Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Slamet Samsoerizal

Cerita Anak: Jakur Sang Penolong Bagian 2

Sastra | Thursday, 26 May 2022, 08:56 WIB

Jakur Sang Penolong Bagian 2

(sumber foto: reviewbukalapak.com)

Banjir melanda seluruh tempat di sekitar perkampungan kami. Banyak rumah penduduk, yang tinggal dekat bantaran kali hanyut. Aku mendengar 3 orang meninggal saat banjir tiba-tiba menggempur rumah-rumah yang dibangun ala kadarnya itu. Rumah-

rumah penduduk yang tinggal 100 meter dari bantaran kali, juga dibuat tak berdaya. Air benar-benar mengamuk. Rumah kami kebetulan berada di ketinggian, sehingga bebas banjir. Hanya jalan menuju ke mana-mana digenangi air; di depan rumah air sedengkul anak-anak seusiaku. Agak ke jalan raya, air sudah setinggi 125 cm.

Kulihat anak-anak, remaja, dewasa, orang tua ditolong relawan dengan menggunakan perahu karet. Seorang nenek tampak sedang diselamatkan. Tapi, tengok! Siapa penolongnya? Si Jakur! Ya si Jakur anak yang suka mengganggu kami. Dengan bantuan beberapa remaja, nenek tersebut digotong dengan kursi plastik. Wajah nenek itu pucat pasi. Tubuhnya menggigil-kedinginan. Begitu cekatan si Jakur menggendongnya. Aku dan adikku menyaksikannya penuh takjub.

Ketika sedang menyaksikan orang-orang mengungsi, kakiku terasa ada yang menyeret. Rupanya air yang deras telah menyedot kakiku. Aku kini berada agak ke tengah. Mula-mula selutut, lalu sepinggang, kemudian seleher. Orang-orang panik. Aku berteriak-teriak meminta pertolongan. Kejadian berikutnya, aku tidak ingat lagi.

Ibu dan bapakku tampak cemas. Wajahnya tampak kebingungan. Ini aku saksikan, setelah aku siuman. Aku berada di perkampungan lain, di sebuah tenda pengungsian. Orang-orang mengerumuniku. Tampak pula disana, seorang wartawan televisi meliput. Dia mewawancaraiku, mewawancarai warga yang pertama kali menyaksikan kejadian ketika aku terseret air, mewawancarai bapakku dan si Jakur. Si Jakur?

“Ya, dialah yang menolong anak saya. Dia memang pemberani. Sejak banjir, sudah puluhan warga dia tolong” begitu penuturan bapak kepada wartawan itu. Tak yakin dengan apa yang aku dengar, si Jakur menghamipiriku. Ia menyalamiku dan tersenyum. Aku membalasnya.

“Jadi, cuma Jakur yang menyelamatkanku, Pak?”

“Ya!”

“Maafkan aku Jakur! Aku selalu bersangka buruk tehadapmu!”

Aku menatap si Jakur yang basah kuyup. Ia tersenyum menatapku. * * *

(Habis)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image