Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Andy Octa

PANDEMI YANG TAK DIRINDUKAN

Lomba | Saturday, 25 Sep 2021, 23:50 WIB

Dua tahun belakangan ini, seluruh umat manusia yang ada di bumi akrab dengan istilah pandemi. Kata pandemi diambil dari kata Yunani, pan yang artinya semua dan demos yang berarti orang. Bila digabungkan, pandemi memiliki arti sebuah epidemi penyakit yang menyebar secara meluas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pandemi yang berarti berjangkit serempak dimana-mana, meliputi daerah geografis yang luas. Sejarah mencatat, pandemi terburuk yang pertama kali terjadi di atas muka bumi ini adalah Black Death atau diterjemahkan sebagai Wabah Hitam. Wabah Hitam merupakan sebuah pandemi wabah pes yang terjadi di daratan benua Eropa melanda pada pertengahan hingga akhir abad ke-14, tahun 1347 hingga 1351. Pandemi tersebut telah menghilangkan nyawa 20 juta orang atau sepertiga penduduk Eropa pada saat itu.

Berabad-abad setelahnya, penduduk dunia kembali dikejutkan dengan sebuah peristiwa pandemi yang terjadi pada tahun 2019. Peristiwa pandemi ini pertama kali dilaporkan di kawasan Wuhan ibukota provinsi Hubei, Tiongkok. Dilaporkan penduduk yang berada di Wuhan memiliki sebuah penyakit misterius yang dengan cepat menyebar bukan hanya para penduduk saja yang terkena disana melainkan tenaga medis pun mulai tertular dengan cepat. Virus bernama SARS-CoV-2 yang kemudian diubah namanya oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menjadi 2019-nCoV atau dikenal dengan istilah Covid-19, menjadi penyebab Pandemi Covid-19 yang dengan cepat menyebar ke seluruh dunia dan masih berlangsung di tahun 2021.

Banyak keluarga yang ditinggalkan orang-orang tercintanya, ayah, ibu, kakek, nenek, kakak, adik, paman, bibi, hingga istri maupun anak-anak terenggut kehadirannya di tengah-tengah keluarga akibat virus ini. Menurut Worldometer, per September 2021 tercatat 4,7 juta jiwa telah meninggal akibat Pandemi Covid-19 dan terdapat 232 juta kasus terjadi di seluruh dunia. Pandemi ini mengakibatkan perubahan besar-besaran di berbagai sektor, mulai dari sektor teknologi, pekerjaan, kesehatan, pendidikan, hingga perekonomian.

Berbagai lembaga internasional melaporkan bahwa dampak dari pandemi Covid-19 membuat pertumbuhan perekonomian di berbagai negara mengalami penurunan hingga minus 3,5 persen. Banyak negara yang melakukan lock down demi menekan laju penyebaran pandemi lebih luas lagi. Hal ini mengakibatkan supply and demand yang tidak seimbang dan membuat supply chain terganggu hingga terputus. Tentu saja membuat seluruh aktivitas perekonomian di dunia usaha semakin sulit dan membuat pendapatan semakin menurun. Ketika dunia usaha kian tertekan, mau tidak mau perusahaan harus bertahan hidup dengan mengurangi jumlah pegawainya. Gelombang terjadinya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) secara besar-besaran di seluruh dunia. Angka pengangguran kian tak terbendung, baik di negara-negara maju maupun berkembang angkanya kian meningkat.

Apa yang terjadi di seluruh dunia turut dialami di Indonesia. Bahkan laporan dari UNICEF hasilnya cukup mengejutkan dimana 80 juta anak dan remaja di Indonesia mengalami dampak yang serius mulai dari pembelajaran, kesehatan, gizi dan ketahanan ekonomi. Selain itu, di dalam laporannya, pandemi dinyatakan memberikan hambatan bagi pendidikan jutaan pelajar yang ada di Indonesia, membatasi akses penting ke layanan kesehatan, gizi, dan perlindungan, serta menyebabkan para keluarga harus berjuang ekstra keras dalam mempertahankan kondisi keuangannya.

Menurut lembaga Charta Politika Indonesia per Juli 2021 dampak yang dirasakan paling sulit di masyarakat adalah penghasilan berkurang, kemudian disusul kehilangan pekerjaan di posisi kedua, hingga belajar dari rumah pada posisi ketiga. Penghasilan berkurang membuat keluarga kian sulit bertahan hidup di tengah-tengah pandemi seperti ini bahkan membuat anak Indonesia kehilangan kesempatan mengenyam pendidikan atau putus sekolah. Metode pembelajaran jarak jauh yang menggunakan perangkat gadget ataupun smartphone kian membuat anak-anak sekolah semakin tertekan terutama bagi mereka yang berada di kalangan tidak mampu.

Di tengah pandemi seperti ini, kita harus ingat ada sebuah ungkapan bahwa Selalu Ada Hikmah di Balik Musibah. Sebagai manusia, kita tidak kuasa melawan takdir Tuhan, Sang Pencipta Semesta Alam. Namun layaknya dua sisi koin, kita harus bisa melihat sisi lain dari kejadian pandemi ini. Ketika seluruh masyarakat dunia mengucilkan diri di dalam rumah, emisi karbon turun 2,4 milyar ton secara global menurut tim Global Carbon Project. Masyarakat bahkan bisa melihat keindahan langit biru dari sudut jendela rumah masing-masing. Di sisi lain, rasa tanggung jawab sosial di antara tetangga kian teruji dimana warga saling bahu-membahu antar tetangga dengan cara menyediakan bahan pokok makanan bagi mereka yang sedang terkena Covid-19. Masyarakat saling berbagi dengan berbagai cara untuk saling tolong-menolong bagi yang kekurangan atau terkenda dampak PHK. Semua itu mungkin tidak bisa kita rasakan di masa normal sebelum pandemi datang.

Layaknya sebuah perjalanan hidup, selalu ada harapan di tengah-tengah kesulitan. Siapa yang menyangka bahwa ketika masa pandemi yang semakin mengkhawatirkan justru angka pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) kian naik. Hadirnya platform e-Commerce mendorong para pelaku usaha untuk melek terhadap literasi digital. Hal ini membuat peningkatan keuntungan penjualan melalui dunia digital mencapai 90% ketika semua orang bisa melakukan pembelian dari rumah melalui perangkat ponsel pintar maupun gadget lainnya. Pelaku UMKM menjadi pilar penting bagi pemulihan ekonomi di tengah-tengah krisis badai pandemi seperti ini.

Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah Indonesia demi memulihkan kondisi pandemi Covid-19, mulai dari penerapan pembatasan pergerakan, perketat protokol kesehatan, hingga vaksinasi gratis ke masyarakat melalui program satu juta vaksin per hari. Dukungan masyarakat adalah kunci penting dalam kesuksesan menjalankan program pemerintah guna menekan laju penyebaran Covid-19. Jangan sampai ada lagi orang-orang tercinta ataupun yang ada di sebelah kita menjadi korban Covid-19.

Pandemi Covid-19 memang benar-benar mengubah segalanya dan menyadarkan rasa tanggung jawab sosial kita dengan selalu menjaga protokol kesehatan dengan 5M, yakni Memakai Masker, Menjaga Jarak, Mencuci Tangan, Membatasi Mobilitas, dan Menjauhi Kerumunan. Jangan sampai kita merindukan pandemi seperti ini lagi hanya untuk menumbuhkan cipta, rasa dan karsa manusia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image