Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dede Leni Mardianti

Andai Covid Pergi:Tak akan ku ucapkan "sampai jumpa lagi"

Lomba | Saturday, 25 Sep 2021, 16:16 WIB

Selama hampir 2 tahun, pola hidup manusia di seluruh dunia ini berubah. Tiada lain, hal ini dikarenakan si "Covid-19" yang datang berkunjung tiba-tiba dan mewabah ke setiap penjuru dunia. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya akan ada fenomena sebesar ini yang dapat mengubah total setiap struktur aktivitas manusia.

Terhitung sejak tanggal 02 Maret tahun lalu, Corona Virus Disease 19 atau yang dikenal dengan Covid-19 berkunjung ke indonesia, tanpa sambutan ia diumumkan secara resmi oleh Presiden Joko widodo. Sejak saat itu pemerintah pusat maupun daerah secara cepat menanggapi dan membuat kebijakan-kebijakan yang dapat mengurangi penularan virus ini.

Kehadirannya di dunia dan kedatangannya di Indonesia, si “Covid-19” telah membawa perubahan dengan berbagai tantangan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Terbaru pertanggal 23 September 2021 si “Covid-19” telah menjangkit 4,2 juta orang dengan korban meninggal 141 ribu. Namun, upaya untuk menghambat penyebaran virus COVID-19 telah menghambat kegiatan perekonomian dan dampaknya terhadap tingkat kesejahteraan sosial semakin dirasakan masyarakat. Setelah menunjukkan pencapaian penurunan kemiskinan beberapa tahun belakangan ini, tingkat kemiskinan kembali meningkat setelah si “Covid-19”. Satu dari 10 orang di Indonesia hari ini hidup di bawah garis kemiskinan nasional.

Banyaknya pegawai-pegawai pabrik yang dirumahkan, usaha-usaha kecil yang berhenti, dan tempat-tempat wisata tutup, menambah berat penderitaan masyarakat, terlebih masyarakat menengah ke bawah. Meski Pemerintah Indonesia mengalokasikan dana yang tidak sedikit untuk bantuan dan penanganan si "Covid-19" ini, yaitu yang pada mulanya dianggarkan sebesar Rp699,43 triliun menjadi Rp1859 triliun, tidak lantas membuat masyarakat sejahtera.Hal ini terjadi karena beberapa faktor, salahsatunya karena penyaluran bantuan yang lambat, dan juga banyaknya oknum-oknum yang malah memperkaya diri-sendiri. Terlebih setelah terbukti kasus suap korupsi dana Bansos mantan menteri kesehatan Juliari sebesar 17 miliar.

Tidak hanya berdampak pada tatanan Ekonomi, institusi pendidikan dinilai sebagai salah satu sektor yang cepat menanggapi gelombang penyebaran si “Covid-19”. Institusi pendidikan membuat reaksi cepat karena dinilai potensial meningkatkan penyebaran. Sekolah-sekolah dengan basis jumlah murid yang cukup banyak sangat berpengaruh terhadap proses penyebaran Covid-19. Selain sekolah-sekolah, universitas-universitas pun ditutup untuk sementara. Perkuliahan dialihkan ke rumah. Semuanya pun berlangsung dari rumah. Proses belajar-mengajar akhirnya tersendat mengingat metode distribusi pengetahuan dirasa kurang optimal dan memadai. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pun menerapkan kebijakan sistem belajar dari rumah.

Hal ini sangat disayangkan, karena hak-hak pembelajaran yang optimal tidak bisa didapatkan oleh anak-anak saat ini. Terutama anak usia dini dan Usia SD. Dengan keterbatasan yang ada dan kegagapan sebagian orang terhadap Teknologi, membuat keadaan ini menjadi serba salah, COVID-19 Tidak hanya mewabahi kesehatan secara fisik tapi juga pikir, dan moral serta berpotensi mencacatkan mental anak bangsa.

Meski saat ini kita sudah terbiasa dengan Belajar dari rumah,Kita tidak bisa menyangkal bahwa efektivitas kegiatan belajar dengan pantuan jarak jauh oleh para pendidik dan bimbingan langsung dari orangtua hanya berlangsung di pekan awal. Berada di rumah selama pandemi diharapkan tetap produkif dalam belajar. Akan tetapi, kadang-kadang orang justru merasa bebas-merdeka untuk belajar. Dalam hal ini, ia menerapkan prinsip “semau gue.” Belajar dari rumah adalah sebuah tameng yang dipakai untuk menahan tuduhan bahwa selama Covid-19 sistem pendidikan vakum.

Jika si "Covid-19" tak jua pergi, tak terbayangkan dampak seperti apa lagi yang akan muncul. Kehadirannya tentu saja banyak memberikan pelajaran dan mengubah pola hidup kita menjadi lebih baik; Kita menjadi lebih menjaga kesehatan dan kebersihan, terbiasa melakukan Cuci tangan dari manapun kita pergi, menggunakan masker pada saat berinteraksi dengan orang banyak, serta menjaga asupan makanan.

Meskipun begitu, tentu saja untuk kepergiannya lebih baik dihantarkan tanpa kata "sampai Jumpa lagi" seperti kita menghantar kepergian mantan kekasih.

Referensi: dari JHU CSSE COVID-19 Data

https://smeru.or.id/id/content/ringkasan-eksekutif-dampak-sosial-ekonomi-covid-19-terhadap-rumah-tangga-dan-rekomendasi

Essay “perkuliahan daring:solusi atau pelarian?” oleh Reneldus Maryono Paing

https://www.cnbcindonesia.com/news/20210702112940-4-257710/sri-mulyani-tambah-dana-penanganan-covid-jadi-rp-1859-t

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image