Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sutanto

Kuliner Legenda Bantul: Soto Ayam Rodho Jodo Pak Bloon

Kuliner | Friday, 03 Sep 2021, 05:37 WIB

Soto Pak Bloon ayam Kampung

Enak dan nikmat cocok di lidah

Pemimpin adil harus didukung

Warga hidup dengan penuh berkah

Jangan bilang pernah mengunjungi Bumi Projotamansari Kabupaten Bantul DIY, kalau belum pernah mencicipi nikmatnya kuliner legendaris “Soto Ayam Rodho Jodo Pak Bloon” di Bantul Karang RT.07 Ringinharjo Bantul.

Sampai-sampai kuliner tersebut ditulis menjadi sebuaH pantun oleh Sutanto (guru MTsN 3 Bantul) dalam buku kumpulan pantun Rangkaian Kata Sarat Makna.

Suroso, pemilik warung

Suroso, pemilik warung tersebut menuturkan, bahwa dirinya merupakan generasi kedua dari usaha yang dirintis oleh Sarijo, ayahnya.

Ayahnya mengawali berjualan soto secara berkeliling dan ngetem di depan Polres Bantul sejak 1981. Sambil keliling Sarijo juga juga berjualan di rumah, dan ternyata mulai banyak pengunjung yang merasa cocok dengan soto buatannya.

Karena warungnya mulai ramai, Sarijo mengembangkan usahanya di pinggir jalan raya, setelah gempa 2006. Awalnya dengan mengontrak di pinggir jalan dan setalahnya bisa membeli tanah, membuka warung di Bantul Karang RT.07 Ringinharjo.

Nama warung Pak Bloon diambil dari sebutan ayahnya. Waktu kecil ayahnya tidak mau sekolah sehingga oleh teman-temannya disebut “bloon”. Namun siapa sangka sebutan temannya yang berkonotasi tidak pandai tersebut membawa keberuntungan menjadi ikon warungnya. Sedangkan Rodho Jodo bisa dimaknai agak cocok, maksudnya masakan olahan tangan Sarijo diharapkan bisa disukai para pelanggan.

Mulai 2015 Suroso yang meneruskan usaha ayahnya, sedangkan ayahnya membuka warung serupa di Mandingan Ringinharjo (utara BPS Bantul). Setelah ayahnya meninggal diteruskan adiknya.

Suroso menjelaskan bahwa dalam situasi normal, setiap harinya, 200-300 porsi habis terjual. Warungnya buka mulai pukul 06.30 sampai azan asyar. Rata-rata setiap hari menghabiskan 6-7 ekor ayam jago.

“Ayam yang datang sudah sembelihan, saya tinggal merebusnya. Dan untuk menjaga citarasa, urusan memasak masih saya tangani sendiri, karyawan sekedar menyajikannya saja,” jelasnya.

Warung ini khusus menyajikan soto saja, namun kalua ingin lebih mantab bisa menambah irisan daging yang diinginkan, bisa paha, hati atau yang lain.

Satu porsi soto dijual dengan harga terjangkau, cukup merogoh kocek 12 ribu sudah termasuk minumnya, bisa teh panas, es teh, jeruk panas ataupun es jeruk.

Rasa kuah yang khas dan daging ayam kampung yam empuk menjadi daya tarik tersendiri dan layak untuk dicoba.

Dampak pandemi covid juga dirasakan Suroso, dulu dia memiliki 7 karyawan dan sekarang tinggal 3 karyawan saja. Namun demikian dirinya masih tetap bersyukur karena masih banyak pelanggan yang datang membeli seiring kondisi covid yang mulai menurun.

Selain usahanya lancar, hidup Suroso semakin lengkap dengan karunia 3 anak, 2 perempuan 1 lelaki yang saat ini duduk di SMP kelas 3, SD klas 3 dan yang bungsu usia 2,5 tahun.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image