Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Davan Fernanda

Pandemi Pulih, Bangkitkan Literasi, Cerdaskan Negeri

Lomba | Friday, 24 Sep 2021, 06:54 WIB
Pandemi Pulih, Bangkitkan Literasi, Cerdaskan Negeri(Sumber Foto: Republika.co.id)

Profesor Yuval Noah Harari, seorang sejarawan dan filsuf dalam sebuah bukunya yang berjudul â Homo Deus: A Brief History of Tomorrowâ , menyatakan bahwa ada tiga masalah terbesar yang dihadapi umat manusia, yakni kelaparan, wabah dan perang. Dalam kondisi sekarang, masyarakat global dihadapkan dengan permasalahan pandemic COVID-19.

Pandemi COVID-19 di Indonesia

Sudah hampir satu tahun lebih, tepatnya di pertengahan maret, Indonesia sudah menerapkan lockdown untuk meminimalisir penyebaran COVID-19. Pandemi merupakan epidemi yang menyebar hampir ke seluruh negara dan mengenai banyak orang. Pandemi ini diakibatkan oleh wabah penyakit yang menjangkit secara serempak dimana-mana, meliputi area lingkup atau wilayah yang luas (Agus Purwanto, 2020).

Dalam hal ini, pandemic yang dihadapi secara global ini disebabkan oleh wabah COVID-19. Coronavirus Disease (COVID-19) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona yang baru ditemukan dan dikenal sebagai sindrom pernafasan akut atau SARSCoV-2 (Lina, 2020).

Tingginya kasus positif tertularnya COVID-19 menjadikan pandemic masih terjadi hingga saat inni. Sehingga, adanya pandemic seperti ini tentunya memberikan dampak terhadap pola kehidupan masyrakat di berbagai sektor kehidupan. Mulai dari penerapan protocol kesehatan (Prokes), dengan diterapkanya Phisycal Distancing, hingga pembatasan jarak dan pembatasan kegiatan sosial.

Salah satu sektor yang terdampak pada masa pandemic ini adalah sektor pendidikan. Hal ini mengharuskan proses kegiatan belajar mengajar tidak dapat dilaksanakan secara tatap muka dan harus dilakukan secara online dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Dampak yang dialami oleh pendidikan pada masa sekarang ini sangat terasa mulai dari metode pembelajaran, penganggaran hingga sasaran yang harus dituju, membutuhkan adaptasi agar kegiatan belajar mengajar berjalan secara efektif dalam proses pembelajaran

Namun, di sisi lain adanya pandemic ini dapat dijadikan sebagai gerbang perubahan untuk menuju Indonesia yang lebih baik lagi, terlebih di bidang pendidikan dengan meningkatkan minat terhadap literasi. Sesuai dengan apa yang sudah disampaikan oleh Profesor Yuval Noah Harari, dalam narasinya dengan judul Homo Deus, bahwa sebuah krisis bisa menjadi titik balik bagi masyarakat dalam membentuk masa depanya.

Minimnya Budaya Literasi dalam Negeri

Pendidikan di Indonesia memiliki masalah serius dalam perkembanganya. Saat ini, peringkat pendidikan di Indonesia masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan negara lain. Ada beberapa faktor penyebab pendidikan di Indonesia yang kurang berkembang, salah satunya yaitu pengaruh kurangnya literasi atau minat baca pada siswa maupun mahasiswa. Selain itu, kemampuan dalam berpikir kritis (critical thinking) yang dimiliki masih sangat rendah.

Padahal hakikatnya, membaca merupakan gudang ilmu atau jendela dunia. Karena dengan banyak membaca, kita dapat mengetahui banyak hal yang tidak kita ketahui sebelumnya. Semakin kita rajin membaca, maka dapat dipastikan kita akan semakin banyak tahu dan banyak bisa. Namun rendahnya minat baca atau literasi yang terjadi di Indonesia menjadikan kurang berkembangnya pendidikan dan terciptanya sumber daya manusia yang kompeten dan terpelajar.

Permasalahan terhadap literasi ini perlu menjadi atensi bagi semua pihak. Berdasarkan survey yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati rangking ke 62 dari 70 negara, atau berada 10 negara terbawah dengan tingkat literasi rendah (Kemendagri, 2021).

Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kecerdasan dan pengetahuanya. Hal ini tentu dipengaruhi oleh kualitas suatu bangsa terhadap budaya literasi dalam negaranya. Sehingga, peningkatan kualitas suatu bangsa dapat diterapkan dengan meningkatkan budaya literasi dalam suatu bangsa tersebut.

Meningkatkan Budaya Literasi sebagai Upaya Mencerdaskan Negeri

Pandemi yang dapat menjadi titik balik perubahan dalam suatu bangsa perlu untuk diperhatikan, salah satunya dengan meningkatkan budaya literasi yang bertujuan untuk mencerdaskan bangsa. Berbagai uapaya yang dapat digunakan untuk meningkatkan budaya literasi bangsa, antara lain:

1. Menumbuhkan minat baca anak

Minat baca masyarakat Indonesia saat ini dapat dikategorikan sangat rendah. Berdasarkan data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Yang artinya dari 1.000 orang Indonesia, hanya satu orang yang rajin membaca. Oleh sebab itu, minat baca masyarakat perlu ditumbuhkan sejak usia dini

2. Menyediakan Perpustakan Rumahan atau Perpustakaan Keluarga

Pengadaan perpustakaan keluarga membuat anak akrab dan menyukai buku. Hal ini bertujuan untuk menanamkan sikap selektif dalam memilih buku terhadap anak. Selain itu mendorong anak untuk pergi ke perpustakaan terdekat juga meningkatkan minat baca anak

3. Membuat program wajib baca dalam keluarga

Di rumah dapat diberlakukan kegiatan wajib membaca pada jam-jam tertentu. Sehingga anak akan terbiasa untuk membaca buku

4. Mendorong anak bercerita tentang apa saja yang telah didengar atau dibacanya

Mendorong anak untuk bercerita dapat menambah penguasaan diksi anak dalam berbahasa dan bertutur kata. Dalam bercerita dapat meningkatkan kemampuan motorik anak yang membantu untuk membentuk keterampilan anak dalam bercerita maupun menulis ulang cerita

5. Berdiskusi dan bergabung di komunitas membaca

Berdiskusi dengan sesama anggota komunitas menjadi cara ampuh untuk tetap menjaga minat dan semangat membaca. Selain itu juga dapat mendirikan dan mengelola suatu sarana tempat membaca seperti Taman Baca di lingkungan masyarakat

Dengan demikian, pandemic bukan hanya dijadikan sebagai sumber permasalahan, namun juga dapat dijadikan sebagai dampak positif untuk menimbulkan perubahan-perubahan yang menguntungkan dan memberi manfaat di masyarakat. Semoga di era pasca pandemic, budaya literasi di Indonesia semakin meningkat dan membantu mencerdaskan bangsa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image