Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image april lia

Jalani Saja Skenario Tuhan

Lomba | 2021-09-19 09:56:57

(Andai Pandemi Pergi)

sumber gambar:republika.id

Pandemi COVID-19 belum usai. Banyak kebijakan baru dari pemerintah dari hari ke hari yang diterapkan kepada masyarakat. Pola aktifitas manusia mulai mengalami perubahan, baik disadari maupun tidak. Dari segi sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.

Di lingkungan saya sendiri dilihat dari kacamata sosial masyarakat, sekarang jarang ada warga yang berkumpul ngobrol tanpa ada kepentingan. Sesekali terlihat bapak-bapak yang masih aktif dalam kegiatan jaga ronda malam. Dalam menyampaikan informasi, entah mengumumkan acara pernikahan, kematian, kelahiran, disampaikan lewat media sosial. Tinggal buka gawai, lalu bagikan informasi ke grup-grup whatsapp, instagram, facebook, dan media sosial lainnya. Hubungan antar personal lebih digantikan dengan media internet yang ada sekarang.

Dari segi ekonomi, jual beli dan pemenuhan kebutuhan masyarakat banyak menggunakan media internet juga. Berdagang barang-barang kebutuhan sekarang tak hanya dipajang di toko, namun bisa antar ke rumah. Aplikasi seperti shoope, tokopedia, dan lain-lain sudah menjamur di masyarakat hampir semua kalangan. Barang yang dijual sudah diiklankan lewat status media sosial. Kuliner yang juga mendominasi. Dengan dibukanya aplikasi sebut saja Go-Food, sekarang bisa pesan makanan dari rumah. Warung besar maupun kecil sudah mengupayakan untuk memiliki aplikasi tersebut.

Benar-benar pandemi mengubah segalanya. Nampak berbeda dan sangat mencolok adalah dari segi pendidikan. Mulai dari kegiatan anak-anak yang belajar di rumah, sampai dampak yang ditimbulkan karena belajar di rumah. Ketika anak belajar di rumah, orang tua harus ekstra sabar untuk menemani mereka belajar dan mengerjakan tugas sekolah. Belum lagi, kebutuhan tambahan untuk biaya internet. Walaupun dari pemerintah juga telah menyediakan kuota gratis.

Saya menemukan, anak-anak yang belum bisa membaca ketika sudah kelas 3 SD bahkan 5/6 SD. Mereka belum lancar untuk mengeja bacaan yang ada di buku mereka. Kebetulan saya juga guru matematika untuk anak yatim dhuafa dan guru les privat untuk anak usia SD. Mereka nyatanya belum hafal perkalian matematika ketika sudah kelas 6. Sungguh miris bukan?

Kaca mata masyarakat kini semakin peduli dengan kesehatan mereka. Virus yang ditemukan atau diidentifikasi pertama kali di Wuhan ini bak setruman listrik bagi manusia. Tiba-tiba saja semua artikel membahas virus tersebut, cara untuk mencegah virus masuk ke tubuh, cara agar diri kita tidak terpapar virus tersebut, dan sebagainya. Mereka berlomba-lomba untuk mencari obat-obatan tradisional, obat herbal dari habbatussauda, hingga obat-obatan dari china.

Tak hanya itu, masyarakat juga semakin sadar bahwa olahraga diperlukan untuk menjaga stamina dan daya tahan tubuh mereka. Awal munculnya virus tersebut, bersepeda adalah olahraga yang sangat digemari. Selain mudah, masyarakat juga bisa memanfaatkan waktu mereka selama belum masuk bekerja. Jogging, berjemur di pagi hari maupun sore hari, berenang, dan lain-lain.

Sebenarnya bagi saya, pandemi ini tidak selalu dikaitkan dengan hal negatif. Sesuatu yang harus kita khawatirkan setiap hari. Tak harus kita pusingkan, bahkan menjadikan beban yang mengacaukan pikiran kita sendiri. Ilmu medis mengatakan bahwa ketenangan adalah sumber utama dalam kesehatan manusia. Yang harus kita lakukan adalah selalu berjaga-jaga. Menjaga diri sendiri adalah bentuk usaha juga menjaga orang lain juga, dari virus corona ini.

Dengan berjalannya hari, masyarakat kini menemukan kebiasaan untuk beradaptasi dengan hidup normal baru. Banyak hal positif yang dapat kita ambil, selain memikirkan sisi negatif. Seperti berkumpul bersama keluarga dan bereksplorasi dengan kegiatan di rumah. Otak manusia akan senantiasa berfikir dan mencari solusi terbaik atas bimbingan Tuhan.

Andai pandemi pergi, saya pribadi ingin mengucapkan terimakasih. Banyak pelajaran yang dapat kita ambil selama 1,5 tahun belakang. Saya masih diperkenankan untuk berjuang di dunia ini dan mengambil peran sebagai manusia yang bermanfaat. Andai pandemi pergi, saya akan sadar bahwa ini pasti terjadi atas kehendak Tuhan. Bagaimanapun, bersyukur itu lebih penting dibanding sekedar meratap dan berkeluh kesah.

Mungkin kehidupan ke depan akan berat. Namun jika kita yakin Tuhan akan segera mengangkat wabah ini dari dunia dan menolong manusia. Insyaallah semua akan baik-baik saja menurut versi Tuhan. Kita sebagai manusia, hanya bisa terus menjalani skenarioNya dan berbuat semaksimal mungkin untuk kebaikan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image