Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Mas Wibi

Pelayanan Operasional Pelabuhan Indonesia Yang Optimal Melalui Peningkatan Safety Culture

Bisnis | 2021-08-18 09:05:17
Pelabuhan Bagendang, Sampit, KalTeng

Kita jelas tahu, tidak semua pelabuhan melakukan pelayanan setiap hari. Karena disesuaikan dengan kondisi sebuah daerah pelabuhan. Biasanya pelabuhan tersebut berada di daerah terpencil dan hanya disandari kapal berisikan barang ekspor daerah lain. Namun kebanyakan adalah pelabuhan di kota-kota besar, yang notabene kegiatan bisnis di sebuah kota tersebut cukup padat, maka jelas banyak kapal pengangkut barang ekspor dari daerah lain yang berlabuh.

Sekarang kita fokus pada pelabuhan Indonesia di kota yang memang banyak melakukan pelayanan operasional. Contohnya seperi Pelabuhan Perak di Surabaya, Pelabuhan Priuk di kota Metropolitan Jakarta, Pelabuhan di Medan dan di Makassar.

RTG (Rubber Tyred Gantry)

Semakin banyak kegiatan operasional ekspor maupun impor barang maka jelaslah diperlukan pula ekstra persiapan matang dari sisi peralatan operasional. Kita sebut saja seperti alat forklift, Container Crane (CC), RTG (Rubber Tyred Gantry), HMC (Harbour Mobile Crane), Head Truck dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, dari sisi safety manajemen pun wajib dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, mengantisipasi bila ada situasi kegawatdaruratan (gempa, air rob, kebakaran, angin kencang) accident, near Miss accident, medical treatment injury, lost Time injury, atau yang lebih fatal lagi yaitu accident fatality/kematian di sebuah unit kerja Pelabuhan tertentu.

Sekarang saya fokuskan pada pembahasan safety manajemen. Sebab pelayanan prima operasional pelabuhan erat kaitannya dengan manajemen safety yang baik. Jika manajemen safety nya tidak baik maka akan menimbulkan pelayanan operasional tidak optimal.

Alur Budaya Safety

Maka dari itu yang perlu digarisbawahi untuk membangun budaya manajemen safety yang baik melalui pemenuhan indikator dibawah ini antara lain:

1. Semua pekerja menganggap sistem merupakan bagian dari keseharian dan Keselamatan dan kesehatan kerja adalah kebutuhan. Yang semua itu dibuktikan oleh data autentik pelaporan kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman oleh seluruh anggota divisi pada sistem database yang telah disepakati.

2. Pemimpin memiliki safety leadership yang kuat. Yang dibuktikan dengan adanya jadwal manajemen walk-through memantau kondisi lapangan langsung. Juga telah menindaklanjuti segala temuan lapangan yang bersifat segera di eksekusi.

3. Semua pekerja menjaga perilaku aman/selamat. Dari datang ke unit kerja sampai pulang kerja, pekerja membuktikan dengan perilaku selamatnya.

4. Semua pekerja memiliki kompetensi Keselamatan dan kesehatan kerja yang mumpuni. Dibuktikan dengan tes kompetensi keilmuan, implementasi praktik ilmu keselamatan dan kesehatan kerja di lapangan, dan sharing knowledge yang disampaikan pada pegawai baru/detasering/anak magang.

5. Program pelatihan rutin bagi pekerja. Yang dibuktikan dengan tidak tersendatnya pelatihan yang seharusnya dijadwalkan sistematis dan tidak adanya sikap manajemen pendidikan dan pelatihan yang memprioritaskan kedua soal pelatihan Keselamatan Kesehatan Kerja.

6. Identifikasi bahaya dan pengendaliannya terintegrasi secara sistem. Dibuktikan dengan adanya pelaporan beberapa potensi kondisi lapangan yang masuk kategori perlu diwaspadai dalam database dan rencana pengendaliannya yang dibahas dalam rapat rutinan manajemen.

7. Eliminasi bahaya sebelum kecelakaan terjadi. Yang dibuktikan dengan adanya daftar temuan yang berisiko, dilakukan tindaklanjut eliminasi dan tertera pula jadwal tenggat deadline segera eliminasi temuan tersebut.

8. Perusahaan memandang penerapan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai investasi. Dibuktikan dengan adanya setiap pembahasan rapat operasional, marketing, kinerja ruang rapat gedung internal/eksternal, kantor pusat maupun cabang, semuanya tidak lepas dari pembahasan dari sisi aspek keselamatan dan kesehatan kerja.

9. Sistem manajemen K3 terpadu. Dibuktikan dengan adanya standar operasi prosedur baik dari data, lapangan, evaluasi kegiatan, semuanya terangkum dalam ketentuan manajemen safety dan risiko.

10. Fokus kepada continous improvement. Dibuktikan dengan adanya ide baru yang disumbangkan oleh pekerja untuk perkembangan sebuah usaha yang berlandaskan pada keselamatan kesehatan kerja.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image