Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image TAZKA ADIATI

Ayah, Kau Inspirasiku

Sastra | 2023-01-14 21:22:25

“Sekali lagi, Fa,” kata Ayah lebih lemas dari biasanya. Zulfa menyuapi sesendok lagi nasi dan potongan tempe bacem untuk ayahnya. Dokter menghampiri mereka, memberi tahu bahwa transfusi darah akan segera dilakukan. Segera Zulfa bangkit dari kursinya dan mundur dua tiga langkah untuk memudahkan perawat dan dokter melakukan tindakan transfusi darah.

“Ayah, sakit nggak transfusi tadi?” tanya Zulfa sesampainya di rumah. “Nggak, Fa. Sama saja seperti biasa,” jawab ayah sambil menarik-narik selimut siap tidur. “Sama kayak cuci darah?” Zulfa masih penasaran ikut menarik selimut untuk ayah. “Iya, sama. Ayah nggak rasa apa-apa. Kenapa sih tanya terus?” ayah ikut penasaran. Zulfa diam, hanya memandangi wajah ayahnya yang mengantuk lalu menguap. “Baik banget orang mau kasih darahnya ya, Yah,” sambung Zulfa belum selesai, “Iya, pendonor itu pahlawan, membantu sesama dengan menyumbang darah. Apa Zulfa juga mau jadi pendonor?” goda ayah, “Mau!” sergah Zulfa, “Nanti ya, kalau sudah cukup umurnya,” jawab Ayah seraya tersenyum kepada anak satu-satunya itu. Dengan cepat Zulfa mengangguk, mematikan lampu, meredupkan hari, menghidupkan mimpi.

*) Cerita telah ditulis ke dalam buku My Dreams (2022)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image