Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tyasyoga Ridhoaji

MEROBEK COMFORT ZONE, MELOMBONG POTENSI BARU

Lomba | 2021-09-22 13:25:59

Awal kemunculan pandemi yang dirasakan oleh seluruh dunia, seolah mengisyaratkan pesan tersirat bahwa dunia yang semakin menua membutuhkan perubahan tatanan kehidupan bagi penduduknya. Seiring bergulirnya waktu, seluruh manusia mempunyai harapan yang sama agar pandemi COVID-19 segera berakhir. Namun, takdir berkata lain, hampir seluruh negara di dunia tak terkecuali di negeri tercinta ini harus mulai membiasakan diri bersahabat dengan pandemi ini. Alih-alih keadaan menjadi sedia kala, justru kondisi ini memaksa kita untuk mencebak potensi menemukan jalan keluar dari probematika yang dihadapi oleh seluruh lapisan masyarakat

sumber: Republika.co.id

Hampir seluruh sektor merasakan dampak dari hadirnya pandemi ini, salah satunya sektor ekonomi yang terlihat kasat mata melalui lesunya keadaan ekonomi dunia. Awal mula kehadiran pandemi ini, hampir seluruh masyarakat dibuat nanar melalui beberapa persoalan yang melanda negeri ini, mulai dari merumahkan sebagian besar karyawan perusahaan bahkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) selama pandemi. Data dari Kementerian Ketenagakerjaan menunjukkan perusahaan di Indonesia tercatat 17,8 persen melakukan PHK, 25,6 persen pekerja dirumahkan dan 10 persen melakukan keduanya selama pandemi. Survey telah dilakukan bahwa sekitar 88 persen perusahaan mengalami keadaan operasional yang merosot selama pandemi. Hal ini memaksa sejumlah perusahaan melakukan pengurangan besar-besaran pada pekerjanya.

Akibat dari kasus tersebut, Indonesia dihadapkan dengan fakta melonjaknya angka pengangguran. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran mencapai 8,75 juta orang. Tidak bisa terbantahkan terjadi lonjakan yang signifikan dari sebelum pandemi. Adanya kabar yang cukup ironi dari BPS bahwa angka pekerja anak di Indonesia meningkat dengan adanya pandemi. Mereka merelakan diri meninggalkan bangku sekolah hanya demi mencukupi kebutuhan ekonomi sebagai pekerja. Mereka yang awalnya hanya ingin membantu perekonomian keluarga berubah menjadi tulang punggung keluarga ditengah keadaan tidak menentu.

Hampir sebagian orang menganggap bahwa pandemi ini menjadi suatu hambatan untuk mengarungi kehidupan ini, namun segelintir orang justru mencari celah untuk mencapai asa ditengah keadaan baru.

MELAMPAN KEMBALI MIMPI YANG SEMPAT TERKUBUR

Sebuah kalimat motivasi “Dimana ada kemauan, di situ ada jalan” layak menjadi pelecut bagi diri untuk terus menghadirkan harapan kembali. Fakta menunjukkan bahwa beberapa orang mulai menemukan titik ekuilibrium dengan mengintip peluang usaha yang dirasa cukup menjanjikan dan mampu bertahan ditengah gulungan ombak pandemi ini.

Transformasi digital bagi pelaku usaha menjadi solusi inovatif untuk terus bertahan ditengah pandemi. Data menunjukkan proyeksi e-commerce terus meroket seiring dengan ihwal pandemi ini.

ilustrasi 1

Masyarakat mulai menyadari akan pentingnya memperdayakan teknologi di era 5.0. Suatu zaman yang menuntut dan memaksa kita untuk bersinergi antara teknologi dan manusia dengan hadirnya e-commerce yang mulai menjamur dikalangan pelaku UMKM. Sekarang ini, telah bisa kita rasakan bahwa industri 4.0 mengubah tatanan kehidupan kita dengan kehadiran internet. Hikmah dari adanya pandemi telah sedikit banyak menodai paradigma tradisional menuju teknologi mutahir. Dalam mendongkrak ekonomi, para konsumen diberikan kenyamanan dengan banyaknya pilihan e-commerce dalam pemenuhan kebutuhan secara online dan antar-jemput menggunakan aplikasi online akan semakin memanjakan mereka tanpa mengeluarkan banyak energi yang dihabiskan.

Sebaliknya, kondisi tersebut dapat juga menjadi bumerang bagi kita, jika kita tidak bisa berpikir cerdas (think smart) dalam menggunakan teknologi ini. Bisa jadi, saking euforia dengan adanya teknologi justru semakin menumbuhkan sisi konsumtif kita yang bisa membunuh diri sendiri secara perlahan. Apalagi didukung dengan adanya wacana Artificial Intelligence (AI) namun belum menyentuh secara keseluruhan setiap lini industri. Padahal, AI diprediksi akan membantu dalam perkembangan ekonomi digital.

Berdasarkan data dari Digital Economy Summit 2020, proyeksi nilai ekonomi digital Indonesia mengalami lonjakan tiga kali lipat dari 40 miliar dolar AS pada 2019 menjadi 130 miliar dolar AS pada 2025. Bahkan Indonesia menempati negara dengan nilai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara dengan pertumbuhan paling cepat.

Trobosan industri 4.0 tidak terbendung lagi keberadaannya, namun kita mampu memanfaatkannya untuk melesatkan ekonomi Indonesia dengan pemanfaatan teknologi dalam industri bisnis, sehingga mampu mendukung UMKM menjadi kuat. Kedepan diharapkan transformasi ini pasca pandemi semakin menjadi trobosan baru untuk meroketkan kembali pertumbuhan ekonomi khususnya di Indonesia dengan bergandengan tangan saling mendukung antara manusia dan teknologi. Kemunculan AI bukan semakin membunuh eksistensi manusia namun justru mampu saling melengkapi antara satu dengan lainnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image