Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Novita Effendi

Andai Pandemi Pergi: Apakah segala yang baik yang sudah dilakukan selama Pandemi juga pergi?

Lomba | 2021-09-07 10:23:53

Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) telah mewabah hampir ke seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Wabah yang kemudian ditetapkan sebagai pandemi oleh World Health Organization (WHO) ini tercatat telah menginfeksi hampir 2,5 juta manusia dengan tingkat kematian atau Case Fatality Rate (CFR) yang cukup tinggi yaitu 6,87%. Di Indonesia sendiri, jumlah pasien positif terinfeksi) sempat mengalami Tingginya tingkat penularan Covid-19 dan persebarannya yang begitu cepat mengharuskan pemerintah dengan segera mengambil langkah strategis dengan menetapkan kebijakan-kebijakan antisipatif untuk mengatasi wabah dan dampak yang ditimbulkannya. Beberapa kebijakan ataupun imbauan telah ditetapkan pemerintah secara berkesinambungan sejak mewabahnya Covid-19 di Indonesia sampai dengan saat ini. Kebijakan ataupun imbauan tersebut di antaranya yaitu berperilaku hidup bersih dan sehat, social distancing yang kemudian berubah menjadi physical distancing, gerakan di rumah saja dengan bekerja dari rumah serta belajar dan beribadah dilakukan di rumah, menambah dan merealokasi APBN, memprioritaskan anggaran di bidang kesehatan, relaksasi kredit, insentif perpajakan, bantuan sosial, pengendalian transportasi, dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ( sumber: T. Ade Surya, Inkonsistensi Dan Ketidaktegasan Kebijakan Pemerintah Dalam Menangani Pandemi Covid-19, Bidang Ekonomi Dan Kebijakan Publik Info Singkat, Vol. XII, No.8/II/Puslit/April/2020, hlm. 1, di akses tanggal 7 september 2021, pk. 8.19.)

Dengan banyaknya peraturan yang harus diterima masyarakat baik yang menerima dengan protes namun tetap menjalankan, atau ada yang hanya menjalankan dan berharap dengan begitu pademi segera berakhir atau bahkan malah tak perduli dengan adanya aturan-aturan tersebut, begitulah pro kontra dalam sebuah aturan atau kebijakan yang diterapkan selama masa pandemi ini. Terhadap segala aturan yang harus kita jalankan selama pandemi ini memang akan terasa sangat menyulitkan bagi semua pihak, baik pemerintah sebagai pengambil keputusan maupun masyarakat yang menjalankannya. Mulai dari kebijakan wajib memakai masker, menjaga jarak,sekolah melalui sistem daring/online, dilarang berkumpul ditempat umum, mencuci tangan atau harus bepergian membawa hand sanitizer. Bekerja dari rumah atau WFH atau yang baru terjadi di bulan agustus kemarin makan direstoran maupun warteg dibatasi hanya 20 menit saat makanan sudah datang atau siap dimakan.

Dimasa sulit ini kita mencoba berandai-andai jika pandemi pergi, berkumpul akan terasa menyenangkan tanpa takut harus dibubarkan, tapi apakah saat berkumpul kita akan berbicara satu dan yang lainnya atau malah sibuk dengan gadget masing-masing. Kalau pandemi pergi apa kita juga masih peduli dengan tetap memakai masker sebagai bentuk melindungi kesehatan saluran pernafasan kita, andai pandemi pergi apa orang tua yang sibuk itu akan rela memiliki waktu mendampingi anak-anaknya atau bahkan mengajari anaknya belajar saat dirumah. Andai pandemi pergi apa masih ada wastafel dan sabun cuci tangan tersedia di tempat umum seperti sekarang bisa digunakan atau kita gunakan, andai pandemi pergi apakah kita masih peduli dan memberi hormat atau terimakasih atas jasa tenaga kesehatan, tenaga medis lain yang bertugas selama pandemi, andai pandemi berakhir apakah segala kegiatan postif dan produktif yang sudah kita lakukan selama pandemi akan hilang, atau kita tingallkan karena alasan sibuk dan tak punya banyak waktu.

Pandemi sangat menyulitkan kita semua, semua golongan masyarakat , semua usia, semua pekerjaan, maupun pemerintah, serta negara bahkan dunia. Tapi perlu kita ingat dalam keadaan yang tak menyenangkan ini terselip berbagai hikmah baik, atau pelajaran yang kita dapat, hanya terpikir apakah segala yang baik terjadi pada masa pandemi ini, jika ia benar-benar pergi akan tetap kita jalankan sebagai sebuah aktifitas yang tentu tidak akan merugikan siapapun, dengan memakai masker kita terhindar dari debu atau partikel asing yang tentu akan menggangu saluran pernafasan kita, dengan banyaknya tempat untuk mencuci tangan tentu kita akan dengan mudah untuk selalu menjaga kebersihan tangan atau selalu pembawa pembersih tangan kemanapun kita pergi terlebih saat ingin mengkonsumsi makanan, selain itu sistem sekolah daring atau online selama pandemi membuat kita jadi mengerti betapa sulitnya menjadi seorang tenaga pendidik, dan kita jadi tau kesulitan apa yang dialami anak selama belajar, bahkan proses ini menurut saya dapat membuat atau menambah kedekatan anak dan orang tua khusunya bagi orang tua yang sibuk bekerja diluar rumah. Saat pandemi pergi apakah kita masih peduli dengan kesehatan kita dan keluarga, apakah kita masih punya aparesiasi terhadap jasa tenaga kesehatan yang membantu proses pemulihan atau kesehatan kita jika masa pandemi ini benar-benar pergi.

Sekali lagi kita tanyakan pada diri sendiri bahwa jika pandemi pergi untuk selamanya dari negara ini dan dunia, apakah segala bentuk hobi baru, kegiatan produktif, mulai dari memasak, olahraga, membaca atau bahkan membuat buku atau kegiatan baik lainnya yang dulunya tidak pernah atau belum kita kerjakan sebelum masa pandemi terjadi, dan dimasa pandemi ini justru dapat kita lakukan atau kerjakan, akan juga ikut serta pergi atau terbawa pergi bersama pandemi.

#Lomba Menulis Opini

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image

Ikuti Berita Republika Lainnya