Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fokker

Seniman Nanggalo Itu Bernama Syafruddin

Olahraga | Wednesday, 08 Sep 2021, 22:54 WIB
Dokpri. Syafruddin
Dokpri. Syafruddin

Memasuki usia ke 57, seniman yang lahir di Nanggalo, Kampung Koto, Padang Kota, Sumatera Barat ini mempunyai keterampilan aliran lintas dimensi. Tidak hanya berorientasi dalam konsep realis, aliran naturalis, hingga kubisme sudah menjadi bagian daripada keahliannya dalam melukis.

Berbekal semangat merantaunya dari Sumatera Barat, alumnus Universitas Negeri Padang, jurusan seni rupa hijrah ke Bali tahun 1994 hingga 1997. Menikah di Jember pada Desember 1996 dengan Aris Lucky Taningtyas, ia lantas melanjutkan perjalanannya ke Jakarta pada akhir tahun 1997.

Keahliannya dalam membuat ragam miniatur rumah-rumahan hingga diorama menjadikannya populer dikalangan anak muda beberapa waktu lalu. Memutuskan mengajar di SMA Malahayati pada tahun 2002, adalah persinggahannya setelah memilih fokus untuk menetap di Cileungsi.

Memiliki bakat multitalenta dalam berkesenian, aktivitas lainnya yakni bermusik juga selalu dilakoninya setiap waktu. Keahliannya dalam memetik senar gitar dan keyboard dijadikan keseharian yang tidak bisa dilepaskan.

Bersama Tumble Band yang dibentuknya pada tahun 2019, ia selalu menyalurkan keahliannya dalam bermusik bersama anak-anak muda di kawasan Kalisari, Cijantung. Khususnya bersama guru-guru muda di SMA Malahayati.

Terbilang sudah ratusan karya lukis yang lahir dari goresan tangannya. Dari Legian, Surabaya, hingga Jakarta, telah ia lakoni semuannya. Semua didasari atas kecintaannya terhadap dunia seni. Seni adalah bagian dari kehidupannya, tidak dapat dipisahkan bagaikan satu nyawa yang terpadu.

Kecintaanya dalam berolahraga juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Berbagai turnamen tenis meja selalu diikutinya dalam beragam momen keolahragaan. Baik lingkungan lokal atau daerah. Ya, kecintaanya dalam dunia tenis meja seolah menjadi bagian dari keseharian yang tidak bisa ditinggalkan.

Nanggalo merupakan desa kecil di Sumatera Barat. Disini, lahir banyak seniman. Darah seniman warganya memiliki ciri khas uniknya, yakni naturalisme. Galeri “Rumah Lukis” yang didirikannya di Jl. Raya Mampir, Cileungsi, Jawa Barat, dijadikannya sebagai gudang kreasi untuk para pegiat seni.

Dokpri. Galeri Rumah Lukis, Jl. Raya Mampir, Cileungsi
Dokpri. Galeri Rumah Lukis, Jl. Raya Mampir, Cileungsi

“Ditujukkan untuk generasi muda yang hendak berkreasi dan menuangkan ekspresi, dapat mencoba segala macam aliran seni disini”, ujar Syafruddin. Semua didedikasikan untuk kebebasan berseni dalam berbagai ekspresi. Tidak lain untuk memfasilitasi bakat terpendam dari semua golongan. (8/9)

Syafruddin atau biasa dipanggil Syaf, senantiasa mencurahkan aktivitasnya dalam dunia seni. Tidak hanya di sekolah, tetapi di lingkungan sekitar rumah juga ia kembangkan. Masa depan seni di Indonesia dalam realita saat ini baiknya terus dikembangkan dan dilestarikan.

Budaya Indonesia harus terus dipelajari untuk generasi muda saat ini. Tugas menjaga budaya adalah tugas kita bersama demi menjaga identitas bangsa Indonesia. Adalah suatu kewajiban bagi kita, tidak hanya dari kalangan tua, tetapi bagi untuk semua masyarakat agar dapat saling menjaga.

Pada tahun 2018, ia mendorong kelahiran sanggar tari Puspa Serumpun untuk para siswa SMA Malahayati. Segala lakon dalam bidang seni hampir semua dikuasainya. Kelas-kelas seni yang dibuka, tentu telah melahirkan banyak karya yang dapat diacungi jempol.

Masa pandemi, jangan sampai membuat semangat berkarya kita berhenti. Pandemi, jangan juga membuat semangat berseni kita mati. Semoga bangsa ini senantiasa menjadi bangsa yang berbudaya, untuk menghadapi tantangan zaman dimasa kini dan masa yang akan datang, tutupnya. (8/9)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image