Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Juwita Fadhlan Al Mubarok

Andai Pandemi Pergi, Ini 5 Hal Paling Dirindukan Muslim

Lomba | Friday, 24 Sep 2021, 06:11 WIB

Catatan Seorang Muslim Andai Pandemi Pergi

Sebagai seorang muslim tentu saja ada yang hilang sejak pandemi melanda dunia. Satu persatu kenikmatan beribadah seperti ada yang kurang bahkan terasa hambar. Sungguh Andai Pandemi Pergi, dahaga iman ini akan terobati.

Rindu bersama keluarga, rindu hadir di majlis ilmu, rindu baitullah, rindu itikaf dan semua rasa rindu karena iman akan terobati.

Masya Allah, sebuah kabar baik yang disampaikan oleh Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, seperti dikutip laman Republika pada Selasa, (21/9) bahwa positivity rate mingguan Covid-19 di Indonesia mencapai tingkat terendah sejak pandemi terjadi.

Per 20 September 2021, kasus positif harian telah menyentuh angka 1.000 kasus, dengan kasus aktif yang telah menyentuh 1 persen selama lima hari berturut-turut. Masya Allah, sebuah kerja keras dari semua pihak yang kian menuai hasil.

Bahkan menurut Wiku, kasus positif Covid-19 tersebut, juga diikuti dengan meningkatnya persentase kesembuhan.

"Hingga saat ini kesembuhan telah mencapai lebih dari 95 persen dan kesembuhan harian yang terus meningkat beberapa kali lipat dari kasus positif setiap harinya," ungkap Wiku dalam laman yang sama.

Sebuah kabar membahagiakan tentunya. Apalagi bagi kita sebagai umat muslim. Rindu ini semoga segera terobati. Terhitung sejak awal April 2020, semua berubah begitu cepat. Satu tahun lebih kita menahan rindu.

Meskipun banyak kemudahan secara virtual, tapi tidak bisa menggantikan indahnya kehidupan non virtual. Sungguh, jika pandemi pergi banyak rindu bisa terobati.

Setidaknya ada lima hal yang paling dirindukan muslim Andai Pandemi Pergi:

Pertama, Rindu Bertemu Keluarga

Pandemi pergi, maka rindu pada keluarga akan segera terobati.

Mengapa tidak, jika selama ini kita hanya bisa berinteraksi dengan sanak saudara secara virtual. Kini kita bisa kapanpun berkumpul. Bisa bertatap muka dengan mereka secara langsung tanpa rasa was-was di dada.

Foto: republika.co.id

Apalagi sudah dua kali lebaran para perantau ibukota tidak bisa mudik.

Berdasarkan surat edaran Larangan itu tertuang dalam Surat Edaran Kepala Satgas Penanganan Covid-19 Nomor 13 Tahun 2021 tentang Peniadaan Mudik pada Bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri Tahun 1442 Hijriah. (Republika Online, Saat Mudik Dilarang Lagi , Rabu (22/4/2021). Sungguh dilema yang sangat menghancurkan hati. Perantau pasti tahu rasanya.

Kedua, Rindu Hadir di Majlis Ilmu

Sudah hampir satu tahun lebih kegiatan di masjid dibatasi. Terutama di wilayah yang diumumkan sebagai Zona Merah. Salah satunya DKI Jakarta.

Disampaikan oleh Ketua Pimpinan Wilayah DMI DKI Jakarta Ma'mun Alayubi pada awal kasus Covid-19 pada April 2020 lalu bahwa DMI memperbaharui seruan pembatasan aktivitas di tempat ibadah khususnya masjid untuk mencegah penularan Covid-19. Seruan tersebut dikeluarkan oleh DMI Jakarta tanggal 1 April dan berlaku dari 3 April sampai dengan batas waktu yang tidak ditentukan.

Foto: republika.co.id

"Tercatat ada sekitar 3.700 masjid terdapat di DKI Jakarta, 6.000 mushala dan sekitar 100-an masjid kantor di bawah pengawasan DMI Jakarta," info yang dikutip dari republika.co.id dengan judul artikel DMI DKI Jakarta Serukan Pembatasan Aktivitas di Masjid pada Jumat (3/4/2020) lalu.

Artinya sejak saat itu, majlis ilmu dialihkan secara virtual. Delapan belas bulan sudah kerinduan hadir di majlis ilmu ini ditahan. Meski masih bisa mengikuti kajian secara online tetap saja hadir langsung di majelis-majelis ilmu tidak ada akan bisa tergantikan.

Andai Pandemi Pergi semoga geliat menghidupkan majlis ilmu di masjid-masjid Allah kembali bersemi.

Bagaimanapun perjuangan mengkhususkan waktu datang ke majlis ilmu, perjuangan sampai ke masjid, menulis dan mendengarkan kajian bersama saudara muslim lainnya, tanya jawab, dan sekelumit cerita lain dibaliknya. Tidak akan bisa tergantikan. Sungguh dahaga iman akan terasa nikmat saat menghadirinya.

Sungguh, demi Allah iman ini begitu rindu bisa hadir langsung ke majlis ilmu. Andai Pandemi Pergi, semoga kita bisa kembali hadir di majlis ilmu.

Ketiga, Rindu Baitullah Terobati

Sungguh hati ini teriris sejak kita belum bisa menginjakkan kaki kembali ke Baitullah sejak April 2020. Apalagi Sesuai Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 494/2020, pemerintah tidak memberangkatkan jamaah haji tahun 1441 H, baik untuk jamaah haji reguler maupun haji khusus. (republika.co.id, Setelah Haji Ditiadakan, Jumat (5/6/2020).

Foto: republika.co.id

Air mata ini tidak berhenti menetes. Seperti diinformasikan oleh Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Nizar Ali mengatakan sesuai dengan nota kesepahaman tersebut, tahun 2020 pemerintah akan memberangkatkan 221 ribu jamaah. Jumlah ini dibagi 204 ribu untuk jamaah haji reguler dan 17 ribu untuk jamaah haji khusus.(republika.co.id, Tahun 2020, Kuota Jamaah Haji Indonesia 221 Ribu, Rabu (12/12/2019).

Artinya apa ada 442 ribu calon jamaah menahan rindu memenuhi panggilan Allah. Dua kali musim haji kita masyarakat muslim Indonesia belum bisa ke Baitullah.

Tak hanya calon jamaah haji, calon jamaah umrah juga tentu saja merasakan rindu yang sama. Rindu akan iman yang sudah mulai kering.

Andai Pandemi Pergi, akan aku peluk Baitullah agar rasa rindu ini segera terobati.

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ

Keempat, Rindu Itikaf Ramadan

Sudah dua kali di sepuluh terakhir Ramadan kita tidak bisa menikmati itikaf secara penuh. Berlomba-lomba dalam kebaikan membaca Alquran, zikir, mendengarkan kajian ilmu, qiyamul lail dan ibadah yang biasa dilakukan karena menghidupkan malam-malam di sepuluh terakhir Ramadan tidak bisa kita lakukan. Dua kali bulan Ramadan tanpa itikaf yang sempurna.

Jika itikaf bisa dihadiri ratusan orang di berbagai masjid-masjid kaum muslim terutama Masjidil Haram dan Nabawi. Dua bulan sudah suasana khusyuk ini terasa ada yang kurang. Andai Pandemi Pergi.

Kelima, Rindu Bazar-Bazar dan Pameran Muslim

Salah satu cara memperkuat ekonomi umat adalah dengan adanya event-event besar. Sebelum Pandemi tentu saja berbagai bazar rutin dilakukan mulai dari bazar buku, bazar kuliner, pameran pendidikan, properti, UMKM dan banyak lagi. Tapi sejak pandemi semua kegiatan tersebut tidak bisa lagi dilakukan secara offline. Semua diadakan secara virtual.

Sungguh meskipun kita masih bisa silaturahim dengan keluarga, menikmati berbagai kajian kapan saja, bisa ke Baitullah dengan berbagai persiapan ketat, itikaf terbatas bahkan menikmati berbagai produk secara virtual. Tetap saja tidak bisa menggantikan keadaan secara langsung. Andai Pandemi Pergi. Semoga kerinduan iman ini segera terobati. Dahaga iman ini tersirami.

Dua masa Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha kita lalui dengan pandemi. Banyak sekali hikmah-hikmah yang terangkum dalam dada kita masing-masing sebagai muslim.

Instrospeksi demi instrospeksi telah kita catat di benak kita. Kita yang dulu lalai dan abai dengan semua rindu ini. Andai Pandemi Pergi. Semoga sebagai muslim kita telah bersiap menjadi pribadi yang lebih tangguh dan lebih bersemangat. Iman ini begitu rindu. Rindu yang tidak lagi tertahankan. Semoga Pandemi Pergi agar Iman ini lengkap kembali.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image