Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Filka Khairu Pratama

Kenali Potensi Penyakit Alzheimer Yang Mengancam Anda

Eduaksi | 2021-09-28 17:12:54

Penulis : Filka Khairu Pratama, S.Sos

Asal : ASN Perwakilan BKKBN Sumatera Barat

Penyakit Alzheimer berpotensi menyerang siapa saja. Walaupun Hari Alzheimer sedunia telah diperingati setiap 21 September lalu, namun tidak ada salahnya bicarakan agar masyarakat lebih paham dan bisa melakukan pencegahan bersama.

Penyakit Alzheimer sering dikaitkan dengan demensia atau pikun. Padahal, kondisi dari dua masalah ini tidaklah sama. Untuk itu sangat penting untuk mengenal Alzheimer dan deteksi dini. Dikutip dari laman Republika.co.id dalam Alzint.org, menginformasikah bahwa Hari Alzheimer Sedunia adalah kampanye internasional untuk meningkatkan kesadaran dan menyoroti masalah yang dihadapi oleh orang-orang yang terkena demensia.

Penyakit Alzheimer, pertama kali dijelaskan oleh ahli saraf Jerman, yaitu Alois Alzheimer, yang menjelaskan Penyakit Alzheimer merupakan penyakit fisik yang memengaruhi otak. Selama berjalannya waktu, penyakit alzheimer akan mempengaruhi protein plak pada otak dan serat yang berbelit, sehingga jaringan otak tidak berkembang dalam struktur otak yang menyebabkan kematian sel-sel otak.

Orang dengan Alzheimer juga memiliki kekurangan beberapa bahan kimia penting dalam otak mereka. Bahan kimia ini terlibat dengan pengiriman pesan dalam otak. Penderita alzheimer sudah pasti dia penderita demensia, namun penderita demensia belum tentu mengidap alzheimer.

Demensia merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan penurunan daya ingat serta kemampuan berpikir. Selain itu, gejala demensia akan disertai kesulitan berkonsentrasi, perubahan suasana hati, hingga sering mengalami kebingungan mengenai nama, bahkan tempat yang biasanya dikunjungi. Demensia sendiri ternyata memiliki beberapa jenis yang berbeda, salah satunya adalah alzheimer.

Tidak hanya penurunan daya ingat, alzheimer juga menyebabkan perubahan pada perilaku, kemampuan berbicara, hingga perubahan perilaku secara bertahap pada pengidapnya. Kedua penyakit ini sama-sama memiliki tahapan perkembangannya pada gejalanya. Namun yang berbeda, penyakit demensia tidak menyebabkan gejala di awal perkembangan. Gejala penurunan daya ingat akan dialami pengidap saat penyakit memasuki tahap kedua perkembangan.

Sedangkan pada penyakit alzheimer, pengidap sudah dapat mengalami penurunan daya ingat di awal gejala ini muncul. Biasanya, pengidap akan rentan lupa dengan suatu kejadian penting, kesulitan merangkai kata, kehilangan kemampuan mencium, tidak bersemangat, serta kesulitan mengambil keputusan.

Untuk itu, dalam rangka kampanye Anti Alzheimer sedunia, pada Selasa, 28 September 2021, Peringatan World Alzheimer Day 2021 di Rumah Sakit Umum Pusat M.Jamil Padang yang bertema" Kenali Alzheimer: Pentingnya Deteksi Dini" telah dilaksanakan, untuk mengedukasi para pengunjung rumah sakit dan masyarakat agar lebih paham tentang penyakit alzheimer. Dr. dr. Yuliarni Syafrita, Sp., S(K) Kepala Bagian SMF Neurologi RSUP M.Jamil, selaku narasumber dalam acara ini menjelaskan pentingya mengedukasi masyarakat agar bisa dilakukan pencegahan bersama. Menurut narasumber penyakit demensia alzheimer adalah gangguan penurunan fisik otak yang mempengaruhi kondisi emosi, daya ingat, dan pengambilan keputusan atau gejala pikun.

Masyarakat awam menilai, kepikunan seringkali dianggap biasa dialami oleh lansia, sehingga alzheimer seringkali tidak terdeteksi, padahal gejalanya sudah dapat diamati sejak usia muda (early onset demensia). Demensia alzheimer diakibatkan oleh jaringan otak yang sudah keropos dan menyusut, terutama didaerah memori. Demensia Alzheimer juga disebabkan oleh jaringan otak yang menyusut. Lazimnya bila seorang sudah diatas usia 65 tahun, akan terjadi penyusutan jumlah sel otak sekitar 20 persen dari ukuran normal.

Penyakit demensia alzheimer sering ditemukan pada orang tua berusia diatas 65 tahun, tetapi tidak menutup kemungkinan juga menyerang orang yang berumur 40 tahun. Kepala Bagian SMF Neurologi RSUP M.Jamil ini menjelaskan, perkiraan jumlah penderita demensia alzheimer di Indonesia telah mencapai 1 juta orang tahun 2013. Jumlah itu diprediksi akan meningkat drastis pada dua kali lipat pada tahun 2030 dan menjadi 4 juta orang penderita pada tahun 2050, hal ini juga didukung dengan semakin dominannya porsi penduduk usia tua ditahun yang akan datang. Berbicara jumlah penduduk lanjut usia, tahun 2020 menurut BPS sudah 9,92 persen atau 26,82 juta jiwa.

Penyebab dari penyakit demensia alzheimer secara pasti saat ini belum bisa diketahui. Namun, faktor risiko yang patut diwaspadai seperti faktor lanjut usia, genetik dan penyakit bawaan (jantung, diabetes, stroke, hipertensi, dan kolesterol tinggi), orang dengan bawaan down syndrome (keterbatasan kecerdasan). Pada penderita demensia alzheimer, terjadi perubahan utama diotak, seperti penyusutan otak (atrofi), hilangnya sel saraf pada otak, adanya plak amiloid neuritik (endapan protein yang terkumpul diantara sel saraf dan neuron), adanya neurofibrillary (serat terpilin dalam sel saraf, diduga berkontribusi terhadap kerusakan sel), inflamasi otak (pembengkakan).

Tanda atau gejala yang ditimbulkan dari penyakit demensia alzheimer ini seperti : Pertama, sangat mudah pelupa. Terjadi gejala mudah lupa, dan susah mengingat, sehingga hilang ingatan. Hilang ingatan sesungguhnya tidak murni faktor usia, namun ada penyebab lainnya. Kedua, Melakukan aktiviatas sehari-hari dengan proses pengerjaan yang lama. Ketiga, terjadi kesulitan dalam berkomunikasi dengan lawan bicara, susah merangkai kata dan kalimat. Keempat, tanda-tanda kebingungan atau seperti orang kebingungan. Keenam, Pendiam / banyak diam. Ketujuh, perilaku yang mulai berubah signifikan, sehingga bisa membandingkan sikap yang dahulu dengan yang sekarang.

Untuk itu, perlu ada upaya pencegahan agar jumlah sel otak tidak segera menyusut yang nantinya akan mengakibatkan penyakit demensia alzheimer ini, seperti : Melakukan rangsangan pada sel otak, melakukan usaha agar sel otak tidak lekas menyusut. Sel otak manusia memiliki milyaran cabang, cabang-cabang (dendrit) ini yang bisa kita rangsang agar dia tetap tumbuh dan akan berhubungan satu sel dengan sel yang lain.

Beraktifitas rutin dengan mengaktifkan kegiatan seperti biasa bagi yang sudah memasuki pensiun atau usia senja, seperti menstimulasi otak, fisik, mental, dan spiritual contohnya dengan mengikuti majelis taklim, pengajian rutin, berolahraga, dan jangan dibiasakan berdiam diri, menghindari banyak tidur, mengonsumsi gizi seimbang, tetap bersosialisasi dan beraktifitas positif.

Penyakit demensia alzheimer merupakan sebuah keniscayaan ditengah kompleksnya dimensi dan perkembangan kependudukan diera modern. Untuk itu, perlu upaya bersama untuk sama-sama paham dengan faktor penyebab dan pencegah timbulnya penyakit demensia alzheimer ini. Apabila sudah banyak masyarakat yang paham, maka penderita demensia alzheimer dapat ditekan sehingga tidak menjadi kendala keluarga dan pembangunan bangsa dimasa depan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image