Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rut Sri Wahyuningsih

Identitas Muslim, Bacalah Al-Ashr!

Gaya Hidup | Monday, 09 May 2022, 23:06 WIB

Dinamakan surat Al-Ashr karena diambil dari kata pertama dalam surat tersebut. Al-ashr surat ke-13, terdiri dari tiga ayat. Surat ini surat ke-13 yang diturunkan kepada Rasulullah lewat perantara malaikat Jibril.

Betapa pentingnya waktu, hingga Allah pun bersumpah, demi waktu. Bukan kesakralan waktu, melainkan memastikan bahwa Allah-lah Sang pemilik waktu. " Jangan mencela waktu, karena sesungguhnya Allah adalah pemilik waktu" (HR. Muslim). Awal mula turunnya surat ini karena pada masa jahiliyah, orang Quraisy suka menghitung hasil dagang mereka di waktu ashar, bercengkrama, bercanda hingga saling meledek yang berakhir perkelahian. Mereka mengatakan itu sebagai kutukan waktu Ashar.

Allah hendak meluruskan ini, sebab yang salah bukan waktunya. Namun manusianya yang lalai terhadap waktu. Seolah banyak memiliki waktu, padahal secara pasti kita semua adalah orang yang dijatah waktunya hingga tiba saat nanti ajal menjemput.

Sumpah Allah terhadap waktu di ayat pertama bermakna waktu secara umum. Ada apa dengan waktu? Dijawab Allah di ayat ke-2, yang artinya, sesungguhnya manusia itu benar-benar ada dalam kerugian. Dalam bahasa Arab, kerugian ( خسر) bermakna nakiroh, tidak tentu, artinya bisa rugi, sesat, celaka, yang jelas bentuknya bisa apa saja, besar maupun kecil.


Dan kata الانسانbermakna umum pula, semua manusia, kafir atau Muslim, hitam atau putih, besar kecil, kaya miskin semua sama meruginya, kecuali anak kecil yang belum mualaf ( terbebani dengan hukum syara/belum baligh). Faktanya, memang manusialah yang paling banyak menunda waktu, seolah masih punya waktu lebih, padahal setiap orang hanya punya kesempatan 24 jam tak lebih sedetikpun.

Namun shalat menunda, berdakwah menunggu tua, ikut kajian Islam menunggu anak besar, menutup aurat menunggu dapat jodoh dan menikah dan lain sebagainya. Seribu alasan yang diungkapkan guna menutupi rasa malas. Padahal ia sedang merugi, sadar atau tidak sadar waktu untuknya terus bergulir. Hari ini, dengan hari esok di jam yang sama sudah memunculkan banyak peluang bisa terjadi apa saja, sehingga tidak ada yang menjamin semua tetap ada atau sama.

Di ayat ke-3 Allah memberi harapan, saking Maha Kasih dan SayangNya Allah. Kafir saja diberi hidup, kaya dan bahagia. Meski hanya di dunia, apalagi Kaum Muslim yang memeluk Islam karena keyakinannya, pastilah akan ada lebih banyak karunia dan reward. Harapan itu adalah," Kecuali orang yang 1. Beriman, 2. Beramal shalih, 3. Saling nasehat menasehati dalam kebaikan dan 4. Saling menasehati dalam kesabaran.

Ke-4 point' inilah yang dikatakan Sayid Qutub sebagai cerminan sebuah kehidupan manusia yang lengkap yang dikehendaki Islam. Identitas inilah yang semestinya melekat pada diri setiap Muslim. Yang oleh Imam Syafi'i katakan,"Seandainya Al Qur'an tidak turun kecuali surat Al-Ashr ini maka sudah mencukupi manusia". Masyaallah, sungguh luar biasa kandungan dan makna surat ini.

Lantas mengapa hari ini identitas kaum Muslim ini tak muncul? Tergerus oleh apakah? Jawabannya adalah tergerus oleh pemikiran sekuler yaitu kapitalisme dan demokrasi. Dua sistem, ekonomi dan politik yang samasekali tak menginginkan Islam ada , tumbuh dan berkembang. Pengusungnya terus menerus mengampanyekan Islamopobia agar kaum Muslim sendiri takut kepada agamanya , memutar lidah saat menyampaikan dalil yang secara serampangan hanya untuk melegitimasi perbuatan mereka.

Kapitalisme dan demokrasi juga menghalangi 4 amal pokok Kaum Muslim, sebagaimana yang dimaksud dalam ayat ke-3 yaitu 1. Beriman, 2. Beramal shalih, 3. Saling menasehati dalam kebenaran dan 4. Menasehati dalam kesabaran. Ayat ke-3 ini sekaligus menyatakan bentuknya jamak, mengisyaratkan pentingnya beramal jamaih ( bukan baik untuk diri sendiri) dan berjamaah ( komunitas) sehingga mewajibkan setiap hambaNya untuk bergabung dengan komunitas yang sepakat pada satu hal, bahwa mengaji Islam itu penting dan carilah kajian yang membahas Islam sebagai pedoman hidup termasuk menegakkan khilafah sebagai institusi kepemimpinan yang satu dan penerap syariat Islam.

Lebih ringkas lagi, sebetulnya ada pada pundak kaum Muslimin amal pokok yang demikian yaitu beriman, beramal shalih dan saling menasehati (dakwah). Hingga akhir zaman, amal inilah yang harus dioptimalkan, sebab inilah identitas kaum Muslim yang hakiki. Iman adalah keyakinan, yang bisa didapat jika berilmu. Imam Ahmad berkata dalam Al Furu 1/525," Seseorang wajib menuntut ilmu yang bisa membuat dirinya mampu menegakkan agama.


Selanjutnya adalah beramal shalih, dikatakan seseorang itu berilmu adalah dengan mempraktikkan atau mengamalkan. Sebagaimana perkataan Fudail bin Iyadh," Seseorang yang berilmu akan tetap menjadi orang bodoh sampai dia dapat mengamalkan ilmunya. Apabila dia mengamalkannya, barulah ia menjadi orang yang alim". ( Dikutip dari Husnul Al-Ma'mul). Berani menanggung resiko ditanya Allah di hari akhir," Ilmumu sudah kau manfaatnya kemana?

Yang termasuk amal shalih adalah berdakwah. Tidak ada satu fuqoha pun yang menyanggah bahwa berdakwah diperintahkan dalam Al Qur'an begitu indahnya," Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang salih dan berkata sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri" ( QS Fushilat :33). Wallahu a' lam bish showab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image