Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image padma malikahani

Mengenal Islam Wasathiyah Atau Islam Moderat

Agama | 2021-09-10 15:20:17

Islam agama yang moderat, dengan artian ia selalu menempatkan segala hal pada tempatnya. Agama islam selalu menyerukan kepada kemanusiaan dan perdamaian, berorientasi pada prinsip, santun dalam bersikap, berinteraksi yang harmonis dalam masyarakat, mengedepankan perdamaian serta anti kekerasan dalam berdakwah. Islam tidak pernah mengajarkan perihal ekstrimisme ataupun melampaui batas, pada dasarnya Islam Moderat akan banyak mengambil simpati di hati masyarakat karena mereka merindukan ajaran Islam yang damai, hidup rukun, memahami perbedaan, serta ajaran al-qur’an di jalankan dengan benar.

Islam moderat seringkali di hadapkan dengan istilah radikal dan liberal. Pada hakikatnya islam moderat merupakan konstruksi barat, perspektif orang barat Ketika mereka melihat islam. Secara Terminologi islam moderat sebagai istilah yang merujuk pada mereka yang menolak pemberlakuan kekerasan sebagai garis ideologi dan perjuangannya. sedangkan secara etimologi artinya suatu karakteristik terpuji yang menjaga seseorang dari kecendrungan bersikap ekstrim. Konsep Wasathiyah sepertinya menjadi garis pemisah dua hal yang berseberangan. Penengah ini diklaim tidak membenarkan adanya pemikiran radikal dalam agama, serta sebaliknya tidak membenarkan juga upaya mengabaikan kandungan al-Qur’an sebagai dasar hukum utama. Oleh karena itu, Wasathiyah ini lebih cenderung toleran serta tidak juga renggang dalam memaknai ajaran Islam.

Adapun dalam Bahasa arab, moderat senantiasa diselaraskan dengan kata al-tawasut (tengah), al-I’tidal (adil), dan semacamnya. Sejumlah kalangan pemikir islam mengidentifikasikan islam moderat sebagai sikap atau perilaku keagamaan yang tidak mengedepankan pendekatan kekerasan. Terutama menyangkut ihwal permasalahan, perdebatan, dan perbincangan diskursus keagamaan yang bersentuhan dengan wilayah teologis. Sikap tawasut representasi pola keberagaman yang tidak berpihak pada kelompok islam kanan, dan tidak juga condong pada kelompok kiri.

Din Syamsudin sebagai cendekiawan muslim kontemporer menyatakan bahwa, Islam moderat adalah pandangan ke Islaman yang memuat empat aspek penting, yakni rasional, toleran, bertengggang rasa, dan tepat selera. Rasional, seperti yang telah dijelaskan di atas, adalah cara keberIslaman yang menempatkan akal sebagai patner agama. Akal melalui kemampuan dan kecanggihan bernalarnya berkedudukan sebagai instrumen di mana Bahasa-bahasa mistik agama diterjemahkan, ditafsirkan, dan dimaknai. Dengan peran akal, maka pesan agama yang sebelumnya berada dalam alam abstrak dapat dibumikan secara nyata ke dalam kehidupan masyarakat.

Sedangkan Al-Qardhawi menyatakan bahwa ideologi Islam moderat berasal dari kenyataan pengetahuan, kasih sayang, moderasi dang mengarahkan manusia dari jalan yang sesat dan radikal. Prinsip moderasi Qardhawi meliputi Islam yang terbaik dengan mengajak muslim untuk menolak kekakuan berfikir dan fanatisme, Al-Qardhawi juga memberikan penekanan yang sama pentingnya “al-samahah”, sebagai karakter seorang muslim.

Gambaran moderat juga terdapat pada diri Rasulullah Saw yang tidak pernah mengusik penganut ajaran lain, berbuat dhalim maupun sikap yang lainnya. Bahkan lebih dari itu, beliau selalu mengajak para sahabat untuk selalu bersikap lemah lembut dan hidup rukun serta menjauhi bersikap kasar kepada orang lain. Di Indonesia sendiri, agama islam terlahir sebagai agama yang moderat yang tergambarkan dalam peran Walisongo dalam menyebarkan islam yang tak lepas dari kultur masyarakat setempatnya sehingga dengan mudah direspon oleh masyarakat pribumi. Salah satu coraknya adalah berdakwah secara damai dan ramah, menghargai budaya yang berlaku di masyarakat serta mengakomodasinya dalam ajaran islam tanpa sedikitpun menghilangkan entitas agama lain.

Secara struktural, nilai kemoderatan Indonesia tergambar jelas dalam bangunan struktur kebangsaan dan kenegaraan. Tipologi islam wasathiyah seringkali disematkan pada organisasi keagamaan diantaranya Nadhatul Ulama’ (NU) dan Muhammadiyah. Dalam konteks pemikiran keislaman di Indonesia, konsep moderatisme Islam memiliki sekurang-kurangnya lima karakteristik berikut ini. Pertama, ideologi non-kekerasan dalam mendakwahkan Islam. Kedua, mengadopsi pola kehidupan modern beserta seluruh derivasinya, seperti sains dan teknologi, demokrasi, HAM dan semacamnya. Ketiga, penggunaan pemikiran rasional dalam mendekati dan memahami ajaran Islam. Keempat, menggunakan pendekatan kontekstual dalam memahami sumber-sumber ajaran Islam. Kelima, penggunaan ijtihad dalam menetapkan hukum Islam (istinbat). Namun demikian, kelima karakteristik tersebut dapat diperluas menjadi beberapa karakteristik lagi seperti toleransi, harmoni dan kerjasama antar kelompok agama yang berbeda.

oleh: Padma Malikahani

Mahasiswa Universitas Darussalam Gontor

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image