Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mohamad Su'ud

Generasi Instan

Agama | Saturday, 21 May 2022, 21:40 WIB

Miris. Kata yang pas untuk meng-ekspresikan kondisi generasi masa depan bangsa di era sekarang. Kesenjangan tidak hanya terjadi dibidang ekonomi, tapi sedang terjadi "krisis" melanda pada diri remaja dan anak-anak.

Ada Apa? Lihatlah dipojok-pojok kampung, pos-pos, perempatan jalan, teras rumah, ruang tamu, sekelompok anak-anak dan remaja yang mulai "terjajah" dengan dunia teknologi. Mereka asyik dengan gadget di tangannya. Mengapa terjajah? Mereka sedang berkhayal dan berhalusinasi, menjadi artis, selebriti, orang terkenal. Apa yang dikejar? Uang, uang, uang.

"Saya ingin menjadi youtuber". "Saya pengen menjadi artis". Saya ingin menjadi tiktoter". Itulah sebagian celotehan mereka. Sehingga mereka rela mengorbankan waktu rehat untuk edit video, gambar, dan sebagainya. Halusinasi mereka tidak dibarengi dengan kemampuan dan ilmu, mereka sekedar meniru orang lain.

Mareka ingin meraih sukses tanpa melalui jatuh bangun. Ingin hebat takut gagal. Mereka ingin jutawan tanpa harus susah payah menawarkan barang. Mereka ingin semua yang diinginkan datang tanpa harus berusaha.

Wajar, jika mereka tidak kenal cara menanam jagung, menanam padi, menanam singkong. Baginya bertani itu susah dan menderita.

Foto Peragaan. Beberapa anak di sebuah pos desa

Sampai kapan hal ini akan berlangsung?

Harus ada upaya sadar dari orang tua, orang terdekat, keluarga terdekat. Mari kita melakukan upaya untuk mengurangi "mimpi" mereka yang jauh panggang dari api.

Ayo kita kembalikan merea ke habitat yang sesungguhnya. Mereka harus diajak kembali mencintai rumah, mencintai buku, mencintai orang tua.

Ada 3 langkah yang bisa kita lakukan untuk mengurangi generasi instan yang akan membahayakan kehidupan mereka, kelak.

1) Jadikan rumah sebagai Surga.

Rumah yang nyaman, bersih dan rapi. Libatkan mereka. Ajak mereka. Orang tua tidak hanya menyuruh, tapi terjun bersama anak-anak. Mulailah mengenalkan aktifitas rumah.

Cintai mereka sepenuh hati. Tautkan hati orang tua kepada anak-anak kita. Ajak kegiatan bersama, sesuaikan dengan kondisi dan kebiasaan. Ada beberapa anak yang tidak rindu di rumah, tapi senang keluar rumah. Senang bermain di luar bersama teman.

2) Oang tua Menjadi role model anak

Orang tua adalah sosok yang dekat dengan anak. Mereka adalah anak biologis. Ada kedekatan secara genetik. Apa yang dilakukan orang tua akan disaksikan langsung oleh anak.

Menyuruh anak ke masjid, orang tua enggan ke masjid. Meminta anak menjaga kebersihan, orangtua membuang sampah seenaknya, dan seterusnya. Sering komunikasi dua arah, agar terjalin harmonisasi. Ngobrol dalam suasana hangat dan santai.

3) Do'akan terus anak-anak

Orang tua jangan jenuh dan bosan mendoakan anak-anaknya. Setiap saat, setiap waktu dan di mana saja berada. tempatkan anak di hati kita.

Seperto doa Nabi Zakaria Alaihissalam yang tidak bosan memohon keturunan.

قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا (4) وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا (5) يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ آَلِ يَعْقُوبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا (6)

“Ia berkata “Ya Rabbku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Rabbku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku (yang mewarisiku) sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, ya Rabbku, seorang yang diridhai.” (QS. Maryam : 4-6).

Doa orang tua yang tulus akan menembus jiwa anak kita.

Semoga sumbangsaran ini bermanfaat, bagi saya dan para pembaca.

Nasrun minallah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image