangan merendahkan/menghina pekerjaan orang tua kawan kau yang lebih rendah, maka dari itu kita harus menghormati sesama.

Sama halnya dengan petani, jika petani tidak menanam padi, beras tidak akan jadi, jika tidak ada beras maka tidak ada nasi.

Maka dari itu kita harus saling menghormati meskipun berbeda beda.

Sama halnya dengan pedagang, jika tidak ada pedagang maka tidak ada yang menjual, jika tidak ada yang menjual maka tidak ada yang membeli karena tidak ada yang menjual.

Pedagang

Hambatan awal pedagang adalah sepi, susah mencari pembeli. Maka dari itu kita harus membuat stand/toko kita semenarik mungkin agar bisa menarik perhatian pembeli.

Saat itu saya bertemu dengan warung bu ulfa saat melakukan wawancara, pemilik warung tersebut adalah ibu siti ulfa yang membuka took sejak tahun 2002, dinamai warung bu ulfa “supaya pelanggan bisa mengingat jika kesini” jelas bu ulfa, bu ulfa memiliki omzet rata-rata 300 ribu, sepi 100 ribu, dan jika ramai pembeli mencapai 500 ribu per hari, biasanya ramai pengunjung ketika malam hari.

Ketika ada pandemic warung bu ulfa sepi dan sempat tutup 4 bulan 2x atau sama dengan 8 bulan, saat pandemi pengungjung wisata padusan dilarang masuk hingga ada informasi lebih lanjut, ketika warung bu ulfa tutup, bu ulfa kerja di tegal (ladang) menanam cabe, lemon, wortel, dan sebagainya guna untuk memperhidup dirinyna dan keluarga.

Bu ulfa membuka warung diwisata padusan karena pengunjung wisata padusan lumayan ramai (melintu).

Ketika bu ulfa menemukan saingan yang berat bu ulfa bersabar “kalo ga nanti, besok” jelas bu ulfa.

Kesimpulan

Kesimpulan dari cerita inspiratif saya ini adalah kita harus bersabar dalam menghadapi ujian dan harus husnudzon kepada tuhan kita, berharap diberi jalan yang terbaik oleh tuhan.

Sekian cerita singkat saya.

Mohon maaf bila ada salah kata.

Saya pamit undur diri

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image