Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Samdy Saragih

Mengintip Langsung Pembangunan Jakarta International Stadium

Olahraga | Wednesday, 15 Sep 2021, 08:52 WIB
Penampakan konstruksi Jakarta International Stadium (JIS), 13 September 2021. /Sumber: dokumentasi pribadi

Di samping menikmati pertandingan sepak bola, saya suka juga suka mengamati serba-serbi stadion. Berlaku hukum yang menyatakan semakin bagus gelanggangnya, kian berkualitas pula permainan dan tontonan sepak bolanya.

Bukan main senangnya saya ketika mendengar tekad Pemprov DKI Jakarta membangun Stadion Internasional Jakarta (Jakarta International Stadium/JIS). Setelah sekian lama terkatung-katung, stadion anyar berkelas dunia bertambah lagi di Ibu Kota.

Peletakan batu pertama pembangunan JIS berlangsung pada Maret 2019. Ketika pandemi Covid-19 mencuat setahun kemudian, pembangunan tidak surut. Targetnya, calon markas Persija Jakarta itu kelar pada Desember 2021.

Saya penasaran juga sejauh mana pembangunan JIS. Pasalnya, kerap kali kemajuan konstruksi stadion tersebut masuk dalam pemberitaan. Namun, foto-foto di media massa tidak cukup untuk menjawab rasa penasaran saya.

Bulan lalu, saya berniat mendatangi langsung proyek garapan PT Jakarta Propertindo tersebut. Saya ingat pernah melalui jalan yang melewati JIS. Apesnya, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dan Level 4 membatasi mobilitas dengan kendaraan umum.

Kesempatan ‘anjangsana’ baru kesampaian pada hari Senin, 13 September 2021, kemarin lusa. Saya menaiki bus pengumpan Transjakarta rute Senen-Tanjung Priok. Di sekitar stadion terdapat satu titik pemberhentian penumpang, Halte Taman BMW.

Dari kejauhan, sudah terlihat bagian luar stadion terpasang selaput baja bercat putih. Sementara itu, bagian atap sudah dipasangi rangka. Namun, kita tidak bisa asal masuk ke lokasi pembangunan karena pagar pembatas terpancang di sekeliling.

Saya tidak puas hanya melihat dari luar pagar konstruksi. Karena itu, saya beranjak ke pintu masuk untuk meminta izin kepada petugas keamanan memotret ke dalam. Sialnya, keinginan saya itu tidak bersambut. Seorang satpam khawatir jepretan saya bisa disalahgunakan.

Disalahgunakan? Saya tentu saja bingung mengapa sang petugas keamanan mengatakan begitu. Saat saya tanya balik maksudnya, sang satpam lantas menunjukkan konstruksi yang belum sempurna.

Saya mencoba menangkap maksudnya. Mungkin bisa saja ada orang iseng memfoto kegiatan konstruksi. Nah, kekurangan-kekurangan seperti berseraknya material bisa-bisa menjadi bahan olok-olok. Karena itu, foto hanya boleh diambil dari luar pagar.

Tentu saja saya kecewa dengan larangan itu. Padahal, harapan saya bisa masuk dengan meminjam helm pelindung kepala. Sewaktu Stadion Utama Gelora Bung Karno direnovasi pada 2018 silam, saya sempat berhasil menerobos ke dalam.

Karena agak letih, saya pun beristirahat sejenak di sebuah warung seberang jalan proyek. Di tengah menikmati minuman, seorang pekerja konstruksi stadion ikut nongol di warung. Ini menjadi kesempatan saya untuk mendalami lebih jauh apa gerangan alasan larangan mengambil foto.

Ada satu jawaban yang menurut saya masuk akal. Menurut sang pekerja itu, belakangan hari ini muncul kasus pencurian sepeda motor di dalam areal proyek. Alhasil, petugas lebih selektif menyaring ‘orang-orang yang berkepentingan’ saja.

Terhadap jawaban itu saya jadi maklum adanya. Kasus pencurian ternyata tidak hanya melonjak di lingkungan tempat tinggal saya, tetapi sampai ke sebuah megaproyek senilai Rp4 triliun lebih. Kewaspadaan tentu tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Perjumpaan dengan pekerja konstruksi itu saya gunakan untuk menanyakan lebih jauh perihal JIS. Dari yang bersangkutan, saya memperoleh informasi bahwa paling tidak ada tiga pembeda JIS dengan stadion lain di Indonesia.

Pertama, JIS memakai atap buka tutup. Lazimnya, stadion sepak bola di Indonesia hanya beratap di bagian tribun penonton. Konsekuensinya, bagian lapangan rumput masih bisa terpapar oleh hujan dan sinar matahari.

Kedua, JIS menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Nantinya, bagian atap akan dipasangi panel-panel surya untuk memasok sebagian kebutuhan listrik stadion.

Fitur pembangkit terbarukan ini jelas-jelas baru untuk ukuran Indonesia. Di dunia pun masih belum banyak, termasuk stadion-stadion penyelenggara Piala Dunia 2022 di Qatar.

Ketiga, JIS tidak memiliki lintasan atletik. Memang stadion tipe ini bukan hal baru di Indonesia. Dua di antaranya adalah Stadion Maguwoharjo dan Stadion Batakan.

Meski demikian, JIS akan menjadi stadion berkelas internasional pertama yang tidak terpasangi lintasan atletik. Di Tanah Air, stadion berstandar internasional hanya segelintir antara lain Stadion Utama Gelora Bung Karno, Stadion Gelora Sriwijaya, dan Stadion Papua Bangkit.

Artinya, JIS benar-benar diperuntukkan buat pertandingan sepak bola. Tentu, pemakaian non-olahraga seperti konser musik pun masih dimungkinkan.

Ketiadaan lapangan atletik ini mungkin salah satu kelebihan JIS yang berdampak bagi permainan di lapangan hijau. Akan tetapi, saya berpendapat kapasitas 82.000 kursi terlalu besar untuk stadion khusus sepak bola.

Andai JIS dipakai untuk laga kandang Persija Jakarta, tidak mungkin stadion selalu penuh sesak. Paling banter saat Macan Kemayoran bersua musuh abadi seperti Persib Bandung dan Persebaya Surabaya. Selebihnya, kunjungan suporter pasti jauh di bawah kapasitas tempat duduk.

Jika tidak penuh, akan terlihat kekosongan di tribun penonton. Dari segi visualisasi televisi tentu tidak menarik melihat bangku stadion kosong. Dari sisi dukungan pun, teriakan dukungan suporter kurang menggema.

Saya berharap agar animo The Jakmania menonton Persija bisa tinggi. Terlebih bila pengelola stadion tidak mengenakan harga tiket terlalu tinggi kepada penonton.

Mari kita tunggu apakah stadion bisa terpakai pada awal tahun 2022. Sebelum ke sana, mari intip dulu potret terkini konstruksi JIS berikut ini.

Penampakan konstruksi Jakarta International Stadium (JIS), 13 September 2021. /Sumber: dokumentasi pribadi
Penampakan konstruksi Jakarta International Stadium (JIS), 13 September 2021. /Sumber: dokumentasi pribadi
Penampakan konstruksi Jakarta International Stadium (JIS), 13 September 2021. /Sumber: dokumentasi pribadi

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image