Degradasi Moral Generasi Islam dengan 3F3S
Agama | 2022-05-16 11:00:58DEGRADASI MORAL GENERASI ISLAM DENGAN 3F3S
Cermatilah lingkungan di sekitar kita. Lihatlah apa saja kebiasaan sehari-hari dari para remaja dan pemuda kita. seluruh waktu mereka sebagian besar digunakan untuk ber-gadget ria. Bahkan pada sampai tingkatan candu, smartphone seakan tak pernah lepas dari genggaman. Masih mendingan jika yang mereka lakukan adalah membaca artikel, mencari berita, mencari bahan untuk tugas sekolah/kuliah, dan berbagai konten positif lainnya. Pada kenyataannya, mereka sibuk bermedia sosial, menonton film, chatting-live streaming, membuat status atau story, bahkan menonton pornografi.
Mereka enggan untuk shalat berjamaah di masjid, malas mengikuti kajian, malas tilawah Qur’an, berat untuk berpartisipasi dalam dakwah, juga ogah untuk membantu pekerjaan orang tua. Bahkan, sampai urusan pribadi pun mereka juga malas: membersihkan dan merapikan kamar sendiri, mandi, seterika baju, olahraga, dll. Bermedia sosial membuat mereka lupa segalanya, tak peduli lingkungan sekitar, dan malas melakukan aktivitas yang positif dan produktif.
Berbagai kemudahan hidup yang ada saat ini justeru membuat mereka bertambah bodoh. Gadget membuat mereka malas untuk berpikir, keasyikan bermain game membuat perasaan mereka mati, dan kenyamanan dalam menikmati hiburan menjadikan mereka malas untuk beranjak dan bergerak. Bermedia sosial adalah segalanya. Seakan-akan smartphone telah menjadi “Tuhan” baru bagi mereka.
Godaan 3F3S
Setidaknya ada 6 faktor yang membuat para remaja dan pemuda Islam begitu terlena dan terbuai, saya singkat sebagai 3F3S (Food, Fashion, Fun, Song, Sex, SocialMedia).
Food
Kini, makan tak lagi menjadi kebutuhan primer, tapi sudah menjadi gaya hidup. Mereka makan tidak sekedar karena lapar, juga bertujuan untuk eksistensi. Mereka share di medsos lagi makan dimana, merasa bangga karena bisa makan di resto/café tertentu, menunjukkan kemampuan ekonomi atau status sosial. Yang terjadi justeru tak lagi menikmati hidangan, tapi fokus selfi-selfi, membalas komentar, ngobrol tidak penting. Parahnya lagi makanan menjadi mubadzir, banyak tersisa, makanan hanya dimakan separuh atau sekedar dicicipi. Lebih ke pemborosan dan menghambur-hamburkan uang.
Fashion
Dunia fashion yang kian beragam, baik dari segi bahan, model, warna, desain, membuat generasi muda kita terjebak di dalamnya. Hanya karena ingin mengikuti tren, mereka rela berpakaian yang tidak sesuai ajaran Islam (menampakkan aurat). Termasuk juga terjadi pemborosan, lemari di rumah penuh oleh pakaian yang jarang dipakai, bahkan tak sempat dipakai.
Fun
Fun di sini lebih mengacu kepada game alias kecanduan main game. Ini sudah pada sampai level yang sangat mengkhawatirkan. Ada yang sampai tidak tidur semalam penuh saking asyiknya bermain game. Hingga karena mengantuk kemudian tertidur hingga shalat Subuh terlewatkan. Juga pemborosan tentunya, karena bermain game tentu akan cepat menyedot paket data (kuota internet) dibanding yang lainnya.
Song
Godaan berikutnya adalah lagu atau musik. Mendengarkan lagu secara berlebihan juga bisa melenakan. Jika ada konser atau pentas musik, generasi muda kita begitu antusias dan bersemangat untuk hadir. Tapi untuk acara seperti pengajian akbar, kajian rutin,kegiatan sosial, mereka tidak begitu tertarik untuk menghadirinya.
Sex
Para pemuda saat ini sudah banyak yang terlibat pergaulan bebas, seks di luar nikah, termasuk kecanduan pornografi. Dalam hal pornografi, mereka tidak hanya sebatas konsumen, tapi sekaligus sebagai produsen. Demi sejumlah uang tertentu, mereka rela melakukan adegan mesum untuk dipublikasikan di dunia maya.
SocialMedia
Ini sudah saya singgung di bagian awal tulisan ini. Kecanduan bermedia sosial sudah menjangkiti semua generasi muda kita. mereka sudah terjangkit penyakit KEPO (knowing every particular object) dan FOMO (fear of missing out). Mereka tak lagi bisa berpuasa, tak lagi mampu menahan diri sejenak dari bermedia sosial.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.