Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Novita Anggraeni

Selekas Mungkin Pandemi Usai

Lomba | Wednesday, 22 Sep 2021, 13:55 WIB

Sebagian kita mungkin masih merasa ganjil dengan fenomena pandemi yang mendadak viral dan menjadi warna yang berbeda di awal tahun 2020. Ia menjadi tajuk berita disepanjang tahun tak henti bahkan hingga kini. Pemberitaannya yang masif mampu menjadi magnet untuk sesuatu hal yang tidak ingin didengar namun â wajib ditontonâ , menggeser berita lain yang sepertinya kurang penting akhir-akhir ini. Hanya sekilas, pandemi mengubah banyak hal. Ia menggedor kekhusyukan individu yang ingin hidup normal apa adanya. Andai manusia memiliki hak istimewa, ingin rasanya ikut andil untuk menolak kondisi yang tidak normal dan menghilangkan kewarasan manusia. Ibarat seorang aktor harus mampu memainkan skenario yang telah tertuliskan, bahkan skenario terburuk sekalipun tentang ganasnya virus yang telah meruntuhkan semua hal. Begitu banyak transformasi yang terjadi hampir diseluruh aspek kehidupan, menghentikan langkah dan harap lebih besar untuk hidup sewajarnya. Seolah dunia ikut meratap dan berdampak pada perubahan nyata dari istilah baru menjaga jarak. Rasa-rasanya memang baru kali ini adaptasi dalam skala global terjadi.

Seolah rentan mengalahkan individu yang tidak siap dengan ketidakpastian keadaan dimasa depan. Mencuatnya ketidakberdayaan dan ketidakbiasaan yang membuat rasa hampir ingin menyerah pada awal permulaannya datangnya kabar buruk tentang virus yang memaksa berkiprah dengan seenaknya. Parahnya lagi tingkat stress dan kebosanan yang tinggi dialami oleh mereka yang terdampak akibat pandemi yang mendiskriminasi dunia. Ingin rasanya memejamkan mata dan menganggap bahwa pandemi yang mengerikan ini tidak terjadi bahkan kalau bisa pergi saja. Namun, pada akhirnya manusia dipaksa untuk â bergandengan tanganâ meski tak mampu berdampingan secara harmonis dengan adanya pandemi ini. Pandemi mengekang kebebebasan, kebebasan yang dinomorduakan karena yang sedang naik daun kali ini adalah pembatasan. Dunia saat ini memang tidak baik-baik saja, sedang tidak bercanda dan tidak sedang asyik. Ia menjadi bayang-bayang yang tak terpisahkan seolah sedang mencari jati diri â dirumah barunyaâ .

Bukan jaminan negara semaju apapun terhindar dari ancaman wabah penyakit. Pandemi ini akan menjadi sejarah dari cerita gelap tentang adanya ancaman virus yang belum juga calm down. Dunia menjelma seakan menjadi tempat yang tak lagi ramah bagi penghuninya seolah-olah tidak ada satupun yang dapat diuntungkan dengan adanya permasalahan yang menjadi nomor satu saat ini. Pernak pernik pandemi menjadi penghias gaya hidup jaman now yang katanya bisa mempersempit jalur penularan virus karena hal tersebut masih menjadi concern masyarakat secara global.

Jika semisal keadaan ini sedang dibuat cerpen atau cerita fiksi, garing rasanya jika tidak ada masalah yang menjadi bumbu rangkaian cerita. Mungkin sekaranglah saatnya virus ini diberi panggung sebagai tokoh utama untuk mengekspresikan eksistensinya yang endingnya pasti selalu ada pesan moral yang dapat dijadikan pelajaran.

Konflik dengan pandemi menjadi makanan keseharian masyarakat. Beda paham dan tentang virus tak kasat mata ini kerap terjadi. Berita bohong berkeliaran mencoba mencari jalan keluar dari masalah yang kompleks, namun justru terjebak. Agaknya masih harus berpeluh dalam bertempur menghadapi gelombang pandemi yang lebih serius lagi. Pemberitaanpun semakin condong kearah banyaknya kasus yang mencuat karena wabah virus yang tak henti merongrong masyarakat yang tak terbatas gender, tua muda, kaya miskin, bertahta ataupun biasa, nyaris tak memedulikan siapapun. Seketika pandemi menjadikan semua orang bak pejuang dengan semangat tak main-main mengikrarkan perjuangan belum berakhir. Terlihat kepasrahan pada keadaan yang tidak dapat diramalkan secara akurat kapan krisis akan tutup usia.

Pandemi ini akan berakhir, walaupun masih sebatas khayalan tanpa kepastian. Ia akan menjadi kesan bagi banyak orang tidak mudah terlupa setelah lama berkutat dengannya. Setidaknya selalu ada harapan untuk kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Dan jika itu terjadi, maka dapat dipastikan manusia akan lebih pandai menghargai hidup. Kembali bersemangat karena hidup bukan hanya untuk saat ini, terlampau banyak rutinitas yang perlu diselesaikan maka sabar perlu dijadikan poros ditengah dera ujian yang melanda dan diambang beban serta dasar segala bentuk kemuliaan akhlak. Tipikal hidup sehat akan menjadi promosi utama karena masyarakat telah terbiasa dengan menjaga sehatnya raga yang mahal kala pandemi. Sebagai makhluk yang intelektual, manusia pasti akan membangun segala hal yang pernah hancur dan terpuruk akibat pandemi, karena sejatinya manusia tidak hanya berpasrah tanpa upaya nyata meski kadang harus terhenti sejenak and that will be fine. Perlunya memunculkan kembali predikat baik kehidupan akibat citra buruk yang disematkan kepada dunia karena adanya wabah yang menginfeksi.

Sekalipun keadaan saat ini kian njlimet, selalu ada keyakinan bahwa setiap kesulitan pasti mampu dilalui. Pada dasarnya setiap cerita yang dilalui memiliki kesan yang dapat menginspirasi dari sudut pandang yang berbeda. Walaupun pernah ada yang menyesakkan dada, namun takdir-Nya pasti baik. Karena tidak ada yang dapat terjadi kecuali hanya dengan izin-Nya. Ada inti yang lebih dapat membawa hikmah dari setiap peristiwa, yaitu menemukan referensi lain untuk menjadi pribadi yang lebih shalih dengan lebih mendekat dan menjauhi larangan-Nya seraya mengevaluasi untuk kehidupan kedepan yang lebih berkualitas, meski pernah ada track record buruk tentang sebuah hal yang menjadi perhatian dunia pada masanya. Dunia pasti akan kembali pulih!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image