Andai Pandemi Pergi, Pasti Pemuda Mulai Meraih Mimpi
Lomba | 2021-09-25 09:54:22Dia menengadah ke arah langit yang mulai pudar keabu-abu.
Tersadar oleh waktu yang telah beranjak ke akhir tahun, September kelabu.
Memutar kedua bola matanya â tuk memaksa pikiran tetap berpacu.
Dia adalah pemuda yang sedang menatap masa depan dalam haru.
ÃÂ
Tak terasa, hampir dua tahun lamanya COVID-19 memasuki Indonesia setelah Presiden Joko Widodo mengonfirmasi pada 2 Maret 2020 silam. Di Bulan September 2021 menuju penghujung tahun ini, musim hujan telah datang tetapi wabah tak kunjung hilang. Banyak perubahan yang telah terjadi terhadap kehidupan manusia, terutama bagi para pemuda.
Mengapa saya hanya menitikberatkan kepada pemuda? Karena saya setuju dengan pendapat Kepala Komunikasi UNICEF, Thierry Delvigne Jean yang mengungkapkan bahwa banyak orang beranggapan jika orang tua lah yang menjadi golongan paling terdampak sejak awal pandemi. Padahal, justru anak muda yang menerima dampak negatif di segala aspek. Mereka, para pemuda harus melihat orang tua kehilangan mata pencaharian, keterbatasan belajar melalui praktik langsung, hingga sementara harus mengubur impian di masa depan.
Susahnya Pemuda Mencari Kerja
Sebagai seorang pemuda dan lulusan sarjana perikanan kelautan, saya sendiri telah merasakan begitu banyak cobaan yang menghantui akibat pandemi ini. Energi yang biasanya terkuras, seketika harus terkemas. Karena semenjak kuliah saya telah terbiasa dengan mobilitas tinggi, pergi kesana kemari. Maka akibat pandemi, harus terpaksa berdiam diri.
Sesaat terjun ke masyarakat seutuhnya (dunia kerja) setelah lulus melepas gelar â mahasiswaâ . Impian untuk bekerja di perusahaan bonafit pun harus terhenti karena keadaan. Ingin merantau pun harus terkendala karena peraturan. Yang tersisa hanyalah perjuangan meraih cita-cita walau hanya bermodalkan harapan.
Saat berusaha melamar pekerjaan, saingan saya tidak hanya para pemuda fresh graduate lainnya. Tetapi ada juga para pekerja berpengalaman yang terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) imbas pandemi. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis jumlah pengangguran per Februari 2021 telah menyentuh angka 8,75 juta orang di Indonesia. Kemnaker (Kementerian Ketenagakerjaan) juga menambahkan bahwa 29,4 juta pekerja telah di PHK, dirumahkan, atau dikurangi jam kerjanya. Dalam 1 lowongan pekerjaan tingkat keketatan naik hingga 89%. Yang artinya, setiap ada 1 lowongan pekerjaan, akan ada sekitar 400 lebih pelamar.
Angan Pemuda Kembali Bangkit Setelah Pandemi
Kisah saya diatas, hanya satu contoh pengalaman yang mungkin juga dialami banyak pemuda lainnya diluar sana. Daripada meratapi nasib, tidak ada salahnya untuk berandai-andai pandemi telah hilang. Agar di masa mendatang, kita sebagai pemuda telah siap menyongsong masa depan lagi dan kembali giat meraih cita. Berikut saya sajikan 7 dugaan yang akan terjadi pada pemuda ketika pandemi telah berubah menjadi endemi.
#1 Mental Semakin Kuat
Keberadaan COVID-19 tidak disadari telah membentuk karakter dan mental pemuda yang kuat karena ditempa oleh keadaan. Menengok orang tua yang kehilangan sumber pendapatan, tak dapat lagi berinteraksi dengan teman sebaya, maupun merasakan pengalaman pahit ditinggal selamanya oleh orang terkasih akibat terpapar COVID-19.
#2 Tak Lagi Abai Protokol Kesehatan
Menggunakan masker dan mencuci tangan telah menjadi kebiasaan yang akan terus dilakukan bahkan ketika pandemi telah usai. Kesehatan telah dianggap sebagai harta paling berharga yang perlu dijaga dan dirawat. Tidak ada lagi kesembronoan menggunakan pola hidup tidak sehat sebab badan dianggap sebagai investasi paling mahal.
#3 Bertambahnya Soft Skills dan Hard Skills
Selama pandemi berlangsung, banyak pihak maupun instansi yang memanfaatkannya untuk berbagi ilmu secara cuma-cuma kepada masyarakat. Kegiatan seperti webinar, workshop, dan lokakarya telah menjadi kegiatan lumrah yang dilakukan. Hingga pada akhirnya kemampuan soft skills dan hard skills pemuda akan meningkat, misalnya public speaking ketika online meeting (rapat daring).
#4 Melek Finansial
Saat PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) di rumah, tidak ada lagi kesempatan pelajar memperoleh uang saku ke sekolah. Bahkan fakta yang paling buruk ialah mengetahui orang tua harus menjadi pengangguran. Apabila pemuda identik dengan foya-foya dan hedonisme. Di masa mendatang, pemuda lebih mawas diri terhadap keuangan. Minat untuk menabung dan investasi akan meningkat demi mempersiapkan dana darurat.
#5 Peningkatan Keahlian dalam Berteknologi
Selama pandemi, hampir seluruh kegiatan telah berbasis teknologi alias serba online. Hal ini akan diiringi dengan peningkatan minat pemuda untuk mengembangkan teknologi yang juga semakin besar. Seperti halnya yang dilakukan mahasiswa ITS dalam mengembangkan Robot Ventilator, Raisa Robot Pelayan Pasien COVID-19, dan sederet teknologi lainnya yang lahir tatkala pandemi berlangsung.
#6 Jiwa Sosial Tinggi
Masyarakat dengan perekonomian menengah ke bawah telah merasakan langsung kemiskinan yang merajalela. Tenaga kesehatan sebagai garda terdepan telah dibuat kelimpungan dalam penanganan COVID-19. Karena hal inilah telah muncul banyak pahlawan yang peduli terhadap sesama. Banyak pemuda yang merelakan waktunya untuk menjadi relawan maupun berbagi sedikit rezeki kepada orang yang membutuhkan.
#7 Muncul Jenis Hobi dan Pekerjaan Baru
Kebiasaan menggunakan teknologi telah membentuk kegiatan-kegiatan baru yang mempengaruhi hobi dan karier. Di masa mendatang, menjadi content creator telah dianggap sebagai pekerjaan yang bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah dan memiliki peluang luar biasa besar.
Ketika pandemi benar-benar pergi, pemuda akan bertransformasi menjadi manusia yang lebih bersemangat meraih mimpi. Walaupun pandemi telah membawa keburukan, tetapi ingatlah bahwa juga banyak sisi positifnya seperti pemaparan di atas. Mari yakinlah untuk bangkit sebab nasib bangsa ada di tangan kita sebagai pemuda.
Referensi:
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.