Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Bethoven Yavan

ANDAI PANDEMI BERLALU: MISI REKONSTRUKSI MORAL MENANTI

Lomba | Thursday, 23 Sep 2021, 13:28 WIB
Republika.co.id | Foto: Abdan Syakura

Moral, moralitas, etika, tingkah laku bagian-bagian kehidupan yang penting dalam mendukung lahirnya manusia yang sesungguhnya. Banyak orang bilang seseorang yang tidak bermoral bukanlah manusia sejati, melainkan binatang yang lahir dalam rupa manusia. Pernyataan itu sama sekali tidak salah karena bukti nyata ada disekitar kita. Tanpa moral yang baik seorang manusia cendrung dihindari oleh masyarakat dilingkungannya, sehingga dapat disimpulkan membentuk moralitas adalah tujuan utama seorang manusia.

Ada berbagai oknum yang berperan dalam pembentukan moral seseorang, oknum-oknum ini berasal dari latarbelakang yang berbeda-beda. Yang pertama adalah keluarga. Keluarga, pembentuk moral pertama dan juga sebagai tukang dalam fondasi moral seorang manusia, tempaan yang dibentuk keluarga akan berjalan sesuai dengan yang di inginkan oleh manusia tertua dalam sebuah keluarga. Seorang manusia akan berbahaya jika ditempa oleh keluarga dengan moralitas yang rendah, dia akan jadi selayaknya binatang dengan paras atau rupa manusia. Untuk mengantisipasi penempaan yang salah didalam lingkungan keluarga, pendidikan hadir sebagai opsi terbaik dalam membentuk moral seorang manusia, bahkan tidak sedikit yang beranggapan bahwa sekolah adalah oknum utama pembentukan moral seseorang, sehingga jika kelas manusia itu akan menjadi pribadi dengan krisis moral yang akut maka sekolahlah yang menjadi tersangka utama. Ada juga oknum lain yang turut adil dalam pembentukan moral manusia yaitu lingkungan sosial dimana manusia itu tumbuh dan bersosialisasi.

Sebelum munculnya pandemi Covid-19 di awal tahun 2020, pembentukan moral peserta didik berjalan dengan baik. Namun semenjak hadirnya pandemic, sekolah terpaksa ditutup dan pengedukasian terhadap moral diserahkan sepenuhnya kepada keluarga dalam hal ini orang tua serta lingkungan sosial anak. Maka ketakutan hadir dalam diri bangsa ini, hilangnya peran sekolah dalam pembentukan layaknya gajah yang kakinya patah. Contoh jatuhnya moral dimasa pandemi ini muncul pada salah satu kasus yang viral di awal tahun 2021 yaitu seorang bocah yang menirukan gerakan push-up saat sholat berjamaah di masjid. Dari contoh ini saya menyimpulkan bahwa tugas paling berat andai pandemi ini berlalu adalah rekonstruksi moral bagi calon penerus bangsa.

Strategi Rekonstruksi Moral Pasca Pandemi

Rekonstruksi moral, menurut saya hal ini sangat penting dilakukan jika pandemi ini berakhir. Rekonstruksi adalah pengembalian, pemulihan dan perbaikan terhadap suatu aspek yang terdapat bencana. Dapat kita simpulkan bahwa rekonstruksi moral adalah proses pengembalian kondisi moral seorang manusia pada kondisi sebelumnya yang dianggap baik. Proses pengembalian ini bukan perkara yang mudah sehingga peran sekolah sangat dibutuhkan. Disekolah seorang dengan kondisi moral yang buruk dapat dipulihkan dengan strategi-strategi tertentu mujarap. Salah dua yang menurut saya dapat menjadi strategi terbaik adalah cognitive moral development approach dan action learning approach.

Cognitive moral development approach atau pendekatan perkembangan moral kognitif merupakan sebuah strategi klasik yang digunakan guru untuk memperkenalkan peserta didik pada moralitas yang dibutuhkan dalam kehidupan, selain itu peserta didik juga dipaksa untuk berimajinasi dan berpikir secara kritis tentang masalah-masalah moral serta membentuk peserta didik agar dapat mengambil keputusan moral, dengan ini secara tidak langsung peserta didik di edukasi tentang cara membentuk moralitas yang baik. Dalam tindak rekonstruksi, strategi ini digunakan sebagai bahan review guna mengembalikan kualitas moral dan yang paling penting sebagai bahan refleksi terhadap tingkah laku mereka yang buruk selama masa pandemi berlangsung.

Strategi selanjutnya action learning approach, jika pada strategi sebelumnya penekanan terhadap pengembalian moral berfokus pada perbuatan atau dengan kata lain implementasi dari strategi kognitif. Dalam strategi ini peserta didik ditenakan untuk berbuat sesuai dengan apa yang mereka pelajari baik secara perseorangan maupun secara berkelompok.

Dengan dua strategi ini saya percaya bahwa rekonstruksi moral akan berjalan dengan semesetinya meski membutuhkan waktu yang cukup lama namun secara dengan tahapan-tahapan yang akan dilalui para calon penerus bangsa akan belajar dan dapat memperbaiki kesalahan bermoral yang selama ini mereka berbuat. Jika ditanya mengenai tindakan nyata, maka saya berani mengatakan bahwa pembelajaran agama adalah jalannya serta diselingi oleh pembelajaran lainnya. Dalam tingkatan yang lebih tinggi seperti perguruan tinggi tindakan nyata dapat berupa seminar dan kegiatan-kegiatan mahasiswa yang diselenggarakan oleh pihak kampus maupun organisasi mahasiswa.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image