Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dede Lira Rasanda

Mental rakyat Indonesia dimasa Pandemi

Lomba | Tuesday, 21 Sep 2021, 23:18 WIB
https://m.republika.co.id/berita/qzs44k485/komisi-x-dpr-anakanak-rindu-sekolah-bukan-mal

Oleh: Dede Lira Rasanda

Dunia kini dihebohkan dengan beredarnya kasus covid19 yang semakin marak di kalangan masyarakat. Virus ini bermula dari Wuhan dan kemudian menyebar sedikit demi sedikit ke berbagai negara. Dan sekarang hampir semua daerah yang ada di dunia terjangkau virus Corona. dimulai dari 1 kasus berakhir dengan berjuta kasus.

Namun kini karena perjuangan dari pejuang pandemi kasus covid19 sedikit demi sedikit semakin berkurang. Meski hari ini 21 September 2021, terhitung masih ada 3.263 kasus positif COVID-19 baru di Indonesia. Jumlah itu lebih sedikit dari tahun lalu tepatnya pada 21 September 2020 di mana kasus covid19 mencapai 248.852.

Namun masalahnya bukan lagi kasus covid19 yang semakin bertambah, tetapi masalah mental rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia yang biasanya setiap hari melakukan pekerjaan. Namun harus terhenti di masa pandemi ini. Di mana Kesehatan harus berlawanan dengan kebutuhan. Orang tua yang harus tetap berjuang demi anak-anaknya. Tetapi untuk keberhasilan bersama melawan pandemi, mereka menahan diri didalam rumah.

Anak-anak yang harusnya bermain ke sana-kemari malah dikurung di dalam rumah seperti burung dalam sangkar. Anak-anak yang dulunya memiliki kesehatan mata yang bagus kini harus merelakan kesehatan itu untuk sekolah. Sekolah yang dulu diidamkan Sekarang dilihat pun tidak. Anak-anak banyak yang berhenti bukan hanya karena biaya namun juga karena fasilitas. Anak-anak dari kalangan biasa kini terpaksa membeli handphone untuk keperluan sekolah. Bukannya tambah pintar namun mereka tambah bodoh. Orang tua yang dulu tenang melepaskan anak sekolah kini dipaksa untuk mengawasi anaknya.

Bukan hanya dari kalangan biasa yang terkena dampak covid19, mereka yang punya perusahaan besar pun harus gulung tikar dimasa pendemi ini. Ekonomi setiap hari semakin menyusut membuat kaya kini bangkrut yang semakin berkerut. Mereka para orang dewasa kini hanya bisa berdoa agar Pandemi kian berlalu dan hanya bisa merintis usaha kembali.

Ada hari di mana anak-anak terus bermimpi, bermimpilah mereka kembali bermain bersama seperti biasa. Mungkin anak-anak kini hanya bisa diam tanpa menjawab, tapi jauh di lubuk hati mereka ada keinginan kembali ke sekolah, bersenda gurau dengan teman-temannya atau rindu makanan kantin.

Andai Pandemi Pergi

Andai Pandemi ini berlalu, mungkin anak-anak yang dulunya lesu kembali bersemangat. Namun apakah mereka siap belajar yang telah terkubur selama setahun. mereka mengerti dengan pelajaran yang nanti disampaikan oleh gurunya. tekanan selama Pandemi mempengaruhi pembelajaran mereka.

Lalu apakah orang tua siap dengan segala kebutuhan anaknya semasa sekolah tatap muka. Mungkin ada yang mampu dan ada yang tidak, karena yang kini berada di sebelah kiri masyarakat harus terkena dampak.

Kini kami hanya bisa berdoa, Pandemi pergi dan Ekonomi kembali stabil. Anak-anak yang dulunya terkurung kini bebas seperti burung di luar sangkar. Kami harap pahlawan kami tetap sehat agar Pandemi berlalu dan kita kembali hidup normal.

#lombamenulisopini

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image