Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Johanes Sutanto

Trik Mengelola Uang Biar Tetap Bisa Bernafas Hingga Akhir Bulan

Gaya Hidup | 2021-10-01 16:09:10

Tak hanya diderita para pekerja pemula yang belum memiliki skill pengelolaan keuangan yang baik, kehabisan uang di tengah bulan, juga bisa dialami siapa pun. Masalah dasarnya tentu saja erat berkaitan dengan yang namanya pengelolaan keuangan.

Kesalahan pengelolaan lebih banyak didasari pada ketidaktahuan, selebihnya ketidaksudian mengelola dengan baik kendati mereka tahu teori mengelolanya. Ketidakkonsistenan dalam mengelola keuangan bisa jadi karena tergoda mengalokasi dana yang dimiliki pada pos-pos yang sudah direncanakan.

Hal demikian ini terjadi karena yang namanya memegang komitmen itu banyak godaannya. Nah, buat yang sudah terbiasa tidak bisa bernafas di tengah bulan karena duit gajianya sudah habis, ada baiknya menyimak trik mengelola keuangan berikut ini.

1. Prioritaskan kebutuhan

Banyak orang tidak bisa membedakan kebutuhan dan keinginan. Banyak hal yang diinginkan lantas dianggap sebagai kebutuhan. Padahal, yang namanya keinginan itu belum tentu benar-benar dibutuhkan. Trik sederhana untuk mengetahuai beda kebutuhan dan keinginan yakni pertimbangan mendalam. Kebutuhan itu harus ada dan tidak bisa ditunda, tetapi kalau keinginan bisa ditunda. Pada poin yang pertama ini banyak pekerja pemula dan milenial lebih banyak mengikuti keinginan daripada kebutuhan, sehingga banyak uang yang didapatkan dialokasikan pada gaya hidup.

2. Tentukan pos-pos pengeluaran

Kunci mengelola keuangan itu terletak pada penentuan pos dan besaran uang yang dialokasikan. Ada banyak skema yang bisa dipakai dalam penentuan pos-posnya, tetapi secara umum ada skemanya 40-30-20-10: 40% untuk biaya hidup atau pengeluaran rutin, 30% untuk cicilan atau bayar utang, 20% tabungan atau investasi dan 10% untuk gaya hidup atau hiburan.

3. Utang yang realistis

Orang boleh punya utang, tetapi sebaiknya memang ada batasannya. Ideal utang itu maksimalnya 30% dari gaji atau pendapatan per bulan. Lebih dari itu, hidup sengsara terlilit utang. Jika benar-benar lebih dari 30% maka sudah pasti ada pos lain yang dikorbankan demi nombokin.

4. Investasi sejak dini

Investasi sejak dini idealnya dilakukan sejak mendapatkan gaji untuk pertama kalinya. Adapun besaran dana yang dialokasikan untuk pos ini sebesar 20%. Namun sebagai pemula, tentu penting juga untuk sebagian juga dimasukkan untuk tabungan konvensional alias tidak 20% gaji diinvestasikan. Kendati investasi untuk pemula saat ini sudah sangat mudah, semisal dengan aplikasi IPOT yang memungkinkan pemula untuk masuk ke reksa dana, obligasi, saham dan ETF, namun penting bagi pemula untuk memulai investasinya dengan dana yang kecil. Sembari mempelajari dan memahami seluk-beluk investasi di pasar modal maka modal investasi lambat lain ditingkatkan.

5. Miliki dana darurat

Kalau ditanya mana yang sebaiknya didahulukan antara dana darurat (emergency fund) dan investasi, tentu jawaban yang paling realistis dan masuk akal adalah dana darurat terlebih dahulu. Dana darurat adalah dana likuid yang disiapkan khusus untuk mengantisipasi kejadian-kejadian yang sifatnya darurat dan membutuhkan dana cepat. Adapun besaran dana darurat yang sebaiknya disiapkan adalah 12 kali pengeluaran bulanan, tetapi batas minimalnya untuk yang masih single bisa 3 kali pengeluaran bulanan. Sebagai contoh, jika rata-rata pengeluaran per bulan sebesar 5 juta rupiah maka dana darurat yang perlu disiapkan dan bisa dicairkan setiap saat sebesar 60 juta rupiah atau kalau dipilih yang minimal ya nominalnya 15 juta rupiah. Menariknya, dana darurat ini bisa disimpan atau diinvestasikan di reksa dana pasar uang yang boleh dikata paling likuid dibanding reksa dana lainnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image