Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yudha Hari Wardhana

Who Wants To Be A Writerpreneur

Lomba | Monday, 20 Sep 2021, 02:08 WIB

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.” Quote yang dipopulerkan oleh budayawan Pramoedya Ananta Toer ini menunjukkan betapa hebatnya kekuatan sebuah tulisan. Sebuah tulisan bukan hanya berpotensi menjadi inspirasi untuk pembacanya tetapi juga bisa mengubah jalan hidup penulisnya from nobody to somebody. Kekuatan tulisan yang lintas teritori dan lintas generasi bisa membuat penulisnya dikenal publik secara luas hingga mendunia.

Satu nama yang bisa disebut sebagai contoh nyata untuk membuktikan dahsyatnya the power of writing adalah Prof Dr Budi Darma. Penulis dan sastrawan yang baru saja meninggalkan kefanaan dunia pada tanggal 21 Agustus 2021 itu menjadi figur dengan pengaruh besar dalam perkembangan sastra Indonesia. Selama hidupnya beliau sangat produktif menghasilkan karya-karya besar, seperti Olenka (1983) yang menyabet gelar juara Sayembara Mengarang Roman DKJ tahun 1980 sekaligus meraih Hadiah Sastra DKJ tahun 1983. Selain Olenka ada juga Raflus (1998), kumpulan cerpen Orang-orang Bloomington (1981), dan masih banyak lagi.

Pengakuan atas kontribusi Prof Dr Budi Darma sebagai sastrawan besar yang levelnya internasional bisa dilihat dari sederetan penghargaan yang pernah diterimanya. Tahun 1984 beliau pernah menerima anugerah Hadiah Sastra ASEAN. Beliau juga mendapat apresiasi SEA Write Award, dan Anugerah Seni Pemerintah RI.[1]

Satu nama lain yang dikenal oleh kalangan milenial adalah Andrea Hirata. Novel best seller buah karyanya yang berjudul Laskar Pelangi bukan hanya sukses menjadikannya sebagai salah satu penulis terkaya seIndonesia. Melalui novel itu pula Andrea Hirata dikenal masyarakat sehingga kerap diminta mengisi berbagai seminar-seminar sastra dan pelatihan menulis. Salah satu apresiasi yang pernah diterimanya boleh dibilang mengangkat nama Indonesia di kancah internasional. Pada tanggal 8 Maret 2013 Andrea dinyatakan sebagai penerima penghargaan 'ITB (Internationale Tourismus-Börse) Buch Award 2013' dalam pameran pariwisata terbesar di ITB Berlin.[2]

Pertanyaan besarnya adalah siapa nama berikutnya yang akan mendunia dengan tulisan-tulisannya? Pertanyaan ini layak diapungkan mengingat para pelajar di negara kita diduga kuat mengidap penyakit “rabun membaca dan pincang menulis” (meminjam istilah sastrawan Taufik Ismail). Kaum milenial lebih gemar memainkan game online melalui gawai mereka. Selama masa pandemi covid-19 saja, jumlah gamers Indonesia sejak Maret hingga November 2020 tembus di angka 100 juta orang.

Sebagai pegiat kepenulisan yang telah melahirkan 4 buku karya tunggal, saya mencoba aktif menjadi solusi atas persoalan regenerasi penulis Indonesia. Sebelum Indonesia dilanda pandemi Covid-19 yang memaksa pemerintah menerapkan kebijakan PSBB dan PPKM sehingga pendidikan harus diselenggarakan secara online, saya bersama teman-teman sevisi aktif menggelar berbagai even yang tujuannya adalah menyebarkan virus cinta menulis. Melalui berbagai forum diskusi dan lomba, kami berupaya mematahkan mitos bahwa menulis itu sulit dan butuh bakat yang kuat. Sebaliknya, kami selalu menanamkan keyakinan bahwa menulis itu menyenangkan dan tidak membutuhkan bakat karena yang diperlukan adalah tekad dan semangat untuk menjalani setiap proses pelatihan. Tak lupa kami juga mengobarkan motivasi untuk menjadi writerpreneur yang mengisnpirasi, dikenal banyak orang, dan menjadi kaya seperti Andrea Hirata. Semangat ini kami kobarkan mengingat kuatnya pandangan di masyarakat bahwa penulis bukan suatu profesi yang layak dicita-citakan karena tidak memiliki prospek dari sisi materiil.

Saya juga beberapa kali menerima kepercayaan dari sekolah-sekolah untuk menjadi pengajar ekstra kurikuler menulis untuk para siswanya.

Tentunya ada kerinduan besar yang membuncah di hati kami untuk bisa kembali menyebarkan semangat kecintaan terhadap menulis. Bila pandemi ini terlalui dan pendidikan di sekolah sudah mulai berjalan normal, besar harapan kami untuk bisa bersinergi dengan para praktisi pendidikan untuk membuat sebuah program dengan misi mencetak penulis-penulis masa depan berkaliber nasional dan internasional. Memang melahirkan writerpreneur adalah perjuangan yang tidak mudah, tetapi kami meyakini bahwa imposible is nothing.

[1] https://www.republika.co.id/berita/qy69oi328/budi-darma-sastrawan-yang-terkenal-hingga-internasional

[2] https://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nusantara/10/11/28/nasional/umum/13/03/09/mjdo5u-andrea-hirata-terima-buch-award-di-berlin

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image