Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sukahar Ahmad Syafi'i

ANDAI PANDEMI PERGI, GELIAT UMKM BANGKIT LAGI

Lomba | 2021-09-21 13:01:21
sumber : Republika.co.id

Sejak April 2020, dampak pandemi Covid-19 tidak hanya terjadi pada sektor manufaktur, tetapi juga terhadap sektor UMKM. Salah satu upaya pemulihan ekonomi nasional yang dilakukan pemerintah di masa pandemi Covid-19 adalah mendorong sektor UMKM, yang memiliki peran penting dalam perekonomian nasional karena banyaknya pekerja yang terlibat langsung. Apalagi jumlah UMKM di Indonesia mencapai 64,19 juta, dengan komposisi Usaha Mikro dan Kecil (UMK) sangat dominan yakni 64,13 juta (99,92%) dari keseluruhan sektor usaha. Kelompok ini pula yang merasakan imbas negatif dari pandemi Covid-19.

Sesuai rilis Katadata Insight Center (KIC), mayoritas UMKM (82,9%) merasakan dampak negatif dari pandemi ini dan hanya sebagian kecil (5,9%) yang mengalami pertumbuhan positif. Menurut survei yang dilakukan bank sentral (BI) dan BPS, pandemi memberi tekanan pada sulitnya memperoleh bahan baku, permodalan, pelanggan menurun, distribusi dan produksi terhambat hingga para pemilik usaha memilih untuk wait and see.

Untuk meringankan beban para pelaku UMKM, Pemerintah melalui Kementerian Bidang Perekonomian RI menyediakan sejumlah stimulus melalui kebijakan restrukturisasi pinjaman, tambahan bantuan modal, keringanan pembayaran tagihan listrik, dan dukungan pembiayaan lainnya. Sekalipun pemerintah telah berupaya maksimal meringankan beban pelaku UMKM melalui beberapa program yang telah direalisasikan dengan harapan mereka mampu bertahan dan tetap eksis melakukan usaha. Namun hal tersebut merupakan solusi jangka pendek saja. Banyak pelaku UMKM yang tidak dapat melakukan aktivitasnya karena wabah pandemi semakin meluas dan mencekam. Sehingga pemerintah menerbitkan aturan PSBB atau PPKM yang berlevel-level sesuai tingkat darurat masing-masing wilayah.

Kebijakan PSBB atau PPKM dari pemerintah yang membatasi jam dan konsumen berdampak bagi ruang gerak para pelaku UMKM. Karena mereka berjualan namun dibatasi oleh waktu dan jumlah konsumen. Hal ini sangat dirasakan para pedagang yang menjajakan daganganya di malam hari. Dagangan mereka belum laku semua, namun waktu berdagang sudah habis. Jika mereka tidak menutup warung mereka, maka akan dipaksa tutup oleh aparat pemerintah. Hal demikianlah yang membuat kondisi pelaku UMKM kita makin kritis.

Agar aktivitas usaha mereka tetap jalan, banyak di antara mereka yang beralih pada jualan berbasis online. Namun peralihan tersebut juga tidak berdampak signifikan, karena hanya sebagian kecil saja yang dapat memanfaatkan fasilitas internet sebagai lapak jualan mereka, mayoritas pelaku UMKM di negeri ini adalah pedagang yang menjajakan dagagannya secara langsung kepada konsumen.

Menurut BI, dari total 6 sektor UMKM, hanya usaha masyarakat di bidang pertanian yang masih tumbuh sebesar 16,7 persen. Sementara itu, industri pengolahan tumbuh sebesar 1,5 persen, konstruksi turun 17,9 persen, perdagangan turun 3,2 persen, real estate naik 13 persen, dan jasa kemasyarakatan meningkat 2 persen.

Para pelaku UMKM, terutama pada sektor perdagangan tentu mengharapkan pandemi ini segera pergi. Sehingga kehidupan menjadi normal kembali seperti sebelum terjadinya pandemi. Andai pandemi pergi, kondisi ekonomi negeri ini akan kembali stabil, terutama bagi pelaku UMKM mereka akan bisa bangkit lagi.

Menurut Kementerian Bidang Perekonomian RI, perusahaan dan pelaku UMKM yang masih bisa bertahan dengan adanya pandemi ini adalah mereka yang mempunyai empat karakteristik bisnis yaitu Hygiene, Low-Touch, Less-Crowd, dan Low-Mobility. Empat karekter ini adalah kunci ketahanan dan keberlangsungan aktivitas usaha, baik pandemi ini berlanjut ataupun pergi.

Andai pandemi pergi, tatanan kehidupan kita pun tidak akan langsung kembali normal, pola hidup yang sudah berubah sejak pandemi datang tentu akan mempengaruhi pola hidup saat pandemi pergi, terlebih era society 5.0 sudah ada di depan mata. Namun harapan pandemi segera pergi adalah harapan positif agar kehidupan bisa kembali normal, sehingga geliat bangkitnya UMKM kita juga dapat segera dirasakan oleh pelaku UMKM itu sendiri beserta para konsumennya.

Bangkitnya UMKM sangat mempengaruhi kondisi ekonomi negeri ini, karena 90% lebih aktivitas ekonomi negeri ini terletak pada sektor UMKM.

Andai pandemi ini pergi, kondisi ekonomi masyarakat akan pulih kembali. Tempat perbelanjaan, pasar-pasar, taman kota, cafe, tempat hiburan, hingga sekolah akan berjalan seperti sedia kala saat sebelum pandemi terjadi. Sehingga para pelaku UMKM akan kembali bernafas lagi. Namun tentu perlu disiapkan pula pola ekonomi kreatif berbasis teknologi dalam menyambut era society 5.0 yang tidak bisa kita hindari.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image