Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Efifa Chamalia

Guru Memesona

Guru Menulis | Wednesday, 29 Sep 2021, 18:42 WIB

Merindukan bangku sekolah, sapaan ramah guru-guru, canda tawa bersama teman di sekolah tidaklah sama dengan teman yang ada di lingkungan rumah. Bahkan ada anak-anak yang mengaku tidak memiliki teman sebaya di lingkungan rumahnya, dia hanya bermain dengan teman sebaya saat berada di sekolah. Pandemi memaksa anak-anak untuk belajar di rumah dengan daring namun, di daerah pedesaan yang sulit jaringan internet pembelajaran dilaksanakan dengan cara luring siswa menjemput tugas ke sekolah dengan waktu yang sudah disepakati bersama. Hal ini tetap saja tidak memenuhi efektivitas pembelajaran yang seharusnya diperoleh anak-anak. Pertemuan singkat dengan protokol kesehatan ketat tersebut hanya mampu menjelaskan sedikit materi pelajaran yang merangkum untuk sekian pertemuan kedepannya.

Efektivitas pembelajaran daring sebenarnya bisa tercapai sesuai harapan jika sarana prasarana dari pihak sekolah dan juga peserta didik memadai. Untuk sekolah tingkat dasar seperti SD terkhusus yang berada di daerah tentu saja sangat banyak mengalami kendala. Banyak keluhan baik dari guru maupun dari orang tua murid. Terkadang signal ataupun jaringan internet di daerah tersebut sangatlah buruk sehingga menjadi kendala utama dalam pembelajaran daring.

Kebijakan terbaru berdasarkan perkembangan kasus penyebaran corona diesies 2019 sekolah dilaksanakan dengan cara tatap muka terbatas, yang mana pertemuan siswa dengan guru hanya boleh sekitar 2 sampai 4 jam saja dengan jumlah siswa separuh dari jumlah keseluruhan. Hal ini guna memutus dan meniadakan klaster baru, masih dalam tahap uji coba jika berhasil maka sekolah akan dibuka seperti sedia kala. Tentu saja berita ini disambut gembira oleh semua kalangan terkhusus orang tua murid yang sudah lama merasa jengah akan keadaan ini.

Tidak hanya orang tua murid, guru-guru pun sangat bergembira. Mereka sudah lelah dengan pembelajaran daring yang selama ini mereka sampaikan pada anak didik mereka. Banyak guru mengeluh bahwa pembelajaran daring tidak mampu mewakili kehadiran mereka dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa secara langsung. Mereka harus bekerja keras membagi waktu untuk memberikan pembelajaran daring pada siswa, untuk keluarga dan untuk istirahat. Terkadang siswa tidak serta merta hadir pada saat kelas daring dimulai bahkan tugas dan penjelasan yang disampaikan via WhatsApp saja tidak langsung bisa diakses mereka. Guru harus merelakan waktunya kapan saja melayani pertanyaan dari orang tua murid terkait materi pelajaran yang disampaikan.

Tak ingin hancurnya generasi negeri banyak guru yang berusaha memanfaatkan waktu dengan menambah wawasan mempelajari platform dari berbagai aplikasi-aplikasi yang marak berkembang sesuai dengan kemajuan ilmu teknologi. Mengikuti berbagai pelatihan serta workshop yang diadakan secara online dan sesuai dengan kebutuhan para siswanya. Karena guru tak ingin terpuruk dalam ketertinggalan akibat efek pandemi yang tak tahu entah sampai kapan berakhirnya.

Komitmen tanpa batas yang menjadi landasan kegigihan para guru dalam menggali ilmu pengetahuan demi memajukan anak bangsa. Kemajuan teknologi yang juga berdampak pada kecerdasan siswa diluar bidang pelajaran juga menjadi kekhawatiran para guru. Banyak siswa tak lagi hapal butir-butir Pancasila namun hapal nama para youtuber yang lagi viral, banyak siswa yang sudah lupa nama gurunya namun tetap hapal nama artis-artis korea. Guru harus mampu menyaingi semua tokoh-tokoh idola baru para siswanya, harus lebih menguasai berbagai macam aplikasi yang digemari siswanya seperti game online dan juga tiktok guna mengimbangi kemampuan berselancar siswanya agar bisa menjadi panutan baru para siswa. Karena guru hebat akan menjadikan bangsa kuat oleh karena itu guru harus tampil memesona sesuai dengan guru abad 21.

Mendekati kembali anak didik mereka dengan sentuhan-sentuhan kemajuan teknologi, rajin membalas chatt siswa atau sekadar berkomentar di laman sosial media peserta didik juga merupakan pendekatan sosial terhadap anak didik. Terkhusus untuk guru sekolah dasar memang harus banyak menguasai dunia anak-anak yang modern sesuai perkembangan pada masa kini. Dengan menguasai atau mengetahui berbagai game online yang sekarang digandrungi anak-anak. Mengikuti berbagai trend mode terkini cara menyampaikan materi ajar, berusaha mengambil hati peserta didik agar pentransferan ilmu kepada mereka tersampaikan dengan baik. Tapi ingat, jangan sampai guru terbawa arus kekinian sehingga menjerumuskan peserta didik dalam moral yang buruk. Guru yang baik akan melahirkan anak didik yang baik, guru hebat akan melahirkan bangsa yang kuat.

#GuruHebatBangsaKuat

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image