Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Zainab Al-Muhdar

Vaksin COVID-19, efektifkah?

Curhat | 2021-09-21 13:25:03
Ilustrasi: Vaksin COVID-19. Foto oleh Javier Zayas Photography/Getty Images

Pandemi korona belum menunjukkan tanda penurunan kasus secara signifikan. Hal ini terlihat dari munculnya varian baru yaitu varian Delta yang jauh lebih mematikan dibandingkan dengan varian-varian virus korona lainnya yang beredar. Namun, apakah vaksin menjadi sebuah solusi yang tepat dan mutakhir dalam penanganan virus corona?

Vaksinisasi merupakan program yang dilakukan oleh seluruh negara di dunia yang terintegrasi dengan COVAX wadah yang bertujuan untuk kesetaraan akses vaksin yang tentunya berada di bawah naungan WHO (World Health Organization) PBB. Kabarnya, COVAX sendiri dalam pendanaannya didanai oleh Bill Gates Foundation dalam pengembangannya dan memerlukan penelitian lebih lanjut terkait hal ini. Vaksinasi bertujuan untuk mengatasi atau menekan kasus pertumbuhan COVID-19 di seluruh dunia yang pada kenyataannya hingga saat ini belum menunjukkan penurunan serta efektivitas dari fungsi vaksin itu sendiri. Salah satu negara yang melakukan vaksinasi yaitu Indonesia dengan jenis vaksin yang digunakan yaitu Astrazeneca, Sinovac dan Sinopharm dan kabarnya pada Agustus mendatang vaksin Pfizer akan tiba di Indonesia. Pada hal ini kita bertanya apakah vaksin itu efektif? apakah vaksin itu mampu membendung segala jenis varian baru atau justru vaksin malah membawa malapetaka bagi masyarakat? karena pada kenyataannya kita sebagai masyarakat dunia dipaksa untuk percaya melalui propaganda-propaganda bahwa vaksin itu ampuh dalam menanggulangi virus korona ini, sedangkan kandungan dari vaksin itu sendiri tidak terpampang secara jelas dan hanya dijadikan sebagai persyaratan tertentu dan tentunya permainan bisnis mendominasi dalam dosis vaksin yang dilontarkan oleh pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatannya ini.

Jika mengikuti pandangan secara logika, penulis mengatakan bahwasannya vaksin tidak efektif membendung penyebaran virus korona. Lantas mengapa? para pembaca pun pasti bertanya mengenai hal ini dan mari kita bersama mengasah logika kita bagaimana efektivitias vaksin dari kacamata orang awam. Pertama, kita tidak mengetahui jenis virus mana yang digunakan sedangkan vaksin yang digunakan oleh Indonesia untuk saat ini mayoritas vaksin impor yang pada pengembangannya tentu tidak menggunakan strain dari Indonesia sehingga efektivitas dari kegunaan vaksin untuk membendung virus korona sangat diragukan bahkan tidak efektif sama sekali. Kedua, vaksinisasi di dunia terutama di Indonesia terkesan terburu-buru mengingat pengendalian COVID-19 dan target pemerintah Indonesia dalam mengejar kekebalan kelompok masyarakat Indonesia dan terbatasnya dana pemerintah dalam mengembangkan vaksin buatan dalam negeri. Pada kasus yang kedua ini, terlihat bagaimana pemerintah melalui juru kesehatan satgas COVID-19 mengklarifikasi isu vaksin yang beredar dan dikhawatirkan dapat menggangu program pemerintah dan tentunya dosis vaksin yang diimpor oleh pemerintah untuk warganya. Selanjutnya, apa yang diklarifikasi pemerintah itu semata-mata hanya terkesan propaganda dan menutupi sebenarnya yang terjadi meskipun kita sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ketiga, varian virus korona selama pandemi ini mewabah di dunia hingga saat ini terus bermutasi sehingga sangat mempengaruhi kinerja vaksin dalam membentuk kekebalan tubuh melawan varian baru. Gejala korona yang dialami oleh penderita korona saja sangat beragam bahkan bagi yang memiliki penyakit penyerta jauh lebih parah dan dapat menyebabkan kematian, apalagi dengan varian Delta yang jauh lebih mematikan dan dapat berpengaruh kepada sistem saraf di tubuh manusia. Pada pembahasan ketiga ini menunjukkan bahwasannya vaksin yang di gunakan berasal dari strain luar negeri (China dan Eropa) sedangkan strain di Indonesia berbeda bahkan varian Delta yang jauh lebih ganas dan menunjukkan ketidaksambungan dan kesalahan pemahaman baik dalam dunia medis maupun dalam secara nalar. Selanjutnya, keempat dalam program vaksinasi massal ini tentu mengandung muatan bisnis dan ekonomi yang kuat, lantas mengapa? Mari kita bersama renungkan siapa yang diuntungkan dalam program vaksinisasi massal ini?Siapa yang diuntungkan dalam pembuatan vaksin? tentu saja para elit yang mendanai dalam pembuatan vaksin ini, perusahaan-perusahaan yang memproduksi vaksin tersebut dan mayoritas negara yang memproduksi vaksin yang bekerjasama dengan COVAX adalah negara-negara yang maju seperti AS,Cina,UK,Jerman dan sebagainya sedangkan negara yang mengkonsumsi mau tidak mau harus mengimpor dan mengimpor vaksin tentu membutuhkan dana yang besar sedangkan bagi negara-negara yang memiliki hutang luar negeri yang tinggi seperti Indonesia hal ini menjadi persoalan besar dan persoalan yang cukup kompleks jika dikaji lebih lanjut dalam aspek ekonomi. Hal ini seharusnya menjadi pembelajaran bagi pemerintah dalam memainkan peranan politik serta sebagai bentuk pertahanan diri karena tanpa disadari Indonesia sedang dijebak bahkan sengaja Indonesia dirancang agar terus menerus ketergantungan sama asing. Pihak yang diuntungkan dalam program vaksinisasi massal adalah AS melalui WHO karena berdirinya PBB juga tentunya untuk kepentingan AS dan tentunya sebagai negara adidaya yang ingin menguasai dunia melalui pemerintahan yang didominasi oleh Zionisme itu sendiri ingin menghancurkan manusia secara perlahan-lahan terutama dalam sektor kesehatan ini.

Itulah mengapa vaksinisasi tidak sepenuhnya efektif dalam sudut pandang nalar secara umum oleh penulis dan hal ini seharusnya menjadi pertimbangan lebih lanjut bagi pembaca dan masyarakat Indonesia agar lebih berhati-hati terhadap segala propaganda serta program yang disadari dapat menghancurkan tubuh kita atau menghancurkan orang-orang di sekitar kita tanpa disadari. Jika memang terbukti vaksin efektif tentu membutuhkan penelitian bertahun-tahun sebagaimana pengembangan vaksin membutuhkan waktu yang cukup lama dan melalui beberapa tahapan uji klinis sebuah vaksin itu sendiri.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image