Masjid Santren di Purworejo, Masjid Masa Kecil Menhub Budi Karya
Sejarah | 2021-08-29 15:00:45Penulis : Nami Otrapus
Hari itu, Sabtu ( 28 Agustus 2021), Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi terhitung sibuk. Banyak kegiatan yang harus diikutinya. Di antaranya meninjau kegiatan Serbuan Vaksinasi di Kantor Kecamatan Bagelen, Purworejo.
Nah, di sela kesibukan itulah Menhub Budi Karya menyempatkan diri berkunjung ke sebuah masjid di Desa Bagelan. Oh ya, Desa Bagelan ini merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Bagelan. Kecamatan ini berjarak sekitar 13 Km dari ibu kota Kabupaten Purworejo. Letaknya paling timur sehingga berbatasan langsung dengan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Apa sih istimewanya masjid itu sehingga menarik perhatian Menhub? " Dulu waktu saya kecil sering ke masjid sini," kata Menhub. Lho, ternyata masa kecil Menhub sering juga ke Bagelan. Ketika penulis mengintip instagram @budikaryas, di posting ada penjelasan Bagelan adalah kampung halaman ayah beliau. Eyang beliau, leluhur Menhub, berasal dari Bagelan ini.
Wajar saja jika Menhub menyempatkan diri ke Desa Bagelan. Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah atau disingkat Jasmerah. Ini adalah semboyan yang terkenal yang diucapkan oleh Sukarno, dalam pidatonya yang terakhir pada Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1966. Menhub tak mau melupakan sejarah masa kecilnya.
Bahkan kepada media yang mengikuti kunjungan ke Bagelan, Menhub menyatakan sudah lama ingin melihat masjid masa kecilnya, dan akhirnya terwujud Sabtu itu. " Ini masjid kuno dengan keunikan bangunan yang perlu dijaga karena usia bangunan juga sudah sangat tua, â kata Menhub Budi Karya.
Sejarah Masjid Santren
Masjid yang dikunjungi Menhub itu dinamakan Masjid Santren. Mengutip kebudayaan.kemdikbud.go.id, Masjid Santren Bagelen itu berusia tua. Masjid Santren merupakan sebuah kompleks masjid yang dikelilingi kompleks makam. Keberadaan masjid ini dapat dikaitkan dengan angka tahun yang terdapat pada salah satu nisan di kompleks makam.
Memang, untuk menentukan kepastian kapan Masjid Bagelan dibangun masih menemui kesulitan karena minimnya data. Namun sebuah prasasti yang ditemukan di salah satu tiang âSoko Rowoâ dan Nisan berangka tahun yang terdapat disebelah utara, bisa diketahui kisaran tahun pembangunannya.
Prasasti yang terdapat di dalam masjid ditulis pada tiang Soko Rowo sisi barat di sebelah utara mihrab berbunyi sebagai berikut:
Wahadzal masjidu / fil dasri baladil adzlim / fiâlu syaikhi akhi âagli / ashsobri bisabi amri / zaujatis sulthaani / mataram ukhtii ilaa syaikhi / ustaadzil baidzaawii / wabayaanu fiâll masjidu / khasanu muhamad shuufii / ridwaanallahi taâala /bini âmataddunyaa waniâmata /alakhiati biayubuuti /aliimanii.
Artinya: Masjid ini dibangun di negeri yang agung untuk leluhur yang sudah meninggal, atas perintah istri Sultan Mataram. Diberikan oleh ustad Baidowi dan sebenarnya yang membuat masjid ini Khasan Muhammad Shuufi. Semoga dia mendapat ridha Allah yang berupa nikmat dunia dan akhirat dan ditetapkan imannya.
Berdasarkan dari inskripsi di atas dapat diperoleh informasi bahwa Masjid Santren adalah masjid makam, hadiah dari istri sultan Mataram kepada Ustad Baidlowi. Pembangunannya sekitar tahun 1618 Masehi. Beberapa bagian masih kokoh. Konstruksi kayu serta gonjo masjidnya sama dengan Masjid Menara Kudus lan Masjid Kajoran, Klaten. Para ahli sejarah memperkirakan masjid-masjid itu dibangun pada zaman yang sama, bahkan oleh orang.
Keunikannya, lantai masjid dibuat warna hijau semua, bahkan dari catatan sejarah yang ada sejak dahulu warnanya memang hijau, tidak ada orang yang berani mencoba untuk mengubah warna tersebut.
Di ruang utama masjid terdapat empat buah soko guru atau tiang utama masjid yang dibuat dari kayu jati berbentuk bulat dan memiliki garis tengah 40 centimeter. Ruang utama juga disangga 12 buah soko rowo yang terbuat dari kayu jati berbentuk bulat. Di salah satu soko rowo itu terdapat prasasti tadi.
Kini penerus Kyai Baidlowi merawat masjid bersejarah itu. Dan Menhub pun tak mau melupakan sejarah, ada penggalan masa kecilnya di Masjid Bagelan. . ( nao/ Apron IDN )
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.