Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Shaffa Alkirana WK

Andai Pandemi Pergi : Corona Musibah yang Berkah

Lomba | Sunday, 19 Sep 2021, 12:51 WIB
sumber : bdkjakarta.kemenag.co.id

Indonesia menjadi salah satu negara terjangkit positif virus corona (Covid-19). Kasus pertama yang terjadi di Tanah Air menimpa dua orang warga Depok, Jawa Barat. Dua orang ini sempat berinteraksi dengan warga negara Jepang yang sudah terlebih dahulu dinyatakan positif terjangkit corona. Hal ini diumumkan langsung oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/3/2020). (JAKARTA, REPUBLIKA.CO.ID, ihsanudin)

Seperti kutipan warta diatas, kasus corona pertama yang memasuki wilayah Negara Indonesia menimpa dua orang warga Depok, Jawa Barat. Hal ini tentu saja membuat semua lapisan masyarakat khawatir, takut, dan juga resah, beberapa minggu setelah itu dengan langkah cepat pemerintah mengeluarkan maklumat untuk melakukan segala macam aktivitas dirumah saja, melalui kebijakan sistem Karantina Wilayah berdasarkan Undang-Undang No.6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehataan, hal ini dilakukan untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19. Semua kota besar di Indonesia perlahan-lahan mulai sepi, hal ini tidak hanya berimbas pada kondisi Kesehatan masyarakat tetapi juga berpengaruh pada sektor perekonomian juga pada kondisi lapangan pekerjaan, banyak karyawan, buruh, dan pegawai lainnya yang dirumahkan bahkan ada yang terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Dan banyak pula perusahaan kecil, dan hampir seluruh jenis usaha mendadak gulung tikar karena aktivitas yang kian terbatas.

Dengan adanya wabah Covid-19 ini, bukan hanya kondisi fisik saja yang terserang, namun dampak penyebaran virus ini juga menyerang sisi psikologis masyrakat. Semua masyarakat Indonesia, melakukan segala aktivitasnya dirumah.para karyawan yang bekerja WFH (Work From Home), Sekolah diliburkan sementara hingga terjadi sistem belajar di rumah. Jalanan yang biasanya ramai, perlahan mulai sepi, caffe, restoran, pusat perbelanjaan, semuanya ditutup. Kota-kota seperti mati suri, hal inilah yang memicu terjadinya gangguan stres pada masyarakat, kebingungan, kegelisahan, ketakutan akan terinfeksi virus ini, sampai berbagai dampak akan dialami kedepannya,dan kapan wabah ini akan berakhir? Semua ini mempengaruhi kesehatan mental mereka.

Tidak berhenti sampai disitu saja, merosotnya sistem perekonomian di Indonesia juga memicu terjadinya angka pengangguran yang tinggi dan berimbas pada tekanan ekonomi masyarakat. Mengutip dari Kompas.id jumlah pekerja yang ter-PHK akibat penyebaran virus ini sudah mencapai angka 2 juta orang. Dari banyaknya pemutusan hubungan kerja ini menimbulkan akibat tekanan emosional yang serius. Tidak sedikit dari para pekerja yang ter-PHK hanya bisa berdiam diri dirumah saja tanpa memiliki penghasilan dan secara tidak sadar ini berpengaruh pada aspek sosial kehidupan masyarakat.

Kita Perlu Bangkit dari Keterpurukan

Sejak virus Covid-19 ini melanda dunia termasuk negara Indonesia, pola dan gaya hidup masyarakat berubah. Tentunya, kondisi kehidupan masyarakat tidak lagi sama denga apa yang kita jalani seperti biasanya. Di tengah kondisi yang serba sulit ini, kita harus mulai menerima dan menjalani kehidupan dengan segala keterbatasan yang ada. Pandemi ini memang membuat ruang lingkup gerak kita menjadi sempit, namun bukan berarti kita harus terus berlama-lama ‘menangisi’ kondisi seperti ini, kita harus memiliki optimisme agar seluruh lapisan masyarakat bisa Bersama-sama tumbuh lebih baik di masa mendatang.

Akibat dari dampak psikologi yang dirasakan masyrakat, maka hal yang dibutuhkan adalah adanya pegangan nilai yang dapat dijadikan keyakinan secara batiniah. Pertama yang harus dibangun adalah aspek dari dalam diri masyarakat itu sendiri, salah satunya melalui upaya dalam membangun aspek spiritualitas diri, selain dari upaya medis yang dilakukan oleh pemerintah. Tanpa disadari bagi Sebagian orang mereka larut dan mengabaikan hingga lupa akan kekuasaan Tuhan. Dengan tersebarnya virus Covid-19 ini tidak sedikit dari masyarakat yang terkena dampak langsung mulai mencari lagi makna Tuhan yang ada dalam dirinya. Dengan kata lain aspek spiritualitas dapat membangun semangat hidup, karena pada hakikatnya eksistensi manusia dapat diungkapkan melalui hubungannya dengan diri sendiri, dengan alam, dan juga dengan Sang Pencipta.

Membangun Spiritualitas di Tengan Pandemi Covid-19

Makna spirit sendiri memiliki arti sebagai semangat, jiwa, sukma, dan roh. Atau dalam kata lain spirit sendiri yaitu sesuatu yang berhubungan dengan kejiwaan. Spiritual adalah suatu dasar atas tumbuhnya nilai-nilai dan juga moral. Hal ini berkenaan dengan pandangan kita terhadap pengaruh dan bimbingan dari Tuhan dalam menghayati bathiniah terhadap Tuhan melalui perilaku tertentu untuk membuat dirinya sesuai dengan semangat dan cita-citanya.

Pandemi Covid-19 sendiri adalah suatu pembelajaran bagi kita, dan membuat pandangan serta pikiran kita menjadi lebih luas dalam memaknai Kebesaran-Nya. Pemahaman aspek spiritualitas sendiri harus selalu dipupuk, baik dari dalam diri sendiri, dari lingkungan sosial, maupun lingkungan keluarga. Sehingga aspek spiritualitas ini dapat diajdikan sebagai salah satu solusi dalam menghadapi kondisi pandemic Covid-19 ini. Peristiwa Covid-19 ini menuntun kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, karena aspek spriritual erat kaitannya dengan penanaman nilai ketakwaan dalam kehidupan sehari-hari.

Adanya kebijakan pemerintah tentang Karantina Kesehatan membuat kita lebih sering berdiam diri dirumah, dengan keadaan di masa pandemi ini banyak dari kita yang mampu meningkatkan kualitas ibadah, masa pandemi juga dapat membentuk perilaku religius dikalangan masyarakat. Meningkatnya aspek spiritual dalam kehidupan masyarakat juga dapat menghasilakan moral serta karakter yang baik. Kebutuhan manusia yang utama adalah kondisi batin yang stabil hal ini bisa didapat dengan cara tetap istikamah berada dijalan Tuhan, selalu berprasangka baik terhadap Tuhan dan selalu berpikiran positif terhadap segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini.

Wabah yang Membawa Berkah

Sebagai contoh semakin meningkatnya masyarakat yang mendekatkan diri kepada Tuhan yaitu salah satunya, di Indonesia sendiri beberapa kali diadakan dzikir dan doa virtual secara nasional, sebagai permohonan serta harapan untuk mengetuk pintu langit. Terutama Ketika Ramadhan sedang berlangsung, hal tersebut dijadikan momentum meningkatkan sisi spiritual untuk umat Islam, dengan cara berdoa dan membaca kitab suci Al-Quran untuk mengharapkan pertolongan Tuhan agar wabah ini segera usai.

Contoh lainnya yang didapat yaitu, Pak Slamet seorang warga berasal dari Purwokerto yang berhasil membagikan Al-Quran dan Juz Amma dari hasil donasi di 5 kota besar di Indonesia, hal ini ia akui sebagai bentuk dia bangkit di tengah kondisi pandemi Covid-19 setelah dirinya ter-PHK. Hal ini menunjukan bahwa adanya rasa syukur yang ditanamkan dalam pengembangan menghadapi penderitaan juga meyakini hikmah yang terdapat dari suatu kejadian.

Maka dari itu kita harus menanamkan aspek spiritual di dalam diri serta kehidupan, dalam keadaan apapun agar kehidupan kita dapat berjalan dengan jauh lebih baik. Terutama adanya peristiwa Covid-19 ini menjadi penanda bahwa manusia itu lemah tanpa adanya bimbingan dari Tuhan yang Maha Segala-Nya, dengan cara pandang seperti itu maka aspek spiritual terus menaik dan manusia akan mengakui tentang Ke-Esaan Tuhan.

Semua kejadian pasti selalu memiliki hikmah dibaliknya. Semua yang terjadi akan menjadi pelajaran dalam hidup bagi kita semua. Apapun itu, tak boleh menjadi suatu alasan bagi kita untuk mengurangi rasa syukur kita terhadap Tuhan. Andai pandemi sudah pergi maka kita akan menjadi manusia yang jauh lebih baik dan selalu bersyukur terhadap apa yang telah kita dapat dan kita lalui.

#lombamenulisopini

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image