Selebrasi Manusia setelah Pandemi Covid-19
Lomba | 2021-09-19 11:35:24Pandemi Covid-19 telah menghebohkan dunia dan menjadi momok yang sangat menakutkan sejak awal tahun 2020. Pada waktu itu, semua orang begitu takut ketika menyaksikan kejadian-kejadian yang cukup menyeramkan terjadi di Wuhan Cina. Negara-negara lain pun berusaha mencari cara agar mencegah virus corona, yang menjaadi penyebab Covid-19 (Corona Virus Deases 2019), masuk ke negara mereka. Ketakutan terhadap virus Corona muncul di mana-mana. Namun ketakutan yang disertai antisipasi itu tidak dapat menghalangi virus Corona masuk ke hampir semua negara di dunia.
Data Worldometers terkait kasus Virus Corona, Indonesia memiliki sekitar 4.188.529 kasus dengan kematian mencapai 140.323 dengan tingkat kesembuhan 3.983.140 kasus. Sedang secara global, ada 228.935.812 kasus Covid dengan kasus kematian 4.700.044, dan tingkat kesembuhan mencapai angka 205.522.030. Indonesia berada di urutan ke-13 kasus terbanya, sedangkan yang pertama terbanyak Amerika Serikat dengan 42.866.805 kasus, yang diikuti India dan Brasil.
Corona Mengubah Segala
Pandemi ini membawa perubahan yang sangat signifikan kepada kehidupan dunia. Secara positif, pandemi membawa kesadaran baru tentang pentingnya kesehatan dibandingkan hal lain dalam kehidupan setiap orang. Selain itu, pandemi membuat mata terbuka bahwa berkurangnya aktivitas manusia telah membuat berkurang juga polusi udara yang seringkali menjadi masalah di kota-kota besar, seperti Jakarta. Meski ada dampak positifnya, dampak negatif yang dialami manusia sangat banyak dan tidak mungkin dihindari. Banyak nyawa hilang akibat Covid dan hancurnya tatanan ekonomi dan sosial yang telah dibangun berabad-abad. Ini menjadi sejarah yang sangat memilukan yang akan didengar dan dibaca oleh generasi-generasi berikutnya dalam kehidupan manusia. Hampir semua perusahaan-perusahaan besar dan para pekerjanya terkena dampak akibat pandemi. Setelah harus kehilangan teman, sahabat, keluarga, orang-orang terdekat, semua orang pun dihadapkan pada ketidakjelasan pendapatan dan bahkan harus kehilangan pekerjaan yang telah ditekuni. Ini sangat merugikan dan meyedihkan bagi perjalanan peradaban manusia.
Pandemi Covid-19 telah membuat manusia harus mengatur ulang kehidupannya. Apalagi setelah hampir seluruh dunia memberlakukan social distancing. Semua orang hanya bisa tinggal di rumah dan tidak dapat menghabiskan waktunya dengan orang-orang lain sebagaimana kalau waktu normal. Keadaan ekonomi sebagian besar manusia pun terseok-seok sehingga mereka merubah tindakan pengeluaran mereka agar lebih hemat. Tidak hanya itu, kemiskinan pun yang banyak menghantui negara-negara berkembang di dunia semakin menjadi parah. Tentu saja ini menjadi potret yang sangat buram akibat munculnya pandemi. Setiap orang, setiap rumah tangga, setiap tatanan masyarakat dan negara mengubah segala pola kehidupannya,, baik itu terkait sosial, budaya, kebiasaan, pendidikan, dan terutama kesehatan dan ekonomi. Ibadah dilakukan secara online, sekolah tidak bisa tatap muka, pertemuan-pertemuan secara fisik dalam satu ruangan tidak dapat dilakukan, jam kerja diubah, dan masih banyak sederet lain perubahan-perubahan lainnya. Manusia tidak dapat menolak hal itu. Manusia hanya bisa menerima sebagai bagian dari garis turun kehidupan sambil berharap bahwa aspek kehidupan yang telah hancur dapat dibangun kembali.
Pandemi Covid-19 telah merubah segalanya. Kehidupan manusia dan lingkungannya tidak lagi seperti sebelumnya. Manusia sedang melewati salah satu fase di mana hampir semua elemen dan tatanan yang telah ada diubah bentuknya agar dapat menyesuaikan diri dengan berbagai dampak akibat Covid-19. Manusia dan kehidupannya tidak dapat tidak mengikuti perubahan-perubahan tersebut. Hal ini didasari bahwa siapa pun yang tidak mengikuti perubahan tersebut akan mendapat hukuman atau sangat mungkin terkena Covid. Ini menjadi ambiguitas yang kemudian membentuk pola umum dan berterima.
Akankah dunia kembali seperti dulu atau akan terus berubah mengikuti tatanan baru ini?
Pertanyaan ini cukup sulit dijawab. Prediksi ini menjadi cukup rumit karena terdapat ambiguitas dalam tatanan baru yang dibentuk karena adanya pandemi ini. Orang-orang mengikuti aturan social distancing atau harus berhemat merupakan pola hidup yang dituntut oleh keadaan pandemi. Itulah sebabnya prediksi apakah pola ini akan tetap dilakukan atau tidak sangat sulit untuk dibahas. |Apalagi jika mendengar kesaksian sebagian besar orang yang ingin agar pandemi segera berakhir dan mereka bisa menjani hidup normal yang tanpa masker dan tanpa social distancing. Tentu saja ada juga orang-orang yang sudah sangat merasa nyaman dalam tata kehidupan baru. Baginya, tatanan kehidupan akibat adanya Covid-19 sangat sesuai dengan diri dan kepribadiannya.
Selebrasi Dunia Pasca Pandemi
Pandemi Covid-19 ini membawa begitu banyak perubahan.Tekanan terhadap emosional dan batin merupakan salah satu hal yang sangat tampak selama pandemi. Orang-orang tertekan karena kehidupan dan lingkungan mereka berubah. Anak-anak tidak dapat belajar dan belajar bersama guru dan teman-teman mereka di sekolah; orang-orang kehilangan pekerjaan atau berpenghasilan menurun; banyak orang yang sangat kesulitan membayar berbagai tagihan bulanan; dan lain-lainnya. Semua tekanan itu hanya akan berakhir jika pandemi hilang dari kehidupan umat manusia.
Ada banyak bentuk luapan emosi jika pandemi ini akan selesai - yang mungkin masih akan lama, bahkan sampai bertahun-tahun baru selesai. Kebahagiaan sudah pasti menyelimuti semua orang. Yang menjadi selebrasi utama adalah menerima perubahan yang telah dibentuk pandemi. Perubahan yang dimaksu adalah penghargaan terhadap kesehatan, penghematan, dan penghargaan terhadap yang lain. Itu semua tetap dijaga sambil juga tetap menjaga kehidupan agar lebih baik dan dapat berubah ke arah yang lebih baik. Berbagai kesadaran selama pandemi perlu ditumbuhkan dan dikembangkan agar kehidupan ini tidak menjadi sia-sia.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.