Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image paskalia dwi wijayanti

Andai Pandemi Pergi: Perjalanan Cerita Putri Kecil Setelah Pandemi

Lomba | Saturday, 25 Sep 2021, 20:35 WIB

Andai pandemi pergi, putri empat tahunku dan anak-anak seusianya akan bisa berkumpul bersama di luar rumah. Putriku dapat mencicipi bangku TK atau playgroup dan dapat bersosialisasi bersama dengan teman sebayanya. Dia akan bertemu banyak orang dan teman, saling berjabat tangan, berlarian bersama dan bahkan saling berbagi makanan!. Dia akan menikmati waktu bersekolah seperti impiannya bertemu guru dan mendapat banyak teman. Aku akan menikmati keruwetan menjadi pengantar dan penjemput serta ibu untuknya di sela-sela profesiku menjadi guru.

Andai pandemi pergi, aku akan mengajak putriku menikmati weekend dengan melihat berbagai tempat wisata tanpa harus menggunakan masker yang akan membuatnya kurang nyaman. Ku ajaknya ke kebun binatang dan dia akan melihat bentuk sesungguhnya dari jerapah, gajah, singa, ular bahkan marmut juga aneka jenis binatang lainnya. Pasti dia akan sangat takjub melihat bentuk binatang-binatang itu berbeda dari yang dibacanya di buku. Ku bawanya ke pantai, untuk merasakan tanah berpasir, menikmati segarnya air pantai dan menghirup udara pantai yang bahkan belum pernah terbayangkan olehnya. Memenuhi impiannya untuk merasakan piknik bersama sambil makan di luar di atas karpet dan berkejar-kejaran di atas rumput yang hijau.

Andai pandemi pergi, aku tidak akan ragu membawanya kontrol ke dokter yang seharusnya sudah dilakukan sejak pandemi belum berevolusi. Aku akan membawanya ke dokter anak untuk meminta surat rujukan. Surat rujukan itu akan ditujukan pada dokter penyakit dalam anak untuk mempertanyakan kembali penyakit apa yang sebenarnya ada di dalam organ pencernaan putriku. Melakukan USG atau pemeriksaan lain untuk menuntaskan kegelisahan dan keraguan yang masih tersisa setelah rawat inap yang terakhir. Membuatnya segera sehat dan menikmati segala jenis makanan dan camilan yang ia ingin rasakan.

Andai pandemi pergi, aku pasti membawanya mengunjungi rumah nenek dan kakek yang pasti sudah sangat rindu melihatnya saat ini sudah sebesar apa. Mereka hanya saling jumpa dan bertanya kabar lewat ponsel walaupun dalam satu kota yang sama. Saat bertemu, mereka pasti saling berpelukan, mengecup wajah cucunya berulang kali, mencari cacing bersama, memberi makan ikan dan bahkan mendengarkan cucunya bercerita tentang berbagai hal. Putri mungilku juga dapat menginap bersama lagi setelah sekian lama.

Andai pandemi pergi, aku akan membawa putriku beribadah tidak lagi dari rumah. Membawanya ke tempat ibadah yang dulu sering dikunjunginya. Melihat kembali lampu-lampu hias yang digantung di plafon tinggi. Duduk di bangku-bangku kayu yang penuh dengan orang berdoa. Melihatnya berani berhadapan dengan banyak orang di tempat umum di akhir ibadah. Mengingatkan kembali pada kebiasaannya yang sudah tidak pernah dilakukan selama pandemi.

Andai pandemi pergi, aku akan menepati janji pada putriku untuk berenang di kolam lagi. Berenang bersama seluruh keluarga besar juga teman-teman sekitar rumah di tempat terbuka sambil tertawa lepas saat musim liburan. Melihatnya bermain air, dan hilir mudik memakai pelampung serta berpakaian renang sampai menggigil kedinginan karena terus berendam dalam air kolam.

Andai pandemi pergi, setiap sore putriku akan berkeliling di gang-gang sekitar rumah. Menyapa tetangga yang memiliki aneka jenis burung, membeli bakso yang ditusuk seperti cilok di penjual bakso keliling, dan mengelus anjing milik tetangga yang lain. Melatihnya bersepeda di luar rumah yang tak mungkin dilakukan di dalam rumahnya yang sepan dalam kampung.

Andai pandemi pergi, putriku bisa mewujudkan keinginannya untuk bisa makan bersama di sebuah warung ataupun restoran sederhana. Sebuah keinginannya yang sederhana untuk bisa berada di luar menikmati suasana kota. Masuk lagi ke dalam toko-toko dan mall sambil berkeliling hanya untuk sekadar cuci mata.

Dan andai pandemi pergi, aku akan membawanya menuju tempat peristirahatan abadi yangde (singkatan dari eyang bude) yang harus pergi karena Covid. Yangde adalah sosok perempuan yang selalu ada untuknya mulai dari ia lahir dan menjaganya saat kami sibuk bekerja. Yangde yang sudah turut andil membesarkan putriku tidak akan mungkin menemaninya bermain lagi. Kami akan membawakan bunga mawar favorit yangde dan berdoa bersama di sana. Mengucapkan terima kasih untuk segala perhatian yang diberikannya pada putri kecil kami.

Semoga saja pandemi ini benar-benar akan segera pergi, sehingga putriku dapat memiliki banyak kenangan masa kecilnya yang bahagia bersama teman sebayanya. Memandang dunia tidak hanya dari balik kaca karena takut masih ada virus yang merajalela. Mengulang kembali cerita yang membuatnya tertawa bahagia tanpa harus bermasker ganda. Membuat kenangan dan membangun momen bersama keluarga di banyak tempat, waktu dan suasana. Sebelum semua tempat itu tutup selamanya karena sulit bertahan dengan grafik pendapatan yang menurun tajam. Melihatnya tumbuh lebih tangguh setelah melalui aneka peristiwa. Kami hanya perlu membuatnya menunggu dan bersabar sebentar lagi. Mengajaknya tidak perlu panik dengan protokol kesehatan yang ketat lagi. Pandemi segeralah pergi.

Ilustrasi masker anak (shutterstock)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image