Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Apron IDN

Melihat Surga Tersembunyi via Bandara Enggano

Wisata | Sunday, 19 Sep 2021, 13:32 WIB
Garis pantai di Pulau Enggano yang mempesona ( Foto Istimewa)

Penulis : Tri Otraputri

Seorang teman asal Bengkulu bercerita pengalamannya menuju "surga tersembunyi". Ia menggambarkan kesunyian nan jernih, biru laut menenangkan kalbu, dan tak terusik dunia luar karena di beberapa sudut pulau masih susah sinyal.

"Jadi di surga tersembunyi itulah kita bisa menemukan diri kita sendiri," katanya seperti seorang filsuf. Mungkin maksudnya di tengah sepi itu kita bisa memahami diri sendiri. Barangkali begitu tafsir kalimat tersebut. Seorang penyair melengkapi sepi itu, begini:

Jerit jangkrik, irama sepi

Seperti nyanyian hati

Yang mengasingkan diri

Melangkah tembus batas ilusi

Tentu saja kian penasaran, di manakah "surga tersembunyi" itu. Kok sangat menginspirasi banyak orang. "Pulang Enggano," kata teman tadi. Pulau Enggano, di manakah? Teman saya sih hanya bilang di Bengkulu. Halahh...belum jelas nih!

Biar jelas, penulis membuka kkp.go.id. Disebutkan secara administratif Pulau Enggano terletak di Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Di sini terdapat enam desa: Malakoni, Apoho, Meok, Banjar Sari, Kaana dan Kahyapu. Pusat pemerintah berada di Desa Apoho. Kecamatan Enggano memiliki empat pulau: Dua, Merbau, Bangkai dan Satu. Keempatnya terletak di sebelah Barat Enggano. Luas Kecamatan Enggano, 400,62 kilometer persegi dan luas daratan 397,18 kilometer persegi. Panjang pantainya 123,23 kilometer dan luas lautan 912.887,84 kilometer persegi. Berada di perairan Samudera Hindia, Enggano merupakan batas terluar dengan India. Di sini terdapat titik dasar TD.154 dan titik referensi TR.154 dan terletak di koordinat 05º31’13” LS dan 102º16’00” BT.

Panorama sisi Pulau Enggano ( Foto : @bandara_enggano)

Nah, lengkap kan? Kata teman saya, ke sana bisa lewat laut maupun udara. Teman ini punya cerita menarik saat ke Pulau Enggano. "Sebelum pandemi saya ke sana," katanya. Naik feri Pulo Tello dari Pelabuhan Pulau Baai menuju Pelabuhan Kahyapu. Biasanya ditempuh 12 jam. Saat itu berangkat pukul 18.00 WIB, diperkirakan pukul 06.00 WIB esoknya sudah merapat di Pelabuhan Kahyapu. Butuh 2-3 jam keluar dari teluk menuju laut lepas. Namun, saat feri di laut lepas tiba-tiba di pengeras suara ada pengumuman perjalanan ditunda. Harus menunggu 12 jam untuk bisa berlayar lagi. Semua ini disebabkan cuaca. Acap cuaca tak bersahabat menunda perjalanan dari Bengkulu ke Pulau Enggano, atau sebaliknya.

Pulau Enggano terletak sejauh 110 mil perjalanan laut mengarungi lautan lepas Samudera Hindia. Situasi badai dan tidak adanya kapal yang berlayar adalah hal yang biasa bagi orang Enggano dan Bengkulu.

Tetapi ada alternatif lain yakni lewat udara. Lho, ada lapangan terbang di Pulau Enggano? Jangan salah, bukan lagi lapangan terbang tetapi bandar udara ( bandara ). Namanya Bandara Enggano.

Bandara di Pulau Enggano ( Foto: @bandara_enggano)

Bandara Enggano ini mulai beroperasi 2015. Landasan pacu ( runway ) sepanjang 1600 meter x 30 meter dengan apron ( parkir pesawat ) 100 m x 80 m. Luas lahan 310 hektare dan yang sudah dikelola seluas 78 ha. Saat ini statusnya masih satuan pelayanan (satpel). Jika merujuk kepada Peraturan Menteri Perhubungan No PM 40 Tahun 2014, disebutkan dalam satu pasalnya bahwa Satuan Pelayanan Bandar Udara, yang selanjutnya dalam Peraturan Menteri ini disebut Satpel BU, merupakan satuan pelaksana pelayanan bandar udara yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara.

Jumlah sumber daya manusia ( SDM ) juga belum banyak. Bandara Enggano mempunyai SDM yang terdiri dari dua orang PNS, delapan pegawai kontrak laki-laki dan dua pegawai kontrak perempuan. Meski memiliki SDM tak banyak, namun tetap berupaya memenuhi standard keamanan dan keselamatan di bandara tersebut.

Runway Bandara Enggano ( Foto: @bandara_enggano)

Selain soal SDM, bandara itu juga mempunyai keterbatasan, yaitu sinyal telekomunikasi. Berdasarkan info Humas Bandara Enggano via instagram @bandara_enggano, sampai sekarang ini area sisi darat, khususnya gedung terminal, gedung catu daya, kantor dan mess pegawai, termasuk area blankspot dari jaringan seluler atau sinyal HP. Sementara yang sudah terjangkau sinyal HP adalah di sisi ujung runway 30, walau kadang masih ada gangguan, apalagi dihembus angin kencang.

Tetapi soal sinyal ini dipandang secara positif. Ke depan pasti teratasi mengingat pemerintah gencar membangun daerah terluar dan terdepan. Apa lagi Bandara Enggano boleh dibilang sebagai beranda negeri ini.

Kembali ke cerita teman tadi, jika lewat udara maka jarak tempuhnya menjadi singkat, hanya 40 menit dari Bandara Fatmawati Soekarno di Bengkulu menuju Bandara Enggano. Penerbangannya dilayani Susi Air dengan pesawat berkapasitas 12 penumpang beroperasi dua kali seminggu.

Teman saya mengaku baru sekali terbang dari Bengkulu ke Enggano. Di Pulau Enggano banyak potensi wisata yang bisa dikembangkan. Makin banyak wisatawan, maka dari Bandara Enggano berpeluang ada penerbangan komersial, bukan lagi penerbangan perintis. Itulah harapan ke depan. (*)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image