Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Samin M. IP

“Komantan Korang” Ritual Unik Hindari Suami Selingkuh

Gaya Hidup | Saturday, 25 Sep 2021, 10:31 WIB
Ritual Komantan Korang untuk menghindari suami selingkuh. foto-foto Diambil dari blog Yogi Pramana

SUAMI selingkuh atau istri selingkuh sudah menjadi makanan sehari-hari di Indonesia bahkan fenomena ini menjadi gunung es di Indonesia, tak hanya merambah masyarakat perkotaan bahkan fenomena selingkuh sudah merambah di desa-desa.

Hampir setiap hari terdengar masalah perselingkuhan, apalagi dikalangan selebriti. Berita gosip yang disajikan, selalu isinya tentang perselingkuhan. Sehingga fenomena selingkuh ini menjadi trend di masyarakat akibat tayangan perselingkuhan yang ada di infotinmet dan beberapa sinetron juga menyajikan cerita tentang perselingkuhan.

Perselingkuhan antara pimpinan dan bawahan, selingkuh antara tetangga rumah, selingkuh antara teman, dan banyak lagi kasus selingkuh yang terjadi di Indonesia ini.

Ada ritual menarik yang ada di Desa Asembagus Situbondo Jawa Timur, dimana agar suami tidak melakukan selingkuh masyarakat menggelar ritual pawai "KOMANTAN KORONG" atau pengantin kurung dalam sebuah acara pernikahan.

Seperti yang dilansir oleh Kompas.com, dimana ritual Komantan Korong ini dilakukan warga saat pernikahan berlangsung, dimana pengantin laki-laki dimasukkan ke dalam kurungan kemudian di arak mengelilingi sejumlah desa yang tersebar didaerah tersebut.

Ritual Komantan Korong ini dilakukan sebagai simbol agar kehidupan keluarga mereka bahagia serta menjadi keluarga sakinah. Pengantin laki-laki yang dimasukan ke dalam kurungan didoakan tak berselingkuh dengan perempuan lain.

Kepercayaan masyarakat Situbundo khususnya Desa Asembagus ada baiknya untuk dijadikan sebuah pembelajaran, sehingga diyakini ketika seorang laki-laki yang telah menikah dan ketika sudah diarak keliling desa mengingatkan kepada perempuan yang ada di desa tersebut kalau laki-laki yang diarak tersebut telah menikah. Sehingga, bagi perempuan yang ada di desa tersebut tidak coba-coba untuk main hati dengan laki-laki yang telah dikurung dan diarak keliling desa.

Permasalahan selingkuh ini terjadi kebanyakan dilakukan oleh suami, jadi wajar jika dalam tradisi yang dilakukan warga Situbondo suami yang diarak keliling kampung.

Kasus perselingkuhan saat ini acap kali terjadi, ditambah dengan majunya teknologi membuat kasus perselingkuhan bertambah. Apalagi akses kemudahan seperti adanya teknologi Handphone, BB, Face Book, Twitter dan alat media jejaringan lainnya. Berawal dari coba-coba, menyapa, kirim salam hingga berlanjut dalam sebuah perselingkuhan.

Tribun news meliris ada empat faktor penyebab terjadinya perselingkuhan,pertama faktor fasilitas yang disalahgunakan sehingga terjadilah sebuah perselingkuhan. Dicontohkan adanya fasiltas hotel yang semakin banyak, tempat hiburan malam, kemajuan teknologi dan lain-lainnya.

Faktor kedua yang menyebabkan perselingkuhan terjadi karena faktor materi atau uang. Dicontohkan orang yang berselingkuh biasanya karena memiliki uang lebih hingga bisa membeli sarana atau fasilitas.

Kemudian faktor ketiga, adalah adanya kemauan, niat untuk selingkuh. Permasalahan ini berangkat dari pola pikir seseorang yang dipengaruhi pengetahuan dan lingkungan, seperti adanya ungkapan laki-laki dianggap biasa ketika berselingkuh.

Kemudian faktor terakhir yakni situasi yang menginzinkan, meski tidak ada niat untuk berselingkuh karena ada kesempatan dan situasi mendukung maka bisa terjadi sebuah perselingkuhan. Empat faktor yang dirili oleh Tribun News ini hanya beberapa saja, bisa jadi ada versi lain terjadinya perselingkuhan.

Tapi yang pasti, untuk mengatasi agar tidak terjadi sebuah perselingkuhan penulis meyakini agama yang kuat merupakan benteng dalam mengatasi perselingkuhan sebab ketika kita ingat akan ajaran agama sekuat apapun niat kita untuk melakukan perselingkuhan maka akan terhindar dari perselingkuhan tersebut. Untuk itu, kuatkan iman sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Salam (****)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image