Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Istiqomah

Islam lagi yang di Nista, Kemuliaan Islam yang Direndahkan

Agama | Wednesday, 22 Sep 2021, 06:25 WIB
ilustrasi penista dok. Posko Malut

Munculnya tayangan santri yang menutup telinga saat mendengar musik pada waktu mengantre vaksinasi menjadi trending. Semua tahu bahwa ketika unggahan itu berederar di social media user dengan akun Diaz Hendropriyono memberikan caption "Kasian, dari kecil sudah diberikan pendidikan yang salah. There’s nothing wrong to have a bit of fun!!," kalimat ini yang disinyalir sebagai bagian besar kalangan mengolok-olok.

Pun tak sampai disitu, kejadian tentang penistaan agamapun terus berulang. Muhammad Kece dijerat dengan pasal sangkaan berlapis terkait dengan pernyataannya yang dinilai telah melukai hati umat beragama. Dalam hal ini, ia terancam hukuman penjara hingga enam tahun (okezone.com)

Menjamurnya kalangan penista ini patut untuk disikapi dengan tegas. Terlebih dengan kekuatan Islam yang mayoritas di negeri ini. Sudah berkali-kali, penista silih berganti yang bahkan tidak ada efek jera bagi pelakunya.

Kebebasan berpendapat menjadi awal mulanya terjadi. Muncul sebagai dampak langgengnya liberalisme sekuler disetiap benak individu, ada tiga kebebasan lain yang menghinggapinya beragama, kepemilikan dan berprilaku. Tak peduli apakah menimbulkan bahaya bagi masyarakat, selama kebebasan tidak mengganggu orang lain hal itu disikapi biasa saja.

Tentu cara pandang yang tak layak dipertahankan ini harus disingkirkan agar kekuatan Islam menyatu dalam kehidupan Islam. Sekuler ini menjadi racun yang tak layak dipertahankan terus menerus dalam benak umat kita.

Istilah Buya Hamka dalam memerangi musuh-musuh Allah terpatri pada quotes Islami “Jika Diam saat Agamamu di Hina, gantilah bajumu dengan kain kafan” bentuk tindakan saat ini melihat para penista jelas tidak bisa dilepas begitu saja. Apalagi hanya diam.

Kemuliaan ajaran Islam dalam mengatur mekanisme kehidupan perlu dipahamkan secara cemerlang. Bentuk pelarangan dan tindakan tegas itu bukan hanya peran individu atau LSM semata, tetapi peran Negara yang menjadi simbol kekuatan yang sesungguhnya.

Negara yang memiliki porsi yang cukup kuat menghentikan tindakan penista agama terlebih yang menjadi sorotan adalah Islam. Islam yang memuliakan kehidupan dari belenggu kenestapaan menjadi bahan lucu-lucuan.

Pertanda bahwa memang saat ini, jerat-jerat menjauhkan diri terhadap Islam sudah terjadi. Siapa yang tak ingin jika baldatun thoyyibatun wa robbbun ghofur menjadi harapan? Namun kemuliaan Islam saat ini masih dirasakan semu.

Nilai-nilai yang harus dijalankan sepanjang kehidupan tidak menjadi suasana yang menetap dihati pemeluknya. Islam hanya dirasakan individu semata, terjalin hanya hubungan ia dengan Rabbnya. Beribadah haji, berkali-kali dan melatunkan ayat suci dengan nada indah seolah tak berarti tanpa aturan yang hakiki.

Kemana kemuliaan Islam yang kita cari? Melindungi dan merahmati segala jengkal kehidupan. Satu persenpun tak luput dari perhatianNya, apalagi hanya persoalan sengkarut nyinyiran para musuhnNya mudah saja untuk dituntaskan.

Untuk itu, membuktikan kemuliaan Islam satu-satunya cara adalah menerapkan aturan yang paripurna. Sepanjang apapun retorika sejarah menjabarkan ketinggian Islam akan terasa biasa saja jika tanpa aturan sejati. Pun kita menyadari, semakin jauh kita terhadap aturan agama semakin rendah dien yang mulia ini, akibat pola-pola sekuler yang ada.

Sewajarnya memang yang dipilih adalah aturan Islam, karena penganutnya dominan dan aturannya tak meragukan. Toh jika masih ada yang menganggap nanti bagaimana dengan agama lain dan segala macam buntutnya itu hanya kekhawatiran belaka yang belum tentu terjadi. Pada dasarnya pemeluk agama lain akan dibiarkan dengan agamanya tanpa memaksanya untuk keluar dari agamanya, jika nanti Islam bisa diterapkan secara kaffah.

Karena pada mula datangnya Islam ke muka bumi, sebagai seruan rahmat sekalian alam tanpa memandang warna kulit dan agamanya. Ketimbang dari hari kehari menyaksikan segala onar makian dan ujaran kebencian mengatasnamakan agama. Ya semoga saja, kedepan nilai kemuliaan Islam bisa terwujud dan mampu membasmi arus-arus kebencian yang dilontarkan para penista lewat SyariahNya. Wallaahu alam bishawab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image