Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Arsdiani Syatria

Seperti Apa Hari Ini, Andai Pandemi Pergi?

Lomba | 2021-09-24 23:59:54

Beberapa waktu yang lalu saya membuat status di media sosial berupa sebuah kalimat menggantung, "Andai pandemi pergi (lanjutkan)...." Lalu beragam jawaban saya dapatkan, di antaranya :

- Ingin pulang ke kampung halaman.

- Ingin bebas bepergian tanpa memakai masker.

- Ingin berlibur dan berkumpul bersama keluarga dan sahabat tanpa rasa takut.

- Ingin melihat anak-anak pergi berangkat ke sekolah seperti saat pandemi belum datang.

Jawaban-jawaban tersebut, apakah mewakili jawaban Anda juga? Jika melihat dari segi terbatasnya kebebasan bepergian dan beraktivitas akibat pandemi, maka kebanyakan orang akan memberikan jawaban yang sama.

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, tapi sangat membutuhkan peran orang lain. Memiliki kebutuhan untuk selalu berinteraksi dengan sesama, karena kita hidup di dunia ini saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Maka wajar jika memiliki kegelisahan saat tak bisa memenuhi salah satu fitrah tersebut.

Apalagi dengan budaya masyarakat Indonesia yang kental dengan semangat silaturahmi dan gotong royong. Sampai-sampai ada jargon, "Makan nggak makan asal kumpul." Lalu pandemi datang dan memutus begitu saja budaya yang telah mengakar sejak zaman nenek moyang.

Sumber gambar : https://m.republika.co.id/berita/qzdwcr318/varian-mu-dan-titik-jenuh-pandemi

Sebagaimana yang disampaikan dalam situs kompas.com, bahwa manusia sebagai makhluk sosial memiliki naluri untuk saling tolong menolong, setia kawan dan toleransi serta simpati dan empati terhadap sesamanya. Disampaikan pula bahwa manusia sebagai makhluk sosial memiliki dua keinginan, yaitu :

- Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia yang lain di sekelilingnya (masyarakat).

- Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekitarnya.

Dari sini bisa diketahui bahwa ciri-ciri manusia sebagai mahluk sosial adalah :

- Manusia tidak dapat hidup sendiri.

- Manusia memiliki kebutuhan sosial ( social needs ), yaitu berinteraksi dengan orang lain.

- Manusia dapat mengembangkan potensinya, bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

Sumber gambar : https://m.republika.co.id/berita/qzbaft318/sudah-siap-hidup-bersama-covid19

Disebutkan dalam sebuah tulisan di situs republika.co.id, bahwa Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menyebutkan bahwa pandemi Covid-19 akan menjadi endemi, yakni manusia akan terus hidup bersama virus ini. Negara-negara di dunia diminta sudah harus siap bertransisi dari pandemi ke endemi. Indonesia kini juga mulai mempersiapkan masa transisi Covid-19 dari pandemi ke endemi. Meski belum ditetapkan, Indonesia akan memulai peralihan dengan menerapkan gaya hidup baru agar bisa berdampingan dengan Covid-19.

Wacana ini tentunya membuyarkan berbagai rencana dalam kepala, yang tak sabar untuk dieksekusi andai pandemi pergi. Karena pandemi hanya akan berganti menjadi endemi. Entah kapan akan berakhir, atau apakah akan benar-benar pergi.

Namun pernahkah terpikir, andai pandemi pergi, akankah semua sama seperti dulu lagi?

Kita memang kehilangan momen-momen berkumpul bersama rekan dan sahabat, tapi bukankah saat ini kita justru memiliki lebih banyak waktu berkualitas untuk diluangkan bersama keluarga? Semakin banyaknya aktivitas yang kita jalankan bersama pasangan dan buah hati, akan menjadi kenangan berharga di masa depan nanti.

Kita memang kehilangan banyak kesempatan untuk melakukan rekreasi dan mencari hiburan di luar rumah, namun bukankah dengan begitu maka kita menjadi pribadi yang lebih pandai mengisi waktu dengan kesibukan yang lebih bermakna? Sebut saja, menghabiskan waktu dengan bermuhasabah diri, melatih diri untuk senantiasa bersyukur, bahkan berusaha memperbaiki kualitas ibadah dalam memperbanyak bekal untuk kelak kembali bertemu dengan Sang Illahi.

Sumber gambar : https://www.ihram.co.id/berita/qzxyta430/keutamaan-dan-tanggung-jawab-imam-sholat

Sadarkah bahwa pandemi telah semakin membuka mata kita akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan diri, keluarga serta lingkungan? Menjadi lebih rajin menjalankan pola hidup bersih dan sehat, disiplin menerapkan protokol kesehatan, semakin akrab dengan kebiasaan-kebiasaan baik yang menyehatkan.

Selain itu, kondisi pandemi juga meningkatkan kepedulian kita terhadap sesama. Misalnya ketika ada warga yang harus menjalankan isolasi mandiri karena terjangkit Covid-19, maka tetangga-tetangganya akan bahu-membahu memberikan bantuan. Baik itu berupa bahan makanan, masakan matang, maupun kebutuhan-kebutuhan lainnya. Begitu pula saat ada warga yang terdampak secara ekonomi akibat pandemi, maka tetangga di sekitar rumahnya akan berinisiatif memberikan berbagai bentuk dukungan dan bantuan.

Gerakan-gerakan sosial bermunculan, program-program bantuan dari lembaga-lembaga sosial pun menjamur dan berusaha menjangkau sebanyak-banyaknya masyarakat yang terdampak pandemi. Jiwa sosial kita terketuk, menyingkirkan rasa egoisme yang selama ini melekat dalam diri.

Jadi, bagaimana jika saya menyatakan, "Andai pandemi pergi, kita seolah terlahir kembali menjadi manusia yang lebih baik lagi." Apakah Anda setuju?

Referensi :

1. Manusia sebagai Makhluk Sosial dan Cirinya. https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/07/123000469/manusia-sebagai-makhluk-sosial-dan-cirinya

2. Sudah Siap Hidup Bersama Covid-19?. https://m.republika.co.id/berita/qzbaft318/sudah-siap-hidup-bersama-covid19

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image